Lihat lebih banyak

CEO Baru FTX Kecam Tata Kelola Perusahaan di Tangan SBF

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • CEO FTX yang baru, John Ray III, mengecam manajemen pendiri dari perusahaan itu yang dulunya dipimpin oleh Sam Bankman-Fried (SBF).
  • John Ray III mengatakan bahwa laporan keuangan FTX ‘tidak dapat dipercaya’.
  • Tak hanya itu, ia juga menyebut bahwa perusahaan yang pernah bernilai US$32 miliar itu tidak memiliki kontrol internal yang signifikan.
  • promo

CEO FTX yang baru, John Ray III, mengecam manajemen pendiri dari perusahaan itu yang dulunya dipimpin oleh Sam Bankman-Fried (SBF).

Dia mengatakan bahwa laporan keuangan crypto exchange yang mengalami kehancuran total itu ‘tidak dapat dipercaya’. Tak hanya itu, ia juga menyebut bahwa perusahaan yang pernah bernilai US$32 miliar itu tidak memiliki kontrol internal yang signifikan.

John Ray III, seorang profesional kebangkrutan veteran yang mengawasi likuidasi Enron, mengatakan dalam pengajuan dokumen pengadilan kebangkrutan FTX Group pada hari Kamis (17/11) bahwa entitas itu adalah kasus kegagalan perusahaan terburuk yang pernah dia lihat dalam lebih dari 40 tahun karirnya.

“Tidak pernah dalam karir saya, saya melihat kegagalan total kontrol perusahaan dan tidak adanya informasi keuangan yang dapat dipercaya seperti yang terjadi di sini,” jelas CEO FTX yang baru itu.

Dia menambahkan pula, “Dari integritas sistem yang dikompromikan dan pengawasan peraturan yang salah di luar negeri hingga konsentrasi kontrol di tangan sekelompok kecil individu yang tidak berpengalaman, tidak canggih, dan berpotensi dikompromikan, situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya.”

Serangan bagi SBF

Dalam dokumen itu terpampang bahwa penyelidikan yang transparan dan terencana terhadap berbagai klaim yang dilontarkan SBF akan dilakukan, berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan peraturan di Amerika Serikat (AS) dan di seluruh dunia.

Pangaca AS untuk FTX mengatakan bahwa SBF merongrong upaya untuk mengatur kembali kerajaan kriptonya yang runtuh, dengan serangkaian cuitan yang tidak henti-hentinya dan mengganggu, yang tampaknya ditujukan untuk memindahkan aset-aset menjauh dari pengadilan AS demi satu di Bahama.

Meski perusahaannya telah mengalami krisis parah dan mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak, SBF masih membuat serangkaian cuitan yang dimulai sejak hari Senin (14/11) dan diperbarui secara berkala hingga Kamis (17/11).

Terkait hal tersebut; John Ray III, selaku CEO FTX yang baru dan berperan sebagai Chief Restructuring Officer, membuat klarifikasi tentang pernyataan publik SBF.

“Seperti yang diumumkan sebelumnya, SBF telah mengundurkan diri pada 11 November 2022 dari kursi CEO FTX, FTX US, dan Alameda Research, serta anak perusahaan yang dimiliki secara langsung dan tidak langsung oleh FTX Group. SBF tidak memiliki peran berkelanjutan di FTX, FTX US, dan Alameda Research, serta tidak berbicara atas nama perusahaan,” jelas akun Twitter resmi FTX.

Sengketa Pengajuan Kebangkrutan FTX Bahama

Pihak FTX yang di bawah kendali CEO baru meminta hakim federal di Delaware untuk mentransfer kasus kebangkrutan entitas FTX lain, yaitu FTX Digital Markets Ltd. (FDM), yang diajukan di New York oleh likuidator Bahama ke Delaware. Langkah ini akan mengkonsolidasikan semua proses kebangkrutan yang berbasis di AS dalam satu pengadilan.

Sebagai informasi, Bloomberg melaporkan bahwa likuidator yang bekerja untuk Mahkamah Agung di Bahama telah meminta pengadilan federal di New York untuk mengakui dan mendukung upaya restrukturisasi yang sedang berlangsung di negara mereka.

Pada hari Rabu (16/11) kemarin, FDM dilaporkan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15. Langkah tersebut dicatat Reuters memungkinkan debitur asing untuk melindungi aset di dalam negeri. Perusahaan non-AS menggunakan tindakan tersebut untuk memblokir kreditur yang ingin mengajukan tuntutan hukum atau mengikat aset di AS.

Sementara itu, Bloomberg menjelaskan bahwa pengajuan Bab 15 (Chapter 15 bankruptcy) dirancang untuk memfasilitasi kebangkrutan perusahaan yang melibatkan aset dan ekuitas yang menjangkau lebih dari satu negara.

Pengajuan FDM yang dipimpin oleh Ryan Salame itu berada di bawah undang-undang (UU) ‘proses asing’ ketika aset dan urusan debitur tunduk pada kontrol atau pengawasan oleh pengadilan asing, untuk tujuan reorganisasi atau likuidasi.

“Ini akan memungkinkan likuidator sementara yang dapat bertindak sebagai perwakilan asing mendapatkan ‘penemuan luas mengenai properti dan urusan debitur’,” jelas pihak FTX dalam dokumen yang diajukan di Pengadilan Distrik Selatan New York, AS.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori