Lihat lebih banyak

Arthur Hayes: Hong Kong Punya Peran Penting dalam Tren Bull Market Kripto Berikutnya

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Arthur Hayes percaya bahwa tren bull market kripto berikutnya akan dimulai ketika Cina bergerak kembali ke market ini.
  • Selain itu, menurut Hayes, Hong Kong memiliki peran penting dalam proses tersebut.
  • Hayes menguraikan pandangannya terkait langkah Hong Kong memperkenalkan undang-undang untuk mengatur kripto dan mengapa hal itu adalah tanda bahwa Cina sedang mencoba memudahkan jalannya kembali ke market kripto.
  • promo

Arthur Hayes, co-founder & mantan CEO BitMEX, percaya bahwa tren bull market kripto berikutnya akan dimulai ketika Cina bergerak kembali ke market ini, dan Hong Kong memiliki peran penting dalam proses tersebut.

Dalam tulisan berjudul “Comeback” yang terbit hari Rabu (26/10) kemarin, Arthur Hayes menguraikan mengapa pengumuman pemerintah Hong Kong tentang memperkenalkan undang-undang untuk mengatur kripto adalah tanda bahwa Cina sedang mencoba memudahkan jalannya kembali ke market kripto.

Pemerintah Hong Kong pada pertengahan Oktober ini disebut sedang mempertimbangkan untuk memperkenalkan undang-undang untuk mengatur kripto dengan cara mereka sendiri yang tidak terkait dengan Cina.

Salah satu inisiatif itu adalah memungkinkan investor ritel untuk berinvestasi langsung ke aset kripto. Hal ini akan menandai perubahan signifikan dari sikap regulator Hong Kong selama 4 tahun terakhir yang membatasi perdagangan kripto di centralized exchange (CEX) untuk investor profesional.

Hong Kong Bertindak sebagai Proksi Cina

Mantan CEO BitMEX itu menilai Hong Kong bertindak sebagai proksi yang melalui Cina berinteraksi dengan dunia.

“Ketika Cina menyukai kripto, bull market akan kembali. Ini akan menjadi proses yang lambat, tetapi tunas merah sedang bertunas, tulis Arthur Hayes.

Dia berpendapat bahwa Hong Kong dapat menjadi tempat pengujian bagi pemerintah Cina untuk bereksperimen dengan market kripto dan bertindak sebagai pusat modal Cina untuk menemukan jalannya ke market kripto global.

“Jika aliran ini benar-benar terwujud seperti yang saya bayangkan, mereka akan menjadi pilar pendukung kuat dari bull market berikutnya,” papar Arthur Hayes.

Menurutnya, reorientasi Hong Kong sebagai lokasi yang pro kripto merupakan cabang dari strategi Cina untuk mengurangi porsinya dengan cara yang tidak akan mengganggu stabilitas sistem keuangan internalnya.

Larangan Kripto di Cina Diberlakukan secara Longgar?

Dalam sebuah studi Forex Suggest yang diterbitkan Juli 2022, Hong Kong menduduki peringkat negara yang paling siap untuk adopsi kripto yang tersebar luas. Studi tersebut mempertimbangkan beberapa faktor seperti instalasi ATM kripto, peraturan pro kripto, dan budaya startup yang ada.

Sebagai pengingat, Cina memiliki salah satu ekonomi terbesar di dunia tetapi sebagian besar sikap mereka bermusuhan dengan industri kripto. Larangan pertama china terkait kripto dimulai tahun 2013 ketika melarang bank untuk menangani transaksi Bitcoin.

Cina meningkatkan upaya penumpasan kripto sejak September 2021 ketika melakukan beberapa operasi regulasi untuk memberantas penambangan Bitcoin dari negara tersebut dan menggap semua transaksi kripto adalah ilegal.

Bagi Arthur Hayes, “Cina belum meninggalkan kripto. Itu baru saja tidak aktif.”

Adapun, Cina memang melanjutkan operasi penambangan Bitcoin pada September 2022. Dalam laporan yang terbit pada bulan September kemarin, Chainalysis mencatat dalam Indeks Adopsi Kripto Global 2022 bahwa Cina masuk kembali ke 10 besar tahun ini setelah menempati posisi ke-13 pada 2021.

Laporan tersebut mengatakan bahwa peneliti menemukan perkembangan sangat menarik mengingat tindakan keras pemerintah Cina terhadap kripto. Namun, menurut data mereka, larangan itu tidak efektif atau diberlakukan secara longgar.

Sekilas tentang Arthur Hayes

Terlepas benar atau tidaknya prediksi di atas, Arthur Hayes bisa dibilang merupakan ‘eksekutif kripto pesakitan’ karena harus mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO BitMEX pada 8 Oktober 2020. Langkah ini diambil  menyusul tuntutan hukum dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) dan Departemen Kehakiman (DOJ) Amerika Serikat (AS).

Dia bersama 2 co-founder BitMEX lainnya dituduh mengoperasikan platform perdagangan yang tidak terdaftar serta melanggar aturan CFTC, termasuk anti-pencucian uang dan peraturan tentang know your customer (KYC).

Pada Mei lalu, Arthur Hayes mengaku bersalah karena melanggar Undang-Undang (UU) Kerahasiaan Bank AS dan menerima hukuman 6 bulan tahanan rumah sebagai bagian dari masa percobaan 2 tahun.

Dalam sebuah dokumen pengadilan, jaksa menyatakan, “Arthur Hayes mendapat untung besar dari BitMEX, secara pribadi menghasilkan lebih dari US$100 juta, sementara dengan sengaja terus-menerus mengoperasikan perusahaan yang melanggar aturan, dengan gagal menerapkan program anti-pencucian uang.”

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori