Lihat lebih banyak

Rilis Laporan Investigasi Kedua: FTX Berutang US$8,7 Miliar kepada Pelanggan

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Dalam laporan investigasi FTX yang kedua, terungkap rincian percampuran dan penyalahgunaan simpanan pelanggan FTX.com saat manajemennya dipimpin oleh SBF.
  • Selain itu, muncul dugaan peran manajemen FTX sebelumnya dalam menipu pelanggan, bank, auditor, investor, dan pihak ketiga lainnya dalam laporan ini.
  • Laporan tersebut dikerjakan oleh tim hukum, restrukturisasi, akuntansi forensik, pelacakan dan pemulihan aset, analitik blockchain, serta pakar lainnya.
  • promo

FTX, salah satu crypto exchange terpopuler yang telah bangkrut pada November 2022, pada hari Senin (26/6) mengumumkan bahwa mereka merilis laporan investigasi kedua.

Laporan tersebut merinci percampuran dan penyalahgunaan simpanan pelanggan di FTX.com oleh tim manajemen FTX Group yang dipimpin oleh Sam Bankman-Fried (SBF) selaku pendiri perusahaan.

Bertentangan dengan alasan sebelumnya yang disampaikan SBF, bahwa dana pelanggan tidak sengaja disalahgunakan, manajemen FTX yang baru justru menunjukkan SBF berbohong kepada bank dan auditor, memberikan dokumen palsu, dan memindahkan FTX dari negara ke negara untuk mencegah ditemukannya kebohongan dan dugaan penipuan.

Informasi terbaru ini didasarkan pada analisis berkelanjutan FTX untuk melacak dan memulihkan aset, serta memaksimalkan pemulihan bagi para pemangku kepentingan.

Hasil investigasi kal ini menemukan bahwa FTX.com tercatat berutang sekitar US$8,7 miliar kepada para pelanggan. Dari angka itu, sekitar US$6,4 miliar dalam bentuk mata uang fiat dan stablecoin. Sejauh ini, sudah ada sekitar US$7 miliar aset likuid yang ditemukan.

Sejak Agustus 2022, Alameda Research, perusahaan market maker afiliasi FTX Group, berutang lebih dari US$8 miliar.

Adapun laporan investigasi kedua FTX ini dikerjakan oleh tim hukum, restrukturisasi, akuntansi forensik, pelacakan dan pemulihan aset, analitik blockchain, serta pakar lainnya.

Sederet Praktik Mencengangkan FTX Group

Laporan investigasi ini merinci dugaan peran manajemen FTX sebelumnya dalam menipu pelanggan, bank, auditor, investor, dan pihak ketiga lainnya. Aksi ini dinilai merupakan tindakan yang berpotensi kriminal.

SBF dan eksekutif senior FTX lainnya disebut menyalurkan simpanan pengguna FTX melalui Alameda dan sejumlah perusahaan lainnya untuk menutupi tujuan transaksi, yang juga memperumit upaya untuk membayar kembali para pelanggan FTX.

“Karena percampuran dan penyalahgunaan simpanan pelanggan FTX.com terjadi selama beberapa tahun, sangat sulit untuk melacak sumber pendanaan untuk transaksi FTX Group tertentu, atau untuk membedakan antara dana operasi FTX Group dan simpanan pelanggan FTX.com,” jelas tim yang menangani kebangkrutan FTX.

Berbohong kepada Kongres AS

Menariknya, juga dibahas tentang pengacara FTX yang membantu SBF berbohong kepada Kongres AS selama kesaksian di depan Komite Senat AS pada Februari 2022.

Pengacara itu membantu dalam pembuatan kesepakatan palsu untuk menutupi sumber transfer dana, agar FTX dapat terus mengalihkan aset pelanggan.

Menipu Auditor Eksternal dan Calon Investor Perusahaan

Aksi itu dinilai termasuk untuk menipu auditor eksternal dalam persiapan potensial untuk melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di bursa saham pada tahun 2021.

“Meskipun IPO itu pada akhirnya belum selesai, FTX Group melanjutkan untuk membagikan laporan keuangan yang dengan audit palsu itu dan menyesatkan para calon investor sehubungan dengan putaran pendanaan Seri C senilai US$400 juta yang ditutup pada Januari 2022,” bunyi laporan investigasi kedua tentang FTX.

Alasan FTX Pindah ke Bahama

Perpindahan FTX dari Hong Kong ke Bahama sebagian besar untuk menghindari pengawasan terhadap kemungkinan operasi ilegal mereka.

FTX Digital Markets (FDM), yang merupakan entitas FTX.com, didirikan pada Juli 2021. Entitas ini memperoleh lisensi operasi lebih cepat dari waktu semestinya, dengan membayar mantan pejabat Bahama bonus senilai US$1 juta.

Kini, FTX dituduh menggunakan operasi di Bahama untuk menyalurkan setidaknya US$5,4 miliar aset pelanggan ke entitas perusahaan lain.

Para eksekutif FTX juga menghabiskan lebih dari US$243 juta dana perusahaan untuk membuat diri mereka merasa lebih betah di Bahama, termasuk membeli lebih dari 30 properti.

FTX Group Membangun Citra Palsu

John J. Ray III, selaku CEO baru dan Chief Restructuring Officer FTX, mengatakan bahwa peluncuran laporan investigasi terbaru ini semakin memperjelas tujuan untuk transparansi. Baik itu tentang fakta yang terungkap tentang pengoperasian FTX.com, mamupun isu-isu penting, untuk memaksimalkan pemulihan bagi para kreditur.

“Citra yang ingin digambarkan oleh FTX Group sebagai pemimpin [industri kripto] yang berfokus pada pelanggan di era digital adalah fatamorgana,” kata John Ray.

Pihaknya menilai bahwa sejak dimulainya FTX.com, FTX Group telah menggabungkan simpanan pelanggan dan dana perusahaan, serta menyalahgunakannya dengan pengabaian atas arahan dan desain sejumlah eksekutif senior sebelumnya.

“Kami akan terus melaporkan analisis dan temuan kami seiring kemajuan pekerjaan kami, dan tetap berkomitmen untuk memulihkan nilai sebanyak mungkin bagi para kreditur,” tambah CEO FTX yang baru itu.

Sebagai pengingat, laporan investigasi pertama mengidentifikasi dan membahas kegagalan kontrol oleh tim manajemen FTX Group di area kritis, termasuk manajemen dan tata kelola, keuangan dan akuntansi, manajemen aset digital, keamanan informasi, serta keamanan siber.

Dalam perkembangan ke depannya, manajemen FTX yang baru berharap dapat menerbitkan laporan investigasi ketiga terkait FTX pada Agustus 2023.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori