Tingkat kesulitan penambangan atau mining difficulty Bitcoin telah mencapai rekor tertingginya (ATH) yang baru. Sepertinya, gugatan SEC terhadap Binance serta Coinbase tidak berdampak negatif pada industri mining Bitcoin. Bahkan, di tengah krisis yang sedang terjadi pun, para miner justru semakin gencar untuk berinvestasi dalam jumlah yang fastastis melalui jaringan ini, dengan harapan harga Bitcoin akan naik nantinya.
Indikator ini mengacu pada kompleksitas teka-teki yang harus dipecahkan oleh miner untuk menciptakan blok baru di jaringan Bitcoin. Mining difficulty berubah setiap 14 hari atau setiap 2016 blok. Biasanya, hal ini tergantung pada hashrate, yaitu jumlah miner di jaringan.
Rekor Baru Mining Difficulty Bitcoin Jadi Sinyal Jelas untuk Bull Market Berikutnya?
Industri mining Bitcoin menunjukkan kekuatannya dengan mining difficulty Bitcoin yang berhasil mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa, yakni 51,2 Terahash (TH/s).
Jika jumlah miner Bitcoin bertambah, maka mining difficulty juga akan meningkat. Oleh karena itu, meningkatnya mining difficulty Bitcoin menjadi indikator yang jelas bahwa kini semakin banyak miner yang terhubung ke jaringan.
Semua miner Bitcoin yang menghubungkan perangkat mereka ke jaringan ini berinvestasi dengan jumlah uang yang besar dalam peralatan mining mereka. Oleh sebab itu, tentunya mereka melakukan investasi ini dengan harapan harga Bitcoin akan naik lagi pada bull market selanjutnya. Terlebih lagi, target harga ini sangat erat kaitannya dengan agenda halving Bitcoin berikutnya yang sudah semakin dekat.
Mining difficulty Bitcoin terus melesat naik seiring dengan semakin banyaknya orang yang bersedia untuk menjalankan mining terhadap ‘raja aset kripto’ ini. Di samping itu, sejak pertengahan tahun 2021, indeks TH/s tidak berhenti naik secara parabolik. Dalam beberapa bulan terakhir, momentumnya bahkan meningkat secara eksponensial. Dalam kurun waktu yang sama, rekor demi rekor terus dipecahkan secara bertahap, dari bulan Februari, April, Mei, hingga mencapai rekornya saat ini.
- Baca Juga: El Salvador Bangun Pembangkit Listrik Terbarukan untuk Bitcoin Mining dengan Dukungan Tether
Masih Tetap Perkasa di Tengah Berbagai Isu
Pencapaian mengesankan dalam hal mining difficulty Bitcoin semacam ini, terlebih di tengah masa sulit industri kripto, menjadi semakin luar biasa. Pasalnya, ada beberapa faktor yang berperan mengganggu kemakmuran sektor crypto mining.
Dalam aspek ekonomi, dunia tenggelam dalam inflasi yang terjadi di mana-mana dan membuat masyarakat semakin miskin. Inflasi ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Namun, salah satu faktor yang paling krusial adalah mahalnya harga energi setelah invasi Rusia. Biaya listrik sendiri telah mencetak rekor baru, dan ini merupakan masalah serius bagi sektor ini. Pasalnya, salah satu pilar crypto mining adalah biaya listrik yang rendah.
Selain itu, tren global untuk menyerang sektor ini karena dampak lingkungan atau ekologisnya sudah mulai mencuat kembali. Anehnya, tren ini tetap terjadi meskipun sebagian besar energi terbarukan sudah digunakan dalam aktivitas crypto mining.
Tapi, meskipun harus berhadapan dengan semua faktor yang menentangnya ini, industri mining Bitcoin terbukti terus berkembang. Hal ini menunjukkan ketangguhan industri ini, serta komitmen yang teguh bahwa harga Bitcoin akan naik lagi dalam jangka menengah.
Bagaimana pendapat Anda tentang mining difficulty Bitcoin yang mencetak ATH baru ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.