Lihat lebih banyak

5 Prediksi Kripto di Tahun 2022 yang Mungkin Tidak Akan Pernah Jadi Nyata

4 mins
Oleh Varuni Trivedi
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Saat harga Bitcoin mencapai higher high dan akhirnya mencetak level tertinggi sepanjang masa di US$69,000 pada Q3 dan Q4 2021, sejumlah prediksi harga bernada bullish bermunculan untuk akhir tahun 2022.
  • Dalam sebuah wawancara tahun 2021, Willy Woo sempat menyebutkan bahwa usai siklus bull 2021, tidak akan ada lagi tren bearish di pasar kripto.
  • Pertumbuhan pesat yang ditorehkan USDC selama setahun terakhir sempat membuat banyak orang percaya bahwa koinnya mampu menyalip USDT sebagai stablecoin paling unggul di pasar, tapi faktanya hal tersebut tidak terjadi.
  • promo

Pasar kripto telah berkembang pesat pada tahun 2021 berkat Bitcoin (BTC) dan aset kripto top lainnya yang mencetak serangkaian rekor all-time high (ATH) baru. Atas prestasi tersebut, para pelaku pasar dan analis akhirnya membuat beberapa prediksi bullish. Hal itu juga akibat tingginya ekspektasi publik untuk kripto teratas tersebut. Namun, akibat terjangan crypto winter, kini berbagai prediksi seputar pasar kripto yang sempat dilontarkan seakan ikut hilang tergerus waktu.

Saat harga Bitcoin mencapai level all-time high (ATH) baru pada November 2021, kapitalisasi pasar kripto global melonjak tajam hingga US$3 triliun. Hopium atau ekspektasi yang tinggi terhadap kelas aset tersebut juga memicu hiruk-pikuk ritel yang datang bersamaan dengan prediksi bullish terhadap market kripto dari investor, analis, dan trader terkenal.

Namun, 2022 justru memberikan sesuatu yang berbeda bagi para investor kripto. Faktor-faktor seperti ketidakpastian ekonomi makro, inflasi, dan kenaikan suku bunga The Fed secara bersamaan memperparah kondisi pasar kripto. Apalagi, karakteristik pasar kripto yang memang sudah sejak awal bersifat volatil. Alhasil, sebagian besar aset kripto tergelincir dan harganya anjlok drastis. Pada akhirnya, aksi pasar yang menyedihkan tersebut sukses mematahkan segala prediksi bullish yang sempat tercipta dengan optimis pada tahun 2021 lalu.

Lantas, apa saja prediksi pasar kripto yang nampaknya tak akan pernah menjadi nyata di tahun 2022 ini? Yuk, kita simak selengkapnya dalam ulasan ini!

Prediksi Bitcoin (BTC) Akan Capai Harga US$100 Ribu

Sebelumnya, ketika harga Bitcoin mencapai higher high dan mencetak ATH di level US$69.000 pada Q3 dan Q4 2021, ada sejumlah pihak yang membuat prediksi harga bullish untuk akhir tahun 2022. Beberapa prediksi tersebut meramalkan bahwa harga BTC akan mencapai level US$100.000. Bahkan, ada yang memperkirakan bahwa harganya bisa sampai US$162.000.

Tapi, dengan aksi harga Bitcoin yang terus berfluktuasi di bawah level US$20.000 pada Q4 2022, prediksi bullish tersebut cenderung mustahil bisa terwujud. Pada tahun 2021, model Stock to Flow (S2F) Plan B memprediksi bahwa harga Bitcoin bisa meroket ke level setinggi US$100.000 pada tahun 2022. Lalu, berpotensi mencetak US$1 juta pada tahun 2025.

Sementara itu, skenario terburuk PlanB untuk harga BTC adalah mencapai level US$135.000 pada akhir tahun 2021. Tapi, BTC justru mencatat jumlah yang jauh berbeda dari prediksi tersebut. Aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar ini ternyata justru hanya bisa menutup tahun lalu dengan harga sebesar US$45.600 saja.

Selain itu, ada pula analis terkenal Willy Woo yang memberi prediksi bahwa pada akhir tahun, BTC akan mencapai nilai US$162.000. Tidak sampai di situ saja, Woo bahkan mengungkapkan prediksi yang lebih gila lagi. Saat itu, ia mengatakan bahwa koin tersebut masih memungkinkan untuk mencetak harga US$200.000 pada akhir tahun 2021. Lebih lanjut, Woo optimis bahwa harga BTC tidak akan mungkin bisa amblas di bawah level US$50.000.

