Lihat lebih banyak

Sampai Maret 2022, 46.000 Warga AS Mengalami Penipuan Berbasis Kripto

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Sepanjang tahun lalu sampai dengan kuartal pertama tahun 2022, sebanyak 46.000 orang di AS dilaporkan mengalami penipuan berbasis kripto.
  • Nilai uang yang berhasil digondol oleh para pelaku kejahatan juga tergolong jumbo, mencapai US$1 miliar.
  • Banyak oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan penggunaan media sosial sebagai sarana untuk menarik perhatian calon korbannya.
  • promo

Sepanjang tahun lalu sampai dengan kuartal pertama tahun 2022, sebanyak 46.000 orang di Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengalami penipuan berbasis kripto. Nilai uang yang berhasil digondol oleh para pelaku kejahatan juga tergolong jumbo, mencapai US$1 miliar atau sekitar Rp14,46 triliun.

Data dari Federal Trade Commission (FTC) menyebutkan, jumlah penipuan yang terjadi sampai dengan Maret 2022 membengkak hampir 60 kali lipat dari 2018 lalu. Tidak adanya regulator dan juga pengawas yang selama ini hadir di aset keuangan lain dituding menjadi salah satu penyebab maraknya kasus penipuan yang melibatkan aset kripto.

Maklum, model dari aset kripto sendiri yang memang terdesentralisasi alias tidak memerlukan campur tangan dari pihak manapun. Hal itulah yang dinilai menjadi celah tersendiri bagi para pelaku kejahatan untuk melangsungkan aksinya. Sehingga, ketika terdapat transaksi yang mencurigakan, tidak bisa langsung dihentikan, kecuali oleh sang pemilik sendiri.

Adapun aset kripto yang paling curi oleh para penipu adalah Bitcoin (BTC). Koin tertua dalam aset digital tersebut mencapai 70% dari nilai penipuan, lalu diikuti oleh Tether (USDT) sebanyak 10% dan Ethereum (ETH) sebanyak 9%.

Jika dilihat, jumlah kerugian akibat penipuan sejak 2018 sampai tiga bulan pertama tahun ini angkanya terus menunjukkan peningkatan. Mulai dari US$12 juta di 2018, kemudian naik ke US$33 juta di 2019. Lalu langsung meroket ke US$130 juta atau meningkat 293,93% di akhir 2020.

Tidak berhenti disitu, penipuan berbasis kripto makin marak seiring dengan semakin tingginya nilai transaksi aset kripto. Di 2021, jumlah penipuan berbasis kripto mencapai US$680 juta alias meningkat 423,07%.

Meningkatnya Nilai Kripto, Meningkat Pula Jumlah Penipuan

Jika dilihat lebih dalam, jumlah penipuan yang berlangsung sepanjang tahun 2018 sampai dengan kuartal pertama tahun ini berjalan linear dengan nilai dari aset kripto itu sendiri.

Mengacu pada laman Coinmarketcap, kapitalisasi pasar seluruh aset kripto secara global di akhir 2018 hanyalah mencapai US$130.563.751.134. Kala itu, jumlah penipuan masih berada di kisaran belasan juta dolar AS.

Kemudian, kapitalisasi pasar aset kripto di akhir 2019 meningkat ke level US$194.788.763.565, dan jumlah penipuan aset kripto juga ikut meroket menjadi puluhan juta dolar AS. Di akhir 2020, saat kapitalisasi pasar aset kripto meningkat signifikan ke level US$745.702.345.916, jumlah kerugian akibat penipuan mencapai ratusan juta dolar AS.

Tahun 2021, yang dikatakan sebagai sebagai masa gemilang untuk aset kripto dimana kapitalisasi pasarnya menggelembung hingga US$2.428.268.875.002, juga diikuti dengan jumlah penipuan aset kripto, dengan nilai kerugian ditaksir mencapai US$680 juta.

Penipuan Banyak Menggunakan Media Sosial

Oknum nakal memanfaatkan penggunaan media sosial sebagai media untuk menarik perhatian calon korbannya. Platform yang paling banyak dijadikan alat untuk melancarkan scam, phishing, maupun tindak kejahatan keuangan lainnya diduduki oleh Instagram, yang mencapai 32%.

Kemudian, posisi berikutnya ditempati oleh Facebook sebanyak 26%, Whatsapp sebanyak 9%, dan Telegram sebanyak 7%. Hal ini sangat disayangkan, sebab ternyata masifnya tingkat adopsi kripto di berbagai negara tidak diimbangi dengan peningkatan literasi. Pada akhirnya, kondisi itu pun berujung pada banyaknya investor yang menjadi korban atas penipuan.

Modus yang paling banyak digunakan dari seluruh penipuan berbasis kripto adalah iming-iming peluang investasi palsu. Modus operasi ini menyebabkan kerugian sebanyak US$575 juta.

Romance scam merupakan aktivitas jenis penipuan berbasis kripto kedua setelah investasi palsu. Setidaknya, sekitar US$185 juta dilaporkan raib akibat romance scam.

Modus romance scam memainkan aspek psikologis dan perasaan asmara dari seseorang. Biasanya dimulai dengan pertemanan secara daring, lalu seiring berjalannya waktu perasaan diantara keduanya mulai nyaman, maka itu adalah saat yang tepat bagi penipu untuk menjalankan aksinya.

Pelaku akan meminta sejumlah uang dalam bentuk kripto dan memberikan tutorial singkat untuk memindahkan aset kripto yang dimiliki ke dompet digitalnya. Rata-rata, nilai yang dilaporkan dari masing-masing individu atas romance scam mencapai US$10.000.

Di samping itu, ada juga modus penipuan kripto yang dinamakan business imposter yang berhasil mencuri US$93 juta dan government imposter yang membawa kabur uang senilai US$40 juta.

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori