Lihat lebih banyak

Visa Siapkan Investasi Lebih dari Rp1,5 Triliun untuk Pengembangan Generative AI

2 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Visa mengaku siap menginvestasikan dana sekitar US$100 juta (lebih dari Rp1,5 triliun) untuk mendorong pengembangan generative AI.
  • Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk mengembangkan startup yang berfokus pada AI dan produk inovatif dalam dunia pembayaran.
  • Dalam pengembangannya, Visa berniat memodifikasi pemanfaatan generative AI yang sudah banyak dilakukan oleh beberapa entitas teknologi lainnya.
  • promo

Pengembangan teknologi artificial intelligence (AI) perlahan tapi pasti terus dilakukan oleh banyak perusahaan. Aksi terbaru datang dari salah satu raksasa pembayaran global, yaitu Visa, Inc.

Visa mengaku siap menginvestasikan dana sekitar US$100 juta atau lebih dari Rp1,5 triliun untuk mendorong pengembangan generative AI. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk mengembangkan startup yang berfokus pada AI dan produk inovatif dalam dunia pembayaran. Guna mendistribusikan dana anyar ini, Visa menunjuk salah satu entitas usahanya, yakni Visa Ventures, untuk bertindak sebagai kurator.

Dalam pengembangannya, Visa berniat memodifikasi pemanfaatan generative AI yang sudah banyak dilakukan oleh beberapa entitas teknologi lainnya.

Chief Product Officer (CPO) Visa, Jack Forestell, mengatakan selama ini, generative AI digunakan untuk mengembangkan sistem kecerdasan buatan umum yang mampu menghasilkan teks, gambar ataupun konten lainnya.

“Dengan masuknya Visa, perusahaan ingin membangun generative AI yang juga bisa mengubah perdagangan dengan cara yang bisa dipahami,” ungkap Forestell.

Pihak Visa mengeklaim bahwa inisiatif dalam AI bukan baru ini dilakukan. Perusahaan sudah memulainya sejak 1993 silam. Kala itu, Visa sudah menggunakan teknologi AI untuk manajemen risiko dan alat untuk memerangi penipuan.

Sempat Luncurkan VisaNet+AI

Dua tahun lalu, Visa rupanya sudah mengembangkan AI dengan meluncurkan produk VisaNet+AI. Layanan itu digadang-gadang mampu mengatasi tantangan jangka panjang dan permasalahan yang dihadapi bank, pelaku usaha, dan konsumen untuk mengelola saldo rekening dan ketidakpastian penyelesaian transaksi harian bagi lembaga keuangan.

Forestell sudah menyebut bahwa inisiatif itu merupakan awal dari apa yang bisa perusahaan lakukan dengan kekuatan AI. Terlebih lagi, pengembangan AI menjadi keharusan untuk dilakukan, karena konsumen digitalnative saat ini mengharapkan visibilitas keuangan secara real-time. Hal ini sejalan dengan tingginya pembayaran berbasis mobile phone ataupun pembayaran seluler lainnya.

Head of Visa Ventures, David Rolf, menambahkan kondisi itu pula yang akhirnya mendorong perusahaan untuk terus menggenjot inovasi dalam ruang pembayaran dan perdagangan. Menurutnya, potensi generative AI untuk menjadi salah satu teknologi paling transformatif sangat besar.

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh rival kuat Visa, yakni Mastercard. Dalam laporannya, perusahaan menyebut bahwa generative AI tidak mengalami siklus hype seperti yang terjadi pada teknologi baru lain.

Mastercard memandang bahwa generative AI menunjukkan kasus penggunaan yang jelas dan mengarah pada penciptaan solusi yang kuat dan berkembang dengan cepat.

“Peluang baru akan bermunculan dan teknologi ini akan siap mendorong transformasi di semua sektor, termasuk untuk perusahaan besar, usaha kecil, perbankan, ritel dan juga perjalanan,” jelas Mastercard.

Visa Tertarik untuk Mencicipi Ragam Teknologi Baru

Selain aktif mendorong investasi AI, Visa juga getol membangun ekosistem kripto. Pada April lalu, Head of Crypto Visa, Cuy Sheffield, menuturkan pihaknya memiliki roadmap yang ambisius untuk produk kripto.

Perusahaan pun terus melakukan rekrutmen untuk memperkuat formasi di bidang perangkat lunak guna mendorong adopsi arus utama di jaringan blockchain publik dan pembayaran berbasis stablecoin.

“Saya sangat tertarik mengunakan Github Copilot dan alat teknis berbasis AI lainnya untuk menulis dan [melakukan] debug smart contract,” tutur Sheffield.

Kiprah Visa di industri kripto pertama kali dilakukan pada tahun 2020. Pada waktu itu, Visa mengikat kerja sama dengan Circle, penerbit stablecoin USD Coin (USDC), untuk mendukung pembayaran berbasis kripto.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori