Lihat lebih banyak

Thailand Jalin Kolaborasi dengan Hungaria Eksplorasi Teknologi Blockchain

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Thailand & Hungaria menjalin kolaborasi untuk menjelajahi pemanfaatan blockchain dalam sistem keuangan mereka.
  • Kerja sama dengan Koalisi Blockchain Hungaria akan membantu Thailand mendapatkan lebih banyak lagi pengalaman dalam industri aset digital.
  • Selain itu, kedua negara bisa dapatkan ide atau layanan baru berbasis blockchain di masa depan.
  • promo

Pengembangan teknologi blockchain terus terjadi di banyak negara. Demi mengejar efisiensi dan efektivitas transaksi keuangan negara, penggunaan blockchain dianggap menjadi solusi jitu menghadirkan keuangan yang transparan dan cepat. Terkait hal ini, Thailand dan Hungaria menjalin kolaborasi untuk menjelajahi pemanfaatan blockchain dalam sistem keuangan mereka.

Penandatanganan kerja sama diteken Asosiasi Fintech Thailand dan Koalisi Blockchain Hungaria untuk bersama-sama mempromosikan teknologi blockchain di sektor keuangan. Presiden Asosiasi Fintech Thailand, Chonladet Khemarattana, mengatakan bahwa layanan keuangan digital seperti e-commerce, mobile payment, dan mata uang digital berhasil tumbuh dengan subur di wilayah mereka.

Ditambah lagi, Thailand juga merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang sudah mengenal aset kripto. Hal ini menjadikan Negeri Gajah Putih sebagai penampung dari 20% pemegang kripto dunia.

“Kerja sama dengan perusahaan Hungaria akan membantu Thailand mendapatkan lebih banyak lagi pengalaman. Selain itu, kedua negara bisa mendapatkan ide atau layanan baru berbasis blockchain di masa depan,” ungkap Chonladet Khemarattana.

Adapun hadirnya sinergi ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan sikap pada pemerintah Hungaria, khususnya, yang selama ini telah secara lugas melarang segala jenis aktivitas kripto di negaranya.

Hungaria Sempat Larang Kripto

Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral Hungaria, Gyorgy Matolcsy, mengatakan bahwa regulator setempat melarang aktivitas perdagangan dan penambangan kripto. Dia pun menyerukan pada parlemen di Uni Eropa untuk melarang metode penambangan untuk menghasilkan aset kripto baru, khususnya Bitcoin (BTC).

“Mata uang kripto dapat memfasilitasi kegiatan ilegal dan cenderung digunakan sebagai skema ponzi. Apa yang dikatakan Bank Sentral Rusia adalah benar, bahwa pertumbuhan dan nilai pasar kripto ditentukan oleh permintaan spekulatif,” jelas Gyorgy Matolcsy.

Maju ke depan menyambut jalinan kerja sama dengan Thailand, Duta Besar Hungaria, Sándos Sipos, mengatakan bahwa pihaknya telah menyadari kebutuhan untuk membentuk tren dalam teknologi keuangan.

“Kerja sama ini [dengan Thailand] tidak hanya penting bagi kedutaan, melainkan juga penting bagi Hungaria secara keseluruhan untuk bisa mengenalkan solusi fintech terbaru,” ucap Sándos Sipos.

Sementara bagi Thailand, kerja sama ini akan semakin mengukuhkan langkah mereka untuk masuk lebih dalam ke industri keuangan digital. Pasalnya, selain pemanfaatan blockchain, Thailand telah berniat meluncurkan program uji coba central bank digital currency (CBDC) retail pada akhir tahun ini dengan target 10.000 pelanggan.

Dalam peluncurannya, CBDC Thailand akan digunakan seperti layaknya uang tunai yang bisa digunakan untuk pembelian berbagai produk dan layanan.

Hungaria Sudah Lebih Dulu Mulai Proyek CBDC

Hungaria sendiri sebenarnya sudah lebih dulu memulai proyek CBDC. Pada tahun 2020, negara yang memiliki ibu kota di Budapest ini meluncurkan proyek uji coba CBDC retail. Untuk memperkuat hal tersebut, Bank Sentral Hungaria menggandeng Digital Euro Association (DEA) demi meningkatkan upaya pendidikan terkait CBDC.

Menyambut hal ini, Ketua DEA, Jonas Gross, mengungkapkan kerja sama ini merupakan salah stau cara untuk memperluas jaringan Asosiasi Euro Digital di tingkat global. Apalagi, Magyar Nemzeti Bank (MNB) atau Bank Sentral Hungaria sudah melakukan proyek perdana dalam CBDC.

“Lewat percontohan CBDC ritel Hungaria, mereka telah memberikan masukan berharga terkait pendidikan dan desain CBDC yang bisa dipelajari oleh negara lain,” tambah Jonas Gross.

Perlu diingat, adanya dualisme pemahaman terkait aset kripto dan CBDC membuat Nigeria, pemilik CBDC eNaira, mengalami perlambatan dalam adopsi CBDC mereka. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseragaman pemahaman mengenai aset digital akan membuat adopsi berpotensi berjalan lebih cepat.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori