Lihat lebih banyak

Regulasi Tidak Jelas, Temasek Ogah Masuk ke Industri Kripto

3 mins
Diperbarui oleh Ahmad Rifai
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Temasek mengaku belum berniat untuk masuk lebih dalam ke industri kripto.
  • Raksasa perusahaan investasi Singapura ini telan kerugian US$275 juta dari FTX.
  • Setelah krisis itu, belum ada investasi baru yang dilakukan Temasek di industri kripto.
  • promo

Temasek, raksasa perusahaan investasi Singapura, mengaku belum berniat untuk masuk lebih dalam ke industri kripto.

Setelah kekalahan di crypto exchange FTX yang membuat mereka menderita kerugian hingga US$275 juta, belum ada investasi baru yang dilakukan Temasek di industri kripto. Selain itu, tidak adanya kepastian regulasi dalam menavigasi bisnis aset digital juga menjadi salah satu alasan utama Temasek untuk tetap bermain di luar sektor kripto.

Dalam laporan CNBC, Chief Investment Officer (CIO) Temasek, Rohit Sipahimalani, menjelaskan terdapat banyak ketidakpastian peraturan di lingkungan industri aset digital. Hal tersebut menyulitkan mereka melakukan investasi untuk membangun sektor tersebut.

Penegakan yang dilakukan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa perusahaan kripto seperti Binance, Coinbase, dan Ripple, merupakan bukti belum adanya kesegaraman cara pandang untuk melihat industri kripto dan regulasi itu sendiri.

Sebab, di saat tidak adanya definisi yang menjelaskan tentang mana aset kripto yang tergolong sebagai sekuritas (efek) dan mana yang tidak termasuk di antaranya, akan menimbulkan kebingungan bagi para pelaku usaha untuk menjalankan bisnis.

“Jika terdapat kerangka peraturan yang tepat dan perusahaan merasa nyaman dengan hal itu, maka tidak ada alasan bagi perusahaan untuk melihat peluang investasi yang tepat,” jelas Rohit Sipahimalani.

Seperti diketahui, kisruh yang terjadi antara SEC dan para raksasa di industri kripto masih berjalan. Kedua belah pihak memiliki argumen masing-masing dalam memandang industri aset digital.

SEC memandang bahwa beberapa aset kripto yang ditawarkan oleh crypto exchange adalah sekuritas, yang artinya mereka harus mengikuti pendaftaran terlebih dulu ke regulator untuk bisa menawarkan produknya secara sah.

Sementara di sisi lain, Coinbase sebagai salah satu pihak yang tengah berseteru, turut menggugat SEC untuk segera membentuk aturan terkait aset digital yang baru. Sebab, menurut mereka tuntutan SEC tidak bisa dipenuhi selama tidak ada payung hukum baru.

Temasek Tidak Pernah Ingin Berinvestasi dalam Kripto

CIO Temasek itu menegaskan bahwa mereka tidak pernah ingin melakukan investasi di industri kripto. Bahkan, kekalahannya yang terjadi pada FTX diniatkan untuk berinvestasi di bursa, dengan harapan perusahaan itu bisa mendapatkan pendapatan berbasis biaya tanpa harus repot memikirkan risiko neraca ataupun perdagangan apa pun.

Pada November 2022, Temasek mengakui memiliki investasi saham di FTX Internasional dan FTX.US. Mereka menggenggam saham minor dengan persentase kepemilkan masing-masing sebesar 1% dan 1,5%. Jumlah tersebut terbagi atas US$210 juta di FTX Internasional dan sebesar US$65 juta di FTX.US.

“Kami tidak memiliki paparan langsung terhadap kripto, investasi yang dilakukan adalah dalam bentuk saham. Selama ini, strategi investasi blockchain kami difokuskan pada ‘penyedia layanan pasar keuangan’ ke aset digital yang menawarkan paparan pada protokol agnostik dan netral,” jelas pihak Temasek.

Selain itu, Temasek disebut sudah melakukan due diligence atau uji tuntas yang diperlukan saat investasi tahap awal di FTX. Hal itu kemudian berlanjut lantaran FTX dinilai memiliki teknologi yang bagus untuk mendapatkan pangsa pasar serta menunjukkan keinginan untuk terlibat dengan regulator dalam rangka mendapatkan lisensi. Namun, pada akhirnya, sangat sulit untuk mengungkap uji tuntas tersebut.

Temasek Dukung Animoca Brands

Menariknya, pada Agustus tahun lalu, Temasek disebut ikut serta dalam putaran pendanaan sebesar US$100 juta bagi Animoca Brands, perusahaan yang mendukung pengembangan metaverse dan web3. Temasek bahkan memimpin putaran pendanaan yang dilakukan melalui obligasi konversi itu.

Sumber menyebutkan bahwa strategi itu dilakukan lantaran menurut Temasek, investasi yang dilakukan pada Animoca Brands bukanlah investasi langsung dalam aset kripto.

Sebelumnya, pada Februari tahun lalu, Temasek juga ikut mengucurkan dana pada putaran pendanaan sebesar US$200 juta untuk Amber Group, platform penyedia pinjaman dalam bentuk kripto.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori