Lihat lebih banyak

Bank Sentral Australia Sebut CBDC Punya Potensi untuk Sistem Pembayaran

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Bank Sentral Australia (RAB) mengatakan terdapat beberapa pengembangan yang bisa dilakukan dengan hadirnya CBDC, termasuk di sistem pembayaran.
  • Namun, untuk mencapai implementasi dan adopsi CBDC secara massal, RAB mengakui bahwa terdapat dasar hukum yang harus dicapai.
  • Dalam proses uji coba CBDC, RBA memilih untuk menggunakan DLT berbasis Ethereum, karena DLT dinilai merupakan teknologi yang bisa disesuaikan dan terbuka untuk inovasi aset digital.
  • promo

Bank Sentral Australia (RBA) menaruh perhatian khusus terhadap rencana penerbitan mata uang digital bank sentral alias central bank digital currency (CBDC). Setelah mengumumkan uji coba CBDC di Maret lalu, dalam laporan terbarunya, RBA mengatakan bahwa terdapat beberapa pengembangan yang bisa dilakukan dengan hadirnya CBDC.

Melalui pilot project mereka, RBA ingin mengeksplorasi bagaimana CBDC bisa digunakan untuk pembayaran menggunakan eAUD, Nature-based Asset Trading, SuperStream Payments, dan interoperabilitasnya dengan Web3 Commerce melalui jaringan Mastercard ataupun Cuscal.

“Akses terhadap CBDC bisa mendukung penciptaan pasar baru atau pasar yang lebih efisien. Terlebih lagi, terdapat minat khusus dari industri untuk melakukan eksplorasi terkait pengembangan aset yang ditokenisasi melalui CBDC,” jelas RBA.

Dalam laporan setebal 44 halaman itu, terungkap bahwa RBA berhasil menemukan fakta bahwa CBDC bisa digunakan untuk mendukung pembayaran bagi sektor rumah tangga dan bisnis.

Grafik potensi CBDC Australia | Sumber: RBA

“CBDC memungkinkan terjadinya pembayaran yang lebih cerdas, karena untuk transaksi yang sifatnya kompleks bisa menggunakan smart contract untuk kemudian di eksekusi secara otomatis. Hal tersebut akan mengurangi kebutuhan akan proses rekonsiliasi yang mahal dan juga potensi terjadinya kegagalan transaksi,” tulis laporan tersebut.

Namun, untuk mencapai implementasi dan adopsinya secara massal, RAB mengakui bahwa terdapat dasar hukum yang harus dicapai, terutama yang berhubungan dengan teknis dan operasional.

Di samping itu, laporan RBA ini juga menyoroti tentang manfaat CBDC yang digadang mampu mendukung inovasi di pasar keuangan. Setiap aset keuangan, termasuk surat utang konvensional, bisa ditokenisasi menggunakan distributed ledger technology (DLT) untuk mengejar efisiensi, transparansi, dan membuka aksesibilitas pasar.

Sejumlah negara saat ini tengah gencar mengeksplorasi penerbitan CBDC di wilayahnya, termasuk Indonesia. Temukan penjelasan selengkapnya tentang proyek CBDC Tanah Air di Bedah White Paper Rupiah Digital: Utilitas hingga Roadmap CBDC Indonesia.

Gunakan DLT Berbasis Ethereum

Saat melakukan uji coba, Bank Sentral Australia, selaku pemegang kewenangan tertinggi, memang sudah menyebut bakal menjajal 14 mekanisme, termasuk CBDC untuk proses corporate bond settlement dan penyelesaian transaksi foreign exchange (FX).

Dalam proses uji coba tersebut, RBA memilih untuk menggunakan DLT berbasis Ethereum. Meskipun begitu, pemerintah Australia mengakui bahwa hal tersebut bukan secara otomatis menjadikan pilihan teknologi untuk CBDC Australia adalah DLT Ethereum. Namun, alasan di balik langkah itu adalah karena DLT dinilai merupakan teknologi yang bisa disesuaikan dan terbuka untuk inovasi aset digital.

Hal serupa juga dilakukan oleh regulator moneter lainnya, yakni Norges Bank, yang merupakan bank sentral di Norwegia. Norges Bank secara lugas sudah mengumumkan bahwa pihaknya menggunakan teknologi Ethereum sebagai prototipe infrastruktur CBDC yang akan dikembangkan.

Pada Mei tahun lalu, mereka sudah mulai menyusun beberapa langkah untuk bisa mengeksplorasi pemanfaatan CBDC sebagai alat pembayaran yang aman, menarik, dan efisien bagi warganya.

BIS Sudah Rilis Kerangka Keamanan untuk CBDC

Meilhat tingginya minat bank sentral terhadap CBDC, hub bagi inovasi keuangan, yaitu Bank for International Settlements (BIS), sudah menyusun kerangka kerja khusus untuk menjadi pedoman dalam menangkal serangan dunia maya di CBDC.

Melalui proyek Polaris, BIS bermaksud untuk membuat kerangka keamanan bagi masing-masing bank sentral yang berniat menggenjot pemanfaatan mata uang digital. Menurutnya, pelaku kejahatan saat ini mengeksploitasi kelemahan dalam mekanisme konsensus dan smart contract.

“Beberapa implementasi CBDC ada juga yang menggunakan DLT dan smart contract, yang juga membuatnya rentan terhadap serangan yang dilakukan pada ekosistem DeFi,” ungkap BIS.

Oleh karena itu, BIS menekankan perlunya pengenalan terhadap lanskap ancaman baru yang dibawa oleh sistem CBDC sembari melakukan adopsi teknologi pendukung yang modern guna mendukung keamanan dan ketahanan.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori