Lihat lebih banyak

Nigeria Bakal Pisahkan Aset Digital dengan Kripto

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Securities and Exchange Commission (SEC) Nigeria mengaku tidak mempertimbangkan untuk memasukkan aset kripto ke dalam aset digital.
  • Dalam panduan yang dirilis oleh SEC dan Bank Sentral Nigeria disebutkan bahwa perusahaan penerbit token dan bursa kripto tetap harus membuat akun yang bisa dipercaya dengan institusi keuangan di bawah aturan SEC yang baru.
  • Direktur Jenderal SEC Nigeria, Lamido Yuguda, mengatakan regulator menghindari aset kripto lantaran bursa kripto tidak memiliki akses ke platform perbankan untuk mendorong perdagangannya.
  • promo

Penetapan definisi terkait aset kripto dan aset digital terus dikukuhkan oleh banyak negara. Setelah Singapura dan Hong Kong melakukan hal tersebut, kali ini Nigeria, salah satu negara dengan tingkat adopsi kripto tercepat di dunia, juga ikut mendefinisikan aset digital dan kripto. Dalam keputusannya, Securities and Exchange Commission (SEC) setempat mengaku tidak mempertimbangkan untuk memasukkan aset kripto ke dalam aset digital.

Hal tersebut sebenarnya sudah terlihat sejak Februari tahun lalu, ketika SEC Nigeria melakukan penangguhan persetujuan aset kripto dan produk turunannya. Tujuannya adalah untuk membatasi pergerakan aset kripto di sana. Namun, nyatanya transaksi kripto tetap tinggi yang didorong oleh minat masyarakat terhadap aset digital.

Para ahli kripto menyebutkan bahwa masyarakat Nigeria memilih kripto sebagai aset lindung nilai untuk menghadapi penurunan nilai mata uangnya. Terlihat dari perdagangan Bitcoin (BTC) yang sempat mencatatkan rekor pertumbuhan 250% menjadi US$5 juta di salah satu platform keuangan kripto peer-to-peer. Sampai tengah tahun ini, volume perdagangan kripto bahkan sudah hampir mencapai US$400 juta dari awal tahun. Hal itu bisa terjadi karena pemerintah sendiri dianggap mendukung adopsi kripto lewat peluncuran Pedoman Penerbitan dan Penyimpanan Aset Digital.

Dalam panduan yang dirilis oleh SEC dan Bank Sentral Nigeria itu disebutkan bahwa perusahaan penerbit token dan bursa kripto tetap harus membuat akun yang bisa dipercaya dengan institusi keuangan di bawah aturan SEC yang baru. Padahal, sebelumnya lembaga keuangan Nigeria dilarang keras untuk berhubungan dengan perusahaan aset kripto. Oleh karena itulah, adanya definisi baru terkait aset digital bakal memperkuat sikap pemerintah terkait kripto.

Direktur Jenderal SEC Nigeria, Lamido Yuguda, mengatakan regulator menghindari aset kripto lantaran bursa kripto tidak memiliki akses ke platform perbankan untuk mendorong perdagangannya.

“Kami melihat aset digital yang benar-benar bisa melindungi investor, dan itu tidak melulu kripto” jelasnya.

Lebih Banyak Kripto Buat Nilai Mata Uang Nigeria Jadi Lebih Rendah

Minat masyarakat Nigeria yang terus mengoleksi kripto juga dituduh menjadi salah satu penyebab terdepresiasinya Naira, mata uang Nigeria. Founder Truzact GT, Igwe Chrisent, mengungkapkan terdapat lonjakan dalam jumlah tabungan USD di platform perusahaan.

Umumnya tabungan USD digunakan untuk memudahkan transaksi kripto masyarakat, karena pembelian mata uang kripto menggunakan dolar AS sebagai dasar mata uang.

“Tidak ada yang peduli seberapa jatuh Naira. Terpenting adalah uang mereka tidak terpengaruh dan hal itu yang menjadi alasan banyak orang untuk masuk ke kripto,” tambahnya.

Namun, hal itu ibarat seperti dua sisi mata uang. Pasalnya, salah seorang analis keuangan, Isaac Botti, menyebutkan bahwa jika investasi ke dalam kripto dilakukan terlalu banyak dan disaat bersamaan nilainya mengalami penurunan yang signifikan, maka akan ikut menyeret Naira ke level terbawah juga.

Maka dari itu, masuk akal bila SEC akhirnya memilih untuk mengampanyekan aset digital yang memang bisa digunakan untuk eksplorasi teknologi guna memajukan produk investasi virtual maupun tradisional, ketimbang bisnis spekulasi.

Tetapi bukan berarti juga aset kripto akan sepenuhnya ditinggalkan. SEC juga menyebutkan perkembangan aset digital yang terjadi seperti sekarang juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan kripto.

Pasar Kripto di Afrika Perlu Diregulasi

Badan Moneter Internasional (IMF) mengatakan runtuhnya FTX menandakan bahwa perlu perlindungan dan regulasi yang lebih besar di industri kripto. Di Afrika, hanya seperempat negara di Afrika Sub-Sahara yang secara resmi mengatur sepak terjang kripto.

Menurut IMF di wilayah Afrika banyak orang yang sudah menggunakan kripto untuk transaksi pembayaran komersial. Akan tetapi, karena harganya yang volatil membuatnya tidak cocok untuk dijadikan sarana untuk menyimpan nilai.

“Dikhawatirkan mata uang kripto dapat digunakan untuk transfer dana secara ilegal ke luar wilayah dan digunakan sebagai alat untuk menghindari larangan arus modal keluar,” jelasnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori