Lihat lebih banyak

Vauld Cari Penasihat Hukum usai ED India Terbitkan Perintah Pembekuan Aset

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Vauld dilaporkan sedang mencari penasihat hukum untuk membantu mereka dalam menghadapi ED India, yang memerintahkan mereka untuk membekukan asetnya.
  • Entitas Vauld di India dituduh telah membantu beberapa perusahaan untuk mengirimkan uangnya ke perusahaan Cina.
  • Vauld sendiri mengklaim bahwa proses KYC mereka sudah memadai.
  • promo

Vauld, crypto lender asal Singapura, menunjukkan keberatannya atas sikap Enforcement Directorate (ED) India yang mengeluarkan perintah pembekuan terkait kasus pencucian uang yang sedang berlangsung.

Vauld mengklaim perintah pembekuan itu menyakitkan bagi mereka. Pasalnya, perusahaan mengaku telah memenuhi panggilan dari lembaga penegak hukum itu saat dimintai dokumen dan informasi.

Vauld merupakan salah satu dari sepuluh crypto exchange yang dituduh memiliki keterkaitan dengan Cina dan telah berada di bawah pengawasan lembaga otoritas di India, karena membantu pencucian uang senilai Rs 1.000 crore.

Kumpulan perusahaan tersebut; termasuk crypto exchange asal India, yakni WazirX, diduga melakukan pencucian uang bagi berbagai perusahaan predatory fintech yang menggunakan bursa kripto untuk membeli Rs 100 crore dan mengirimkannya ke wallet di luar negeri.

ED mengklaim bahwa para perusahaan crypto exchange tersebut tidak melaksanakan pemeriksaan know-your-customer (KYC) yang memadai ataupun menyimpan catatan transaksi mencurigakan (suspicious transaction records / STRs).

Kemudian, seorang sumber yang familier dengan masalah tersebut mengatakan bahwa kurangnya regulasi menjadi ‘selubung’ bagi para perusahaan yang melakukan pencucian uang untuk memindahkan aset mereka ke luar negeri. Dalam banyak kasus, saat ditelusuri, transaksi bermuara pada orang-orang yang berada di daerah terpencil.

Terkait tuduhan yang menimpa perusahaannya, CEO WazirX, Nischal Chetty, belum lama ini ini menyampaikan pendapatnya di Twitter. Ia juga sempat ‘perang cuitan’ dengan CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ), terkait masalah kepemilikan WazirX.

Pekan lalu, ED sudah terlebih dulu membekukan rekening bank milik WazirX, yang berisi Rs 65,67 crore; dan kini, lembaga regulator India itu mulai mengalihkan perhatiannya kepada Vauld.

Keberatan dengan Perintah Pembekuan Dana dari ED India

Menurut pihak Vauld, ED telah memerintahkan untuk membekukan dana senilai Rs 2,040 juta dari “pool wallet” yang terhubung dengan seorang pelanggan; padahal akun tersebut sudah dinonaktifkan. Flipvolt Technologies, entitas milik Vauld di India, sebelumnya dituduh menggunakan 23 perusahaan untuk menyedot dana milik Yellow Tune Technologies. Adapun Yellow Tune Technologies adalah sebuah perusahaan Cina yang para pendirinya tidak bisa dilacak.

Merasa pihaknya sudah mematuhi peraturan KYC yang ketat, Vauld secara hormat tidak menyetujui permintaan ED. Mereka pun mencari penasihat hukum untuk membantunya dalam masalah ini. Perusahaan mengatakan bahwa perlindungan konsumen dan para pemegang saham adalah hal yang terpenting.

Kendati demikian, mereka telah berkomitmen untuk bekerja sama dengan ED di masa mendatang.

Enam Minggu yang Berat bagi Vauld

Pada tanggal 4 Juli lalu, perusahaan crypto lender yang mendapat dukungan dari Valar Ventures milik Peter Thiel dan crypto exchange Coinbase ini telah menangguhkan penarikan, setoran, dan perdagangan pada platform miliknya. Be[In]Crypto melaporkan bahwa alasan Vauld melakukan alasan tersebut adalah kondisi pasar kripto yang tidak menentu, setelah para pengguna menarik dana senilai US$200 juta.

Di samping itu, mereka juga melakukan perampingan perusahaan, dengan memangkas 30% dari jumlah karyawannya.

Tak lama setelah penangguhan layanannya, Vauld pun mencari kuasa hukum yang dapat membantu mereka dalam menemukan opsi restrukturisasi. Kemudian, sehari setelahnya, lending platform Nexo menawarkan untuk membeli perusahaan tersebut; serta menandatangani term sheet yang memberikan waktu 60 hari untuk menyelesaikan pembelian perusahaan.

Lalu, di tanggal 8 Juli kemarin, perusahaan mengumumkan aplikasi perintah moratorium di Singapura guna memberikan mereka ruang dalam proses restrukturisasi. Serupa dengan pengajuan Chapter 11 Bankruptcy menurut hukum Amerika Serikat, moratorium tersebut memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan operasinya, tanpa mengkhawatirkan likuidasi.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

482684f67f7c6a6c68bb22d21073cef7?s=120&d=wp_user_avatar&r=g
David Thomas
David Thomas lulus dari Universitas Kwa-Zulu Natal di Durban, Afrika Selatan, dengan gelar kehormatan di bidang teknik elektronik. Dia bekerja sebagai insinyur selama delapan tahun, mengembangkan perangkat lunak untuk proses industri di perusahaan spesialis otomasi Afrika Selatan, Autotronix (Pty) Ltd, sistem kontrol pertambangan untuk AngloGold Ashanti, dan produk konsumen di Inhep Digital Security, sebuah perusahaan keamanan dalam negeri yang sepenuhnya dimiliki oleh konglomerat Swedia,...
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori