Lihat lebih banyak

Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis: Indonesia Naik Peringkat ke-7

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Indeks Adopsi Kripto Global 2023 Chainalysis yang terbit pada hari Selasa (12/9) menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-7.
  • Dalam Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis tahun lalu, Indonesia menempati peringkat 20.
  • Wilayah Asia Tengah, Selatan, dan Osenia (CSAO) mendominasi posisi teratas dalam indeks Chainalysis ini.
  • promo

Indeks Adopsi Kripto Global 2023 Chainalysis yang terbit pada hari Selasa (12/9) menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-7.

Metodologi penelitian itu menggabungkan data on-chain dan data dunia nyata untuk mengukur negara mana saja yang memimpin dalam adopsi kripto di tingkat grassroots atau pada tataran masyarakat.

Dalam Indeks Adopsi Kripto Global ke-4 yang dibuat oleh Chainalysis, posisi Indonesia naik cukup signifikan dibandingkan peringkat ke-20 pada tahun 2022.

Meski Sedang Menurun, Terjadi Pemulihan Adopsi Kripto

Sebagai catatan, 20 negara teratas dalam indeks ini diberi peringkat berdasarkan adopsi kripto di tingkat grassroots dalam 5 sub-indeks dan diberi bobot menggunakan paritas daya beli per kapita.

Chainalysis menyebut adopsi kripto grassroots di seluruh dunia sedang menurun. Meskipun ada pemulihan yang nyata sejak kelesuan di akhir tahun 2022, adopsi masyarakat masih jauh dari titik tertinggi sepanjang masa.

Ada satu segmen penting di negara-negara yang pemulihan adopsi kripto di grassroots jauh lebih kuat dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal itu umumnya terjadi pada negara-negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income / LMI).

Selain itu, lebih banyak orang yang tinggal di negara-negara LMI dibandingkan negara dengan kategori lainnya, yaitu sekitar 40% dari total populasi dunia. Menurut penilaian Chainalysis, hal ini adalah sangat menjanjikan bagi prospek masa depan kripto.

Menilik Wilayah Kripto Paling Dinamis di Dunia

Wilayah Asia Tengah, Selatan, dan Osenia (CSAO) mendominasi posisi teratas dalam indeks Chainalysis.

Terdapat 6 dari 10 negara teratas berada di wilayah CSAO. Hal itu meliputi India di posisi ke-1, Vietnam di posisi ke-3, Filipina di posisi ke-6, Indonesia di posisi ke-7, Pakistan di posisi ke-8, dan Thailand di posisi ke-10.

Di luar itu, Nigeria (2), Amerika Serikat (AS) (4), Ukraina (5), dan Brasil (9), masuk 10 besar negara dalam indeks adopsi kripto global tahun ini.

Chainalysis menyebut wilayah CSAO menjadi tuan rumah bagi market kripto paling dinamis dan menarik di dunia.

Diukur dalam volume transaksi mentah, CSAO adalah market kripto terbesar ketiga yang menyumbang 19,3% dari total aktivitas kripto global. Kawasan CSAO hanya kalah dari kawasan Amerika Utara serta kawasan Eropa Tengah, Utara, dan Barat (CNWE).

“Tidak ada wilayah yang memberikan lebih banyak alasan untuk percaya bahwa kripto adalah masa depan di CSAO. Sebab, negara-negara di wilayah itu memiliki kebutuhan ekonomi yang luas dan unik. Platform dan aset kripto yang berbeda telah muncul untuk memenuhi kebutuhan dalam setiap kasus,” tulis Chainalysis.

Beragam Lini Adopsi Kripto di Wilayah CSAO

Decentralized finance (DeFi) mengambil peran yang lebih besar di wilayah CSAO, dengan menyumbang sekitar lebih dari 50% dalam volume transaksi regional antara periode Juli 2022 dan Juni 2023, dibandingkan dengan 35% pada periode setahun sebelumnya.

Adopsi institusional di wilayah CSAO juga tampaknya meningkat. Hampir 70% dari total volume transaksi datang dalam bentuk transfer senilai US$1 juta atau lebih, dibandingkan dengan kurang dari 60% pada periode sebelumnya.

Filipina memiliki pangsa besar lalu lintas web terkait kripto yang menuju ke platform game dan perjudian sebesar 20%, dan Vietnam berada di urutan berikutnya dengan hanya 10%.

Negara-negara seperti Pakistan dan Vietnam melihat aktivitas yang lebih besar terjadi di peer-to-peer (P2P) exchange. Hal itu dinilai lebih umum digunakan di market negara berkembang atau negara-negara dengan kontrol modal yang lebih ketat.

Di Filipina, ketika banyak orang ingin berspekulasi pada aset-aset baru, menghasilkan uang ekstra, dan terhubung secara digital dengan orang lain; game play-to-earn (P2E) dinilai mampu mendapatkan pijakan yang sangat besar.

Permainan ini disebut Chainalysis bertindak sebagai pintu masuk ke dalam ekonomi aset digital yang lebih luas. Sekarang, ribuan orang Filipina memiliki crypto wallet yang dapat mereka gunakan untuk tujuan lain.

Sementara itu di Pakistan, yang situasi ekonominya dinilai lebih buruk, stablecoin dapat memberikan bantuan ekonomi.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori