Lihat lebih banyak

Terseret Krisis, Amber Group secara Mengejutkan Dapat Pendanaan Baru Rp4,6 Triliun

4 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Amber Group mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan putaran pendanaan Seri C senilai US$300 juta (Rp4,6 triliun).
  • Suntikan dana segar ini dipimpin oleh Fenbushi Capital US serta sejumlah investor kripto lainnya.
  • Pihak Amber Group menolak untuk membocorkan berapa valuasi perusahaan saat ini.
  • promo

Amber Group pada hari Jumat (16/12) mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan putaran pendanaan Seri C senilai US$300 juta (Rp4,6 triliun). Suntikan dana segar ini dipimpin oleh venture capital (VC) Fenbushi Capital US serta sejumlah investor kripto lainnya.

Akun Twitter Amber Group mengklaim, “Putaran pendanaan baru ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap bisnis dan komitmen kami untuk membentuk masa depan bersama. Sebagai bagian dari masa depan tersebut, penting bagi kami untuk beradaptasi dan melindungi klien kami di kondisi market yang menantang ini.”

Bloomberg melaporkan bahwa sebagian besar pendanaan yang baru diraih akan diberikan kepada klien institusional dan berpenghasilan tinggi yang berinvestasi dalam produk Amber Group yang menggunakan FTX.

Kemungkinan produk yang dimaksud adalah produk yang berusaha mengeksplorasi peluang arbitrase antara crypto exchange yang berbeda. Adapun para pelanggan ritel tidak dapat berinvestasi dalam jenis produk ini melalui Amber Group.

Mencatatkan Valuasi yang Lebih Rendah

Valuasi Amber Group pada putaran pendanaan ini disebut lebih rendah dari US$3 miliar pada Februari 2022. Pihak Amber Group menolak untuk membocorkan berapa valuasi perusahaan saat ini.

Amber Group didirikan pada sekitar tahun 2017 oleh sekelompok pendiri termasuk mantan trader Morgan Stanley. Salah satu pendiri Amber Group, Tiantian Kullander, meninggal dunia secara tidak terduga di usia 30 tahun pada 23 November lalu.

Para investor Amber Group term90asuk Blockchain.com Ventures, Sequoia Capital, Coinbase Ventures, Pantera Capital, hingga Temasek. Data Crunchbase memperkirakan bahwa mereka telah mengumpulkan total pendanaan dari investor sekitar US$328 juta.

Selain Amber Group, perusahaan kripto lain, seperti Blockchain.com dan Blockcstream, baru-baru ini juga berupaya mengumpulkan pendanaan baru dengan penilaian valuasi yang lebih rendah. Hal ini mencerminkan kondisi market yang sedang sulit dan anjloknya minat dari VC pada dunia kripto.

Putaran Pendanaan yang Merespon Krisis FTX

Co-founder dan CEO Amber Group, Michael Wu, mengatakan kepada Bloomberg bahwa pendanaan yang mereka kumpulkan ini, terutama untuk pelanggan yang kehilangan uang mereka di platform yang turut terkena imbas dari kehancuran FTX itu.

Sebagai pengingat, Amber Group merupakan platform perdagangan dan pinjaman kripto yang pada 4 November lalu dilaporkan berencana untuk mengumpulkan US$100 juta dalam putaran pendanaan Seri B+ dengan valuasi perusahaan US$3 miliar. Namun, mereka mengubah taktik setelah kerajaan kripto Sam Bankman-Fried (SBF) hancur, yang ditandai dengan pengajuan kebangkrutan FTX Group pada 11 November lalu.

“Kami membuat keputusan cepat untuk menghentikan putaran sebelumnya [Seri B+, dan bergerak maju ke Seri C],” jelas Michael Wu.

Perusahaan yang berbasis di Singapura itu mengaku memiliki kurang dari 10% dari keseluruhan modal perdagangannya di FTX. Adapun proporsi itu telah meningkat karena volume perdagangan keseluruhan Amber Group telah menyusut.

Pihak Amber Group mengatakan bahwa mereka harus menyeimbangkan kembali beberapa posisi. Namun, semua ini diklaim tidak memengaruhi operasi sehari-hari atau kelangsungan bisnis mereka.

Kronologi Kabar PHK Karyawan Amber Group

Sebelumnya, pada 9 November lalu, Amber Group dilaporkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 10% dari total karyawannya. Namun, pada 29 November lalu, mereka kedapatan mengakuisisi crypto exchange Sparrow yang berbasis di Singapura.

Kemudian, pada 6 Desember kemarin, Amber Group dikabarkan memberhentikan sejumlah karyawannya dan menunda putaran pendanaan di tengah gejolak sektor kripto yang dipicu kehancuran FTX. 

Maju pada 9 Desember kemarin, Amber Group disebut memangkas lebih dari 40% karyawannya. Di sisi lain, pada 9 Desember juga, Amber Group dituding berutang sekitar US$130 juta kepada Darshan Bathija yang merupakan CEO crypto trading & lending platform Vauld.

Dalam puncaknya, Amber Group memiliki sekitar 1.100 karyawan pada awal tahun ini. Namun, pada 15 Desember kemarin, Amber Group dilaporkan memangkas sekitar 60% karyawannya menjadi kurang dari 400.

Meningkatkan Efisiensi Perusahaan

Amber Group mencoba meredakan kekhawatiran dari para pelanggan mereka ketika kehancuran FTX dapat memicu efek domino krisis bagi sejumlah perusahaan kripto lainnya.

Sebagai informasi, BlockFi adalah korban nyata dari runtuhnya kerajaan SBF. Pada 28 November lalu, crypto lending platform itu mengumumkan bahwa mereka mengajukan petisi sukarela untuk perlindungan kebangkrutan.

Dalam menghadapi dinamika market yang menantang, Amber Group dilaporkan memangkas biaya operasional perusahaan karena mencoba untuk kembali ke akarnya dengan hanya menyediakan layanan bagi para klien institusional dan berpenghasilan tinggi.

CEO Amber Group mengatakan bahwa total karyawan Amber Group akan menyusut menjadi sekitar 300 orang, yang merupakan jumlah karyawan perusahaan pada akhir 2020 dan awal 2021.

Selain melakukan PHK, Amber Group juga melakukan penangguhan bonus hingga pengurangan gaji di antara manajemen perusahaan. Tidak hanya itu, mereka turut menutup operasi pelanggan ritel dan mengakhiri kesepakatan sponsorship dengan klub sepak bola Inggris Chelsea FC.

Ketika ditanya apakah Amber Group akan mengakhiri kemitraan dengan klub sepak bola Spanyol Atletico Madrid, CEO Amber Group menolak berkomentar secara khusus tentang kesepakatan itu. Namun, dia menjelaskan bahwa Amber Group berniat mengurangi semua usaha pemasaran mereka.

CEO Amber Group menegaskan bahwa perusahaannya masih beroperasi. Meski turut terkena crypto winter yang parah pada tahun ini, Michael Wu yakin dengan prospek jangka panjang perusahaannya.

“Memasuki tahun depan, saya yakin kami akan menjadi salah satu dari sedikit perusahaan layanan kripto besar yang tersisa,” tegas CEO Amber Group.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori