Lihat lebih banyak

Tak Kuat Bayar Utang Jatuh Tempo, Iris Energy Terancam Gagal Bayar

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Iris Energy, perusahaan penambang kripto 'hijau', menghadapi ancaman gagal bayar pada 8 November mendatang.
  • Pasalnya, 3 entitas SPV yang dimilikinya tidak punya arus kas cukup untuk bayar pokok pinjaman yang akan jatuh tempo.
  • Adapun total utang yang dimiliki oleh Iris Energy melalui 3 entitas SPV-nya mencapai sebesar US$104 juta.
  • promo

Iris Energy, perusahaan penambang kripto ‘hijau’, menghadapi ancaman default atau gagal bayar pada 8 November mendatang. Hal itu dilandasi pada kenyataan bahwa 3 entitas special purpose vehicle (SPV) yang dimilikinya tidak punya arus kas yang cukup untuk membayar pokok pinjaman yang jatuh tempo pada pekan depan.

Kabar ini menambah panjang daftar perusahaan penambang kripto yang harus menghadapi kenyataan bahwa hancurnya harga Bitcoin (BTC) dan kripto lainnya menyeret mereka ke jurang krisis.

Mengacu pada keterangan resmi perusahaan, Iris Energy memiliki 3 SPV yang mengelola peralatan penambangan kripto. Per 30 September kemarin, masing-masing SPV Iris Energy memiliki utang sebesar US$1 juta, US$32 juta, dan US$71 juta. Dengan begitu, total utang yang dimiliki Iris Energy melalui SPV mencapai sebesar US$104 juta.

Perusahaan sangsi terhadap kemampuan SPV 2 dan SPV 3 dalam pembayaran utang yang masing-masing bernilai US$32 juta dan US$71 juta. Pasalnya, keduanya tidak memiliki arus kas yang cukup untuk membayar kewajban itu.

Dua entitas tersebut konon hanya mampu menghasilkan laba kotor sebesar US$2 juta. Sementara itu, kewajiban pembayaran pokok dan bunga bulanan mencapai US$7 juta. Nilai pasar keduanya juga hanya mencapai US$65 juta hingga US$70 juta yang jauh lebih rendah dari jumlah pokok pinjaman.

Terkait hal ini, co-founder sekaligus Co-CEO Iris Energy, Daniel Roberts, mengatakan baik SPV ke-2 dan ke-3 tengah dalam tahap diskusi dengan kreditur untuk meminta penangguhan pembayaran pokok terjadwal selama 2 minggu.

Iris Energy yang merupakan induk usaha dari entitas tersebut telah menyatakan bahwa mereka tidak akan memberikan dukungan keuangan pada kedua perusahan itu. Sehingga, dengan asumsi pembayaran pokok tidak bisa dilakukan, maka kedua SPV itu terancam default alias gagal bayar.

Bersiap untuk Kemungkinan Terburuk

Secara grup perusahaan, Iris Energy saat ini tengah melakukan penjajakan untuk memanfaatkan kapasitas pusat data yang tersedia jika terjadi gagal bayar. Pasalnya, bila sampai itu terjadi, hal terburuk yang akan terjadi adalah kreditur akan melakukan penyitaan terhadap peralatan yang dimiliki para SPV Iris itu.

Beberapa penjajakan yang tengah dilakukan adalah dengan membeli peralatan penambangan baru untuk mengurangi pembayaran uang muka ke Bitmain. Pada 1 Agustus kemarin, Iris Energy mengaku telah membeli rig S19J Pro dengan kapasitas 1,7 EH/s. Dengan begitu, mereka bisa membayar uang muka yang lebih rendah kepada Bitmain, dari US$130 juta menjadi US$83 juta.

Tidak berhenti di situ, Iris Energy sudah membeli beberapa rig tambahan yang pada akhirnya kembali mengurangi kewajiban pembayaran uang muka ke Bitmain menjadi US$75 juta. Sebagai catatan, kewajiban pembayaran uang muka ke Bitmain merupakan bagian dari rencana mereka untuk mendapatkan kapasitas hashrate tambahan 7,5 EH/s.

Sementara untuk memperkuat likuiditas, Iris Energy terlah menjual beberapa rig penambangan dan berhasil mendapatkan dana tunai sebesar US$8,6 juta.

“Kami tetap berkomitmen untuk mengeksplorasi cara untuk bisa membuat kreditur memulihkan investasi modal mereka. Namun, kami juga memperhatikan pasar dan rencana ini sengaja disusun untuk meminimalkan potensi dampak pada perusahaan secara grup,” jelas Daniel Roberts pada hari Rabu (2/11).

Nasib ‘Suram’ Para Penambang Kripto

Iris Energy tidak sendiri dalam menghadapi tekanan keuangan akibat harga Bitcoin yang amblas. Perusahaan penambang kripto lainnya, Core Scientific, juga sudah menyatakan bahwa mereka tdak akan membayar utang jatuh tempo yang ada pada bulan Oktober dan November 2022.

Dalam pengajuan dokumen ke Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) Amerika Serikat (AS), Core Scientific mengatakan bahwa bisnisnya sangat dipengaruhi oleh penurunan harga Bitcoin, kenaikan biaya listrik, peningkatan hashrate jaringan Bitcoin global serta litigasi dengan Celcus Network dan afiliasinya.

Oleh karena itu, mereka tengah menjajaki beberapa alternatif strategis untuk bisa meningkatkan modal tambahan atau melakukan restrukturisasi modal. Selain itu, Core Scientific telah mengeksplorasi untuk melakukan konversi utang menjadi saham atau mendapatkan utang tambahan.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori