Lihat lebih banyak

Jump Trading Digugat karena Dugaan Manipulasi Harga TerraUSD (UST)

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Taewoo Kim menggugat Jump Trading atas tuduhan pelanggaran UU Pertukaran Komoditas di AS dan peraturan CFTC, serta pengayaan yang tidak adil menurut hukum adat.
  • Dalam gugatan, disebutkan bahwa Jump Trading membeli jutaan token UST pada tahun 2021 dengan harapan dapat memanipulasi nilainya mencapai US$1.
  • Sebelumnya, saat Maret lalu, jaksa AS dikabarkan sedang menyelidiki percakapan dalam grup obrolan Jump Trading Group mengenai potensi bailout bagi UST.
  • promo

Sebuah gugatan yang diajukan di pengadilan distrik negara bagian Illinois, Amerika Serikat (AS), merinci dugaan keterlibatan Jump Trading dengan Terraform Labs (TFL) dalam memanipulasi harga algorithmic stablecoin TerraUSD (UST).

Menurut dokumen itu, Jump Trading membeli jutaan token UST pada tahun 2021 dengan harapan dapat memanipulasi nilainya mencapai US$1.

Adapun penggugat yang bernama Taewoo Kim menuduh Jump Trading, dan Kanav Kariya, selaku Presiden Jump Crypto, melanggar undang-undang (UU) Pertukaran Komoditas di AS dan peraturan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC), serta pengayaan yang tidak adil menurut hukum adat.

TFL dan Jump Mengadakan Perjanjian

Menurut gugatan class action itu, Jump Trading adalah mitra awal dan pendukung keuangan utama TFL yang didirikan oleh Do Kwon.

Antara November 2019 dan September 2020, Jump mengadakan beberapa perjanjian dengan TFL dan afiliasinya untuk meminjam puluhan juta native token Terra (LUNA) dan menyediakan layanan market making untuk transaksi di LUNA, UST, dan AnchorUST (aUST) yang diterbitkan oleh platform pinjam-meminjam Anchor Protocol yang ada di ekosistem TErra.

Sebagai gantinya, perjanjian tersebut akan memberikan Jump Trading kesempatan untuk membeli token LUNA dengan harga diskon besar, yang kemudian dapat dijual kembali ke market untuk menguntungkan Jump itu sendiri.

Menurut dokumen gugatan itu, pada Mei 2021 atau tepat satu tahun sebelum ekosistem Terra hancur, UST sempat gagal mempertahankan patokannya terhadap US$1 per token. Hal itu membuat Do Kwon untuk mengoordinasikan perdagangan untuk menopang harga UST.

“Alih-alih secara terbuka mengakui ketidakmampuan TFL untuk mempertahankan pasak UST terhadap dolar AS (USD) yang telah dijanjikan sebagai sebuah stablecoin, TFL dan Do Kwon diam-diam bersekongkol dengan Jump untuk memanipulasi harga market UST dan aUST dengan membuat rahasia dan perdagangan terkoordinasi untuk menopang UST kembali ke patokannya,” bunyi gugatan itu.

Jump Trading Diperkirakan Untung US$1,28 Miliar

Skema yang dituduhkan itu melibatkan pembelian Jump terhadap lebih dari 62 juta UST antara sekitar 23 Mei dan 27 Mei 2021. Hal itu menyebabkan harga UST naik secara artifisial menjadi US$1, yang secara berkaitan semakin meningkatkan harga aUST juga.

Untuk memberi insentif dan menghargai Jump atas dugaan manipulasi market itu, Do Kwon dan pihaknya setuju untuk mengubah perjanjian para pihak sebelumnya dan sebagai gantinya tanpa syarat memberikan kepada Jump lebih dari 61,4 juta token LUNA dengan diskon lebih dari 99% dari harga market saat itu.

Jump kemudian menjual kembali token LUNA yang mereka dapatkan ke market dengan perkiraan keuntungan mengejutkan lebih dari US$1,28 miliar, menurut gugatan tersebut.

Bagian dari Kasus Kehancuran Ekosistem Terra

Kabar ini datang setelah pada 14 Maret lalu, jaksa AS dikabarkan sedang menyelidiki percakapan dalam grup obrolan di antara perusahan perdagangan Jump Trading Group hingga Jane Street Group mengenai potensi bailout atau dana talangan bagi UST.

Bloomberg kala itu menyebut Jaksa federal Manhattan sedang menyelidiki percakapan di Telegram pada Mei 2022 di antara karyawan di Jump, Jane Street, hingga Alameda Research yang terafiliasi dengan FTX.

Menurut sumber yang mengetahui perjalanan itu, sedang dicari tahu apakah ada kemungkinan manipulasi market terlibat. Laporan kala itu menyebut belum ada yang dituduh melakukan kesalahan sebagai bagian dari pengawasan grup obrolan itu. Selain itu, penyelidikan tersebut tidak selalu berarti bahwa tuntutan hukum akan diajukan.

Mundur pada 13 Maret lalu, WSJ melaporkan bahwa Departemen Kehakiman AS (DOJ) sedang menyelidiki runtuhnya ekosistem Terra. Dua lembaga di dalam departemen itu, FBI dan Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Selatan New York, dilaporkan telah menginterogasi sejumlah mantan karyawan TFL dalam beberapa pekan terakhir.

Selain itu, di tanggal 16 Februari lalu, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menuduh TFL dan sang CEO, yaitu Do Kwon, mendalangi penipuan yang menghapus nilai market kripto itu setidaknya sekitar US$40 miliar. Hal itu dinilai menyebabkan kerugian bagi investor ritel dan institusional di AS.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori