Lihat lebih banyak

Bank Sentral Thailand Pacu Operasionalisasi Bank Virtual

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Bank Sentral Thailand baru saja menerbitkan Makalah Konsultasi tentang Kerangka Aturan Perizinan Bank Virtual.
  • Lembaga keuangan tersebut nantinya akan menjadi bank virtual pertama yang beroperasi di bahwa pengawasan Bank Sentral Thailand.
  • Dalam makalah tentang aturan perizinan pendirian bank virtual, disebutkan juga bahwa bank tersebut juga harus bisa memfasilitasi investasi masyarakat ke aset digital.
  • promo

Pemerintah Thailand sepertinya bakal terus memantapkan posisinya di industri Web3. Di tengah riuhnya pasar akibat banyaknya sentimen negatif yang mewarnai, negara berjulukan Negeri Gajah Putih itu tetap tancap gas untuk mengembangkan ekosistem mata uang virtual.

Akhir pekan lalu, Bank Sentral Thailand baru saja menerbitkan Makalah Konsultasi tentang Kerangka Aturan Perizinan Bank Virtual yang akan menjadi landasan bagi operasionalisasi bank tanpa kantor fisik. Jika tidak ada aral melintang, tahun 2025 mendatang lembaga perbankan yang akan berada sepenuhnya di dunia maya itu ditargetkan sudah siap untuk beroperasi secara penuh.

Assisten Gubernur Bank Sentral Thailand, Tharith Panpiemras, mengungkapkan bahwa sebelum bank virtual memulai layanannya di tahun 2025, Bank Sentral Thailand akan mulai mengeluarkan izinnya terlebih dulu pada 2024. Selain itu, pengguna juga sudah bisa mengunduh aplikasi bank virtual yang dimaksud di akhir kuartal ini.

Konsep Bank Virtual tanpa ATM

Ilustrasi Bank

“Saat ini sudah ada sepuluh entitas yang menyatakan minatnya untuk mengajukan izin pendirian bank virtual. Bank tersebut juga tidak diizinkan untuk mengoperasikan jaringan ATM-nya sendiri,” jelas Panpiemras.

Lembaga keuangan tersebut nantinya akan menjadi bank virtual pertama yang beroperasi di bahwa pengawasan Bank Sentral Thailand. Dalam makalah tentang aturan perizinan pendirian bank virtual, disebutkan juga bahwa bank tersebut juga harus bisa memfasilitasi investasi masyarakat ke aset digital.

Demi memastikan semuanya berjalan sesuai dengan aturan, dalam tahap awal, Bank Sentral Thailand akan mengawasi secara penuh entitas anyar tersebut. Disebutkan bahwa Bank Virtual dalam 3 sampai 5 tahun pertama hanya bisa beroperasi dalam kondisi tertentu. Hal tersebut dilakukan guna menjamin stabilitas bank berada dalam tahap yang mapan dan tidak ada risiko pada sistem keuangan yang sudah lebih dulu hadir.

“Hadirnya lembaga keuangan virtual dimaksudkan untuk bisa menghadirkan entitas yang mampu menciptakan efisiensi dalam transaksi sekaligus membuka akses keuangan pada masyarakat yang selama ini tidak tersentuh oleh lembaga keuangan tradisional,” tulis makalah tersebut.

Diharapkan Juga Mampu Memfasilitasi Transaksi CBDC Retail

Mata Uang Digital Bank Sentral CBDC

Meskipun tidak dielaborasi secara detail bagaimana bentuk layanan keuangan yang bisa dilakukan, namun beberapa pihak berharap agar hadirnya bank virtual juga bisa mampu memfasilitasi transaksi mata uang digital untuk sektor retail. Dengan begitu, pemerintah bisa langsung meningkatkan adopsi central bank digital currency (CBDC). Mulai dari transfer dana sosial hingga adanya fitur pembayaran secara offline tanpa mengandalkan ponsel pintar, serta sinyal internet bisa dihadirkan dalam layanan tersebut.

“Otentifikasi dan juga proses isi ulang dompet mata uang virtual bisa dilakukan dengan beberapa cara, tujuannya adalah agar bisa lebih mudah diakses oleh masyarakat dan tidak memerlukan rekening bank,” tulis pihak Bank Sentral Thailand dalam rekomendasi.

Thailand sendiri sampai saat ini masih dalam tahap pengembangan CBDC. Beberapa lembaga perbankan lokal disana juga sudah ikut mengembangkan mata uang digital untuk segmen retail. Namun, memang proses peluncurannya tidak bisa dilakukan secara serta merta. Setidaknya dibutuhkan waktu 5 tahun untuk bisa meluncurkan proyek tersebut.

Pemanfaatan Teknologi Blockchain

Pengembangan bank virtual di Thailand digadang sejalan dengan rencana pemerintah setempat yang sudah mencari cara mengimplementasikan teknologi blockchain. Pada Oktober tahun lalu, Asosiasi Fintech Thailand telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Koalisi Blockchain Hungaria. Aksi tersebut dimaksudkan untuk bisa mempromosikan dan mengembangkan teknologi blockchain di sektor keuangan.

Sebagai catatan, bagi pihak tertentu yang ingin mendaftarkan layanan bank virtual di Thailand harus menyiapkan modal yang tidak sedikit. Perusahaan yang ingin memulai bisnis tersebut harus merogoh kocek sebesar 5 miliar baht atau sekitar Rp2,28 triliun untuk registrasi, kemudian bakal meningkat menjadi 10 miliar baht atau sekitar Rp4,57 triliun ketika layanannya sudah beroperasi secara penuh.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori