Nansen, perusahaan analisis blockchain, pada hari Jumat (27/5) mengidentifikasi hal yang berkaitan dengan kehancuran spektakuler stablecoin algoritmik terdesentralisasi TerraUSD (UST) hingga memicu runtuhnya harga native token Terra (LUNA).
Komunitas kripto masih dibanjiri dengan berbagai teori konspirasi tentang penyebab merosotnya harga UST dan LUNA secara tajam selama pekan kedua Mei 2022. Siapa pelakunya dan apa alasannya masih jadi tanda tanya hingga saat ini.
Atas hal ini, Nansen mencoba menyingkap tabir misteri ini dengan melakukan penyelidikan, dengan memanfaatkan data on-chain dari ekosistem Terra, hingga ke blockchain Ethereum. Mereka berusaha memetakan rantai peristiwa yang mengarah pada kehilangan kestabilan UST terhadap patokannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sebagai catatan, laporan yang dibuat Nansen tidak termasuk potensi adanya peristiwa off-chain yang dapat memperburuk situasi, dampak bagi para investor, rincian kerugian bersih antar crypto wallet, dan apa yang terjadi pada cadangan Bitcoin yang dikelola Luna Foundation Guard (LFG) untuk menjaga kestabilan UST.
Nansen Identifikasi Kerentanan Stablecoin UST
Secara ringkas, investigasi on-chain Nansen mengungkapkan bahwa sejumlah kecil pihak mengidentifikasi kerentanan lebih awal dari stablecoin UST yang kehilangan pasak terhadap dolar AS, khususnya dalam likuiditas yang relatif dangkal dari Curve pools yang mengamankan pasak UST ke stablecoin lainnya, dan kemudian pindah untuk melakukan ‘eksploitasi’ dengan cara berikut ini.
Pertama, penarikan UST dari Anchor Protocol yang ada dalam ekosistem Terra. Kedua, menjembatani dana ini dari Terra ke Ethereum melalui infrastruktur Wormhole. Ketiga, menukar sejumlah besar UST ke stablecoin lain di Curve liquidity pools.
Keempat, selama proses UST kehilangan pasak terhadap dolar AS, kemungkinan terjadi ketidakefisienan arbitrase antara berbagai sumber harga [seperti di Curve yang merupakan decentralized exchange (DEX) dibandingkan dengan centralized exchange (CEX) lainnya] dengan membeli dan menjual posisi antara market CEX dan DEX.
Atas hal ini, singkatnya Nansen berspekulasi bahwa selama proses UST kehilangan pasaknya terhadap dolar AS, beberapa crypto wallet yang diidentifikasi dalam momen ini mengeksploitasi perbedaan antara sumber penetapan harga di DEX dan CEX.
Metodologi Nansen dalam Menganalisis UST
Secara sederhana, Nansen mendefinisikan analisis on-chain sebagai metode menggunakan informasi dari buku besar blockchain untuk menentukan rangkaian peristiwa yang terkait dengan stablecoin UST yang kehilangan pasak terhadap dolar AS.
Lebih khusus lagi, analisis on-chain melibatkan upaya yang melihat data transaksi dan aktivitas crypto wallet. Dua sumber data ini berguna saat mencoba menyatukan peristiwa seputar UST kehilangan patokan terhadap dolar AS. Adapun Nansen memulai penelitiannya menggunakan pendekatan grounded theory ketika data volume transaksi yang relevan menginformasikan ruang lingkup penelitian.
Nansen menyebut tinjauan pada media sosial dan forum sebagai ‘literatur abu-abu’. Melalui tinjauan pada sejumlah cuitan di media sosial dan unggahan di forum-forum, Nansen mempersempit ruang lingkup penelitian mereka untuk fokus pada data transaksional antara 7 Mei dan 11 Mei 2022.
Kerangka waktu yang digunakan Nansen disebut-sebut sebagai momen krusial ketika UST mulai kehilangan pasaknya terhadap dolar AS pada akhir pekan pertama Mei, hingga runtuhnya stablecoin tersebut pada pekan kedua Mei 2022.
Hasil dari analisis tematik literatur abu-abu menyoroti pentingnya aliran transaksi aktivitas di Curve liquidity pools selama periode tersebut, yang pada gilirannya menginformasikan urutan di mana Nansen melakukan analisis.
Analisis Nansen diatur dalam tiga fase. Pada fase 1, mereka menganalisis aliran transaksi masuk dan keluar dari protokol pinjaman Curve. Di sini, Nansen menyusun daftar crypto wallet yang aktivitas transaksinya mengindikasikan bahwa mereka mungkin telah memengaruhi kehilangan kestabilan UST terhadap pasaknya.
Fase 2 dari analisis melibatkan tiga bagian. Pertama, mengamati setiap transaksi di jembatan Wormhole yang dapat menyebabkan kehilangan pasak UST. Kedua, meninjau arus keluar UST dari Anchor Protocol yang melibatkan daftar crypto wallet yang diamati. Mereka menyelidiki penjualan UST dan USDC di centralized exchange (CEX).
Fase 3, analisis melibatkan triangulasi bukti on-chain agregat ini, yang memungkinkan mereka mengumpulkan aktivitas yang relevan dan merumuskan narasi yang dapat menjelaskan kehilangan pasak UST terhadap dolar AS.
Dari sana, Nansen mengidentifikasi daftar tujuh (7) crypto wallet yang paling mungkin memainkan peran penting dalam memicu kehancuran stablecoin UST.
Tujuh Crypto Wallet yang ‘Picu Kehancuran’ UST
Melalui pemeriksaan aktivitas on-chain, Nansen menemukan bahwa sejumlah kecil crypto wallet dan kemungkinan jumlah entitas yang lebih kecil di belakang crypto wallet ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam Curve liquidity protocols yang mengatur paritas antara UST dan stablecoin lainnya.
Terdapat tujuh crypto wallet ‘awal’ menukar sejumlah besar UST vs stablecoin lainnya di Curve pada malam 7 Mei (UTC) 2022. Ketujuh crypto wallet ini telah menarik UST dalam jumlah yang cukup besar dari Anchor Protocol pada 7 Mei 2022 dan sebelumnya (awal April 2022), serta menjembatani UST ke blockchain Ethereum melalui Wormhole.
Dari tujuh dompet ini, enam berinteraksi dengan centralized exchange (CEX) untuk mengirim lebih banyak UST (seharusnya untuk dijual) atau, untuk sebagian dari ini, untuk mengirim USDC yang telah ditukar dari Curve liquidity pools.
Disclaimer dari Nansen
Nansen menjelaskan bahwa studi on-chain ini membantah narasi satu ‘penyerang’ atau ‘peretas’ yang bekerja untuk mengacaukan stablecoin UST. Sebagai gantinya, mereka menemukan bahwa ada sejumlah kecil pelaku yang mengidentifikasi dan mengatur kerentanan, khususnya dalam kaitannya dengan likuiditas dangkal dari Curve pools yang mengamankan pasak UST ke stablecoin lainnya.
Mengingat fokus penelitian ini pada data on-chain, Nansen menyatakan bahwa mereka menahan diri untuk tidak mengomentari tujuan dari tujuh crypto wallet yang memicu rangkaian peristiwa ini.
Sebagai informasi, Paolo Ardoino selaku CTO di Tether dan crypto exchange Bitfinex memandang kehancuran Terra-LUNA-UST hanya karena dirancang dengan buruk. Sementara itu, Changpeng ‘CZ’ Zhao memberikan pandangan yang serupa dengan menyebut bahwa mekanisme LUNA & UST itu ‘bodoh’.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.