Upbit, crypto exchange asal Korea Selatan, rupanya menjadi sasaran utama kejahatan siber. Laporan media lokal menyebutkan bahwa sampai paruh pertama tahun ini, Upbit sudah menerima sekitar 160 ribu serangan peretasan.
Meski begitu, tidak bisa dipastikan juga pihak mana yang terlibat dalam upaya peretasan tersebut. Namun, yang jelas, jumlah tersebut meningkat hampir 3 kali lipat dari paruh pertama tahun lalu, yakni sebanyak 73.249 percobaan.
Serangan siber terbesar yang pernah terjadi di platform Upbit terjadi pada November 2019 silam. Kala itu Dunamu, operator Upbit, melaporkan bahwa perusahaan mengalami kerugian sebesar 58 miliar won atau sekitar US$49 juta dari serangan siber. Akibatnya, perusahaan harus merogoh koceknya sendiri demi bisa mengganti kerugian terhadap dana nasabah yang hilang.
Sejak saat itulah, Upbit pun menjadi target favorit bagi para aktor jahat. Berdasarkan laporan Yonhap, upaya peretasan yang dialami Upbit pada paruh kedua tahun 2020 sebanyak 8.356 kali.
Jumlah tersebut kembali meningkat di paruh pertama tahun 2021 menjadi 34.867 serangan. Kemudian, membengkak ke angka 63.912 serangan di akhir tahun 2021.
Saat pasar mulai melandai di tahun 2022, upaya aktor jahat untuk mendapatkan dana ilegal di Upbit rupanya masih berjalan masif. Hal ini terlihat dari jumlah serangan siber terhadap Upbit pada akhir tahun lalu, yang mencapai 87.242 kasus.
Menariknya, Upbit juga seakan sudah menyadari hal itu. Jika diamati, jumlah proporsi hot wallet yang dikelola perusahaan berjumlah sangat mini.
70% Dana Nasabah Upbit Ada di Cold Wallet
Dunamu sempat mengatakan bahwa sebagian besar dana nasabah ditempatkan di cold wallet. Hal itu menjadikan tingkat keamanan dana kelolaannya menjadi jauh lebih baik. Pasalnya, cold wallet tidak terhubung dengan internet dan membutuhkan kunci keamanan yang biasanya disimpan dalam hard drive eksternal. Sedangkan, berbagai upaya serangan yang dilakukan peretas menyasar hot wallet milik nasabah.
Salah seorang pejabat Dunamu mengatakan sejak insiden yang terjadi pada 2019 lalu, perusahaan mengambil berbagai tindakan untuk mengantisipasi terulangnya peristiwa tesebut.
“Kami mendistribusikan hot wallet dan mengoperasikannya kembali, dan sampai saat ini tidak ada satupun pelanggaran siber yang terjadi.”
Untuk dipahami, operasional hot wallet Upbit berbeda crypto exchange lainnya. Perusahaan mengaku menjalankannya di berbagai struktur untuk memperkuat keamanan.
Perwakilan perusahaan, Park Seong-jung, menambahkan upaya serangan siber yang menyasar crypto exchange terbesar di Korea itu merupakan hal yang serius. Dirinya mendorong Kementerian Sains dan TIK agar lebih kencang lagi dalam melakukan pengawasan dan mengelola industri keuangan digital.
Korea Selatan Terus Perangi Aktivitas Gelap
Terlepas dari hal itu, pemerintah Korea Selatan (Korsel) sempat menuduh bahwa ragam aksi tindakan peretasan kripto yang terjadi di wilayahnya merupakan ulah dari negara tetangganya, yaitu Korea Utara (Korut).
Oleh karena itu, awal September lalu, pemerintah setempat mulai mengajukan rancangan undang-undang (RUU) untuk bisa membekukan mata uang kripto yang digunakan Korut.
Di sisi lain, RUU tersebut juga digadang-gadang sebagai representasi dari optimisme presiden Korea Selatan terhadap kerangka keamanan siber.
Sikap tegas Korea Selatan mulai dilakukan menyusul adanya laporan dari intelijen Korea yang menyebut bahwa sekitar 1,67 triliun won atau sekitar US$1,28 miliar dana dalam bentuk Bitcoin (BTC) dan Ether (ETC) raib dicuri oleh peretas Korea Utara pada tahun lalu.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.