Namun faktanya, baru-baru ini, sejak crypto winter melanda pasar kripto global, Woo merevisi prediksinya. Kemudian, mengatakan bahwa level US$30.000 adalah level US$100.000 yang baru dan merupakan target realistis harga BTC tahun ini.

Tidak Akan Ada Lagi Bear Market

Dalam sebuah wawancara tahun 2021 di podcast “What Bitcoin Did”, Willy Woo kembali mengungkapkan prediksinya. Ia menyebutkan bahwa setelah siklus bull 2021, tidak akan ada lagi tren bearish yang terjadi di pasar kripto. Lebih lanjut, dia merincikan bahwa tidak akan terjadi lagi bear market berskala besar, dan kemungkinan harga BTC hanya akan terus berfluktuasi secara konstan.

Namun, ternyata fakta berkata lain, harga BTC justru telah membukukan penurunan parah hingga lebih dari 70%. Nyatanya, bahkan pasar yang lebih besar tampaknya juga belum bisa terlepas dari cengkeraman bear market. Hai itu terbukti dengan harga sebagian besar kripto teratas yang juga turut anjlok hingga dua digit dari ATH-nya.

Prediksi Ether akan Lebih Unggul dari Bitcoin

Pada tahun 2021, yaitu periode ketika Bitcoin dan Ether (ETH) masing-masing berhasil mencetak ATH baru, performa harga ETH secara signifikan sukses mengungguli Bitcoin. Sepanjang bulan Oktober dan November 2021, BTC hanya mampu mencatat kenaikan hampir 64%, sementara ETH mencatat kenaikan lebih dari 70%. Dalam hal ini, Ethereum berhasil mengungguli tingkat kenaikan harga Bitcoin.

Dengan The Merge Ethereum, yang berlangsung pada September 2022 lalu, pasar yang lebih luas memprediksi bahwa harga ETH akan meroket dan sekali lagi mampu melampaui performa harga BTC. Namun, lagi-lagi prediksi tersebut gagal menjadi nyata. Hal itu karena secara historis, ETH seringkali hanya akan mengikuti jejak BTC.

Pada saat publikasi artikel, baik ETH maupun BTC mencetak ROI jangka pendek dan jangka panjang yang negatif. Spesifiknya, ROI tahunan Ether mencapai -65,48%, sedangkan ROI tahunan Bitcoin berada di -68,30%.

USDC akan Mengungguli Tether sebagai Stablecoin Terbesar

Pertumbuhan USD Coin (USDC) yang cemerlang selama setahun terakhir, yang juga sejalan dengan kapitalisasi pasar stablecoin yang mencapai lebih dari US$55 miliar, membuat banyak orang percaya bahwa koin ini memiliki potensi untuk mengungguli kedudukan Tether (USDT) sebagai stablecoin paling top di pasar saat ini.

Namun, pada saat publikasi, USDT terbukti masih berhasil mempertahankan monopoli pasarnya sebagai aset digital dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga. Kapitalisasi pasar USDT mencapai US$68,43 miliar, sedangkan USDC hanya sanggup mencapai angka US$44,99 miliar pada periode yang sama.

Selain itu, meskipun USDC berada tepat di belakang USDT dalam hal pangsa pasar, USDC masih berhasil mempertahankan peringkatnya di urutan kedua dalam persaingan tersebut.

Memecoin dan Token Metaverse akan Mengguncang Industri

Memecoin, seperti Dogecoin (DOGE) dan Shiba Inu (SHIB), menjadi topik hangat di berbagai berita sepanjang tahun 2021 lalu. Hal itu sebagian besar berkat euforia ritel dan juga demonstrasi yang dipicu oleh Elon Musk. Sedangkan, bagian pasar lain yang mampu menarik perhatian publik dengan tidak kalah masifnya adalah token metaverse, seperti ApeCoin (APE) dan Decentraland (MANA).

Harga dan popularitas token metaverse melesat tajam menjelang akhir tahun 2021 lalu, sementara memecoin seperti DOGE dan SHIB memimpin kenaikan pasar pada Q3 2021. Sayangnya tahun ini, memecoin dan token metaverse kehilangan daya tariknya, karena pelaku pasar lebih cenderung berinvestasi dalam aset-aset paling top saja.

Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi kripto tahun 2022 yang berpotensi gagal terwujud ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori