Lihat lebih banyak

Pemerintah AS Akan Terbitkan Obligasi Baru hingga US$1 Triliun, Pertanda Negatif bagi Market Kripto?

4 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Niat pemerintah AS terbitkan obligasi baru usai ditekennya kesepakatan debt ceiling dianggap memberi efek negatif bagi pasar, termasuk kripto.
  • Diperkirakan, para pembeli obligasi pemerintah AS adalah entitas seperti bank, reksa dana pasar uang, dan sejumlah besar pembeli yang secara longgar diklasifikasikan sebagai non-bank.
  • Terkait penjualan terbaru obligasi pemerintah ini, sejumlah pihak dari komunitas kripto turut angkat bicara.
  • promo

Dengan kesepakatan kenaikan batas plafon utang (debt ceiling) Amerika Serikat (AS) akhirnya ditandatangani menjadi undang-undang (UU) pada hari Sabtu (3/6) kemarin oleh Presiden Joe Biden, selanjutnya Departemen Keuangan AS akan mengeluarkan rangkaian obligasi baru untuk segera mengisi kembali pundi-pundinya. Hal ini dinilai pertanda negatif bagi pasar saham, termasuk bagi market kripto.

Kondisi ini dinilai akan menjadi pengurasan lain pada berkurangnya likuiditas. Sebab, simpanan bank digerebek untuk membayar obligasi yang baru diterbitkan itu. Para analis Wall Street, untuk menggambarkan pasar keuangan di AS secara umum, memperkirakan bahwa market belum siap.

Dampak negatif dari hal ini dinilai dapat dengan mudah ‘mengecilkan efek’ dari kebuntuan sebelumnya atas batang utang. Program pengetatan kuantitatif (QT) dari Federal Reserve (The Fed / bank sentral AS) telah mengikis cadangan uang di bank, sementara para manajer pengelola uang telah menimbun uang tunai untuk mengantisipasi resesi.

Ahli strategi JPMorgan Chase & Co, Nikolaos Panigirtzoglou, memperkirakan banjir obligasi pemerintah AS (US Treasury) akan menambah efek QT pada pasar saham dan obligasi, dengan perkiraan menurunkan hampir 5% dari kinerja gabungan mereka tahun ini.

Sementara itu, ahli strategi makro Citigroup juga menawarkan perhitungan serupa. Menunjukkan perkiraan penurunan rata-rata 5,4% di indeks pasar saham S&P 500 selama 2 bulan dapat mengikuti penarikan likuiditas sebesar itu.

Penjualan Obligasi Pemerintah AS Dimulai Hari Senin Ini

Penjualan obligasi pemerintah AS yang akan dimulai pada hari Senin (5/6) waktu setempat dinilai akan bergemuruh di setiap kelas aset (termasuk dunia kripto) karena pasokan uang diklaim sudah menyusut.

Pihak JPMorgan memperkirakan ukuran luas likuiditas akan turun sekitar US$1,1 triliun dari sekitar US$25 triliun pada awal 2023.

“Ini menguras likuiditas yang sangat besar. Kami jarang melihat yang seperti itu. Hanya dalam tabrakan parah seperti krisis Lehman Brothers [dalam krisis keuangan global 2008] ketika Anda melihat kontraksi seperti itu,” kata Nikolaos Panigirtzoglou kepada Bloomberg.

JPMorgan memperkirakan ini adalah tren, yang bersamaan dengan pengetatan The Fed, akan mendorong ukuran likuiditas turun pada tingkat tahunan yang diperkirakan sebesar 6%. Hal itu tentu berbeda dengan pertumbuhan tahunan untuk sebagian besar pada dekade terakhir.

Siapa yang Akan Beli Obligasi Pemerintah AS?

Dengan default atau gagal bayar utang pemerintah AS yang nyaris dihindari, Departemen Keuangan AS akan memulai mencari pinjaman yang bisa mencapai US$1 triliun pada akhir kuartal III/2023. Hal itu dimulai dengan beberapa lelang surat utang negara pada hari Senin ini dengan total lebih dari US$170 miliar.

Diperkirakan, para pembeli obligasi pemerintah AS adalah entitas seperti bank, reksa dana pasar uang, dan sejumlah besar pembeli yang secara longgar diklasifikasikan sebagai non-bank. Entitas ini termasuk households (rumah tangga atau sekelompok orang yang hidup bersama), dana pensiun, dan perbendaharaan perusahaan.

Bank dinilai ‘memiliki selera terbatas’ untuk obligasi pemerintah AS saat ini. Sebab, imbal hasil yang ditawarkan tidak mungkin mampu bersaing dengan apa yang bisa mereka dapatkan dari cadangan mereka sendiri.

Namun, bahkan jika bank tidak mengikuti lelang obligasi pemerintah AS, peralihan dari deposito ke obligasi pemerintah AS oleh klien mereka dapat mendatangkan malapetaka.

Citigroup menunjukkan tingkat pengembalian (return) S&P 500 yang negatif setelah penarikan cadangan bank sebesar US$500 miliar dalam rentang 12 minggu termasuk pada Agustus dan September 2020 serta Februari dan Mei 2022. Hal itu dinilai sebagai sinyal bahwa pasar saham telah menderita saat cadangan bank jatuh.

Di sisi lain, ada juga skenario yang lebih jinak. Dengan pasokan obligasi pemerintah AS diambil oleh reksadana pasar uang. Diasumsikan bahwa pembelian berasal dari pot uang mereka sendiri. Hal ini membuat cadangan bank tetap utuh.

Sementara itu, bila skenario pembeli utama datang dari pihak non-bank, entitas ini juga akan membebaskan uang tunai mereka dengan melikuidasi deposito di bank untuk membeli obligasi pemerintah AS. Hal ini dinilai memperburuk pelarian modal yang menyebabkan krisis bank regional seperti yang terjadi di Silicon Valley Bank (SVB) dan mengacaukan sistem keuangan pada tahun ini.

Singkatnya, ketika ada penurunan tajam dalam cadangan bank, pasar saham akan jatuh, dengan aset berisiko menanggung beban kerugian, termasuk bagi market kripto.

Komunitas Kripto Anggap Bitcoin Tetap Jadi Pilihan

Terkait penjualan terbaru dari obligasi pemerintah AS, sejumlah pihak dari komunitas kripto turut angkat bicara.

Scott Melker, yang menjalankan akun Twitter The Wolf Of All Streets dengan 897,5 ribu followers, mengatakan, “Plafon utang AS telah dinaikkan, US$1 triliun dalam bentuk obligasi baru akan diluncurkan ke pasar. Namun, siapa yang akan membelinya?”

Menurut catatannya, para bank sentral dari negara lain selama dekade terakhir beralih dari menambah kepemilikan obligasi pemerintah AS, menjadi penjualan bersih, yang mengurangi kepemilikan obligasi pemerintah AS mereka sebesar US$564 miliar sejak Juni 2021.

Tanpa menjelaskan bagaimana skemanya, Scott Melker menyebut obligasi pemerintah AS yang terbaru akan dibeli oleh The Fed. Menurut catatan Investopedia, hal itu dapat dilakukan lewat Operasi Pasar Terbuka (OMO).

Terkait pernyataan itu, akun Twitter Duo Nine yang memiliki 35 ribu followers ikut menanggapi dengan menulis, “Jadi yang mencetak uang juga yang membeli. Kedengarannya seperti sebuah bank sentral,” serta seperti, “Sebuah skema Ponzi,” imbuh netizen lainnya.

Sementara itu, akun Twitter Stack Hodler, yang diidentifikasi sebagi pendukung Bitcoin dan memiliki 42,6 ribu followers, turut ikut bersuara.

Dia mengaku memutuskan untuk, “Tidak meminjamkan uang kepada pemerintah AS yang bangkrut karena kami tidak ingin dibayar kembali dalam bentuk uang monopoli [uang mainan atau palsu]. Kami telah menghapus semua leverage [yang memungkinkan trader meningkatkan eksposur pada suatu instrumen investasi tanpa harus menggunakan modal penuh] dan duduk [menaruh dana] di mata uang franc Swiss (CHF), emas, dan Bitcoin.”

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori