Sam Bankman-Fried (SBF), tokoh utama di balik crypto exchange FTX yang saat ini telah bangkrut, membuat tulisan pertama di Substack untuk melawan tuduhan bahwa dia melakukan penipuan dengan menyalahkan kondisi market yang buruk dan serangan terkoordinasi dari pihak Binance.
“Saya tidak mencuri dana, dan tentu saja saya tidak menyimpan miliaran dolar Amerika Serikat (USD). Sayangnya, saya lamban menanggapi kesalahan persepsi publik dan salah saji material,” tulis SBF pada hari Kamis (12/1).
SBF membahas tentang neraca keuangan di FTX dan Alameda Research. Dalam tulisannya itu, dia tidak membahas masalah akuntansi yang sebelumnya dia kutip sebagai salah satu alasan runtuhnya kerajaan kriptonya pada November 2022.
Selain itu, Sam Bankman-Fried juga tidak menanggapi tuduhan bahwa dia mengizinkan Alameda, perusahaan perdagangan kripto kuantitatif yang sebagian besar sahamnya ia dimiliki, untuk menyedot dana pelanggan FTX demi melakukan perdagangan berisiko tinggi.
Sebagai informasi, setelah mendapatkan jaminan penahanan, pria 30 tahun itu saat ini mengenakan gelang pemantau elektronik selama tinggal di rumah orang tuanya di California, AS. Dia akan menghadapi persidangan pada Oktober 2023, setelah mengaku tidak bersalah atas serangkaian tuduhan penipuan dan praktik ilegal lainnya.
Jaksa AS menuduh Sam Bankman-Fried berada di balik salah satu penipuan terbesar dalam sejarah AS. Dia dituduh secara curang mengumpulkan US$1,8 miliar dari investor dengan kedok bahwa FTX memiliki kontrol dan manajemen risiko yang memadai.
Dia pun dituduh menyalahgunakan dana pelanggan FTX untuk menutupi pengeluaran pribadi, pembelian real estate, dan aktivitas perdagangan di Alameda.
Baca Juga: FTX Klaim telah Temukan US$5 Miliar Berbentuk Tunai dan Aset Likuid
Cerita SBF soal Krisis FTX
Dalam pernyataan terbarunya, SBF kembali mengeluar tentang dia yang kehilangan akses ke sebagian besar datanya menyusul kebangkrutan FTX.
Dia pun mengklaim bahwa dia tidak menjalankan Alameda selama beberapa tahun terakhir. SBF berargumen bahwa Alameda sangat dikapitalisasi memasuki tahun 2022, tetapi itu tidak dilindungi secara memadai untuk menghadapi krisis yang ekstrem.
Menurut perhitungan SBF, Alameda memiliki nilai aset bersih (NAV) sebesar US$100 miliar pada tahun 2021. Akhirnya, kerajaan kripto SBF lumpuh, dengan klaim, setelah tidak cukup terlindungi dari risiko kehancuran market yang ekstrem pada tahun 2022 dan mengalami serangan terkoordinasi dari pesaing.
Pada 6 November 2022, Changpeng ‘CZ’ Zhao membuat cuitan bahwa Binance berniat menjual sebagian besar native token FTX yaitu FTT.
Sebenarnya, pernyataan dari CZ ini merupakan reaksi setelah muncul sebuah laporan pada 2 November 2022 yang menunjukkan bahwa neraca keuangan Alameda kebanyakan didukung oleh FTT dan native token Solana (SOL). Pernyataan dari CZ memperburuk kekhawatiran yang sudah ada bahwa kerajaan kripto SBF akan benar-benar hancur dalam waktu singkat.
SBF menuduh, “Kemudian muncul cuitan yang menentukan dari CZ, mengikuti kampanye PR [public relations] yang sangat efektif selama berbulan-bulan melawan FTX, dan [akhirnya terjadilah] crash.”
Baca Juga: SBF Hadapi Ancaman Hukuman 115 Tahun Penjara, jika Dinyatakan Bersalah atas 8 Dakwaan
Dia menambahkan bahwa Alameda menjadi tidak likuid, FTX Internasional juga demikian, karena Alameda memiliki posisi margin yang terbuka di FTX. Adanya bank run mengubah likuiditas yang ada di FTX menjadi kebangkrutan.
SBF berulang-ulang kali mengklaim bahwa FTX US, yang menggarap market AS, masih solvent atau memiliki aset yang melebihi jumlah liabilitas mereka. Sementara itu, dia mengakui bahwa FTX Internasional, yang bermarkas di Bahama menggarap market global di luar AS, memang layak untuk masuk dalam proses kebangkrutan.
Berdasarkan tafsiran, SBF secara tidak langsung ingin mendorong bahwa kasus kebangkrutan FTX seharusnya bisa ditangani di Bahama, bukan AS bila FTX US tidak dimasukkan dalam proses kebangkrutan FTX Group.
Baca Juga: FTX Berniat Minta Kembali Donasi Amal yang Pernah Diberikan SBF
Pernyataan Menyesatkan
Sementara SBF masih membela diri, mantan CEO Alameda Research, Caroline Ellison, telah mengaku bersalah atas tuduhan penipuan dan bekerja sama dengan jaksa AS.
Caroline Ellison mengatakan bahwa dia dan SBF sengaja menyesatkan para pemberi pinjaman tentang berapa banyak yang dipinjam Alameda dari FTX. Dia mengatakan bahwa dirinya dan SBF membuat laporan keuangan palsu.
Sementara itu, pakar restrukturisasi John J. Ray III, yang masuk sebagai CEO baru FTX untuk menangani proses kebangkrutan, menggambarkan crypto exchange itu sebagai perusahaan yang salah kelola, tidak memiliki praktik akuntansi dasar, serta menyebutnya sebagai kegagalan total perusahaan terburuk yang pernah dia lihat.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.