Polygon Labs pada hari Kamis (13/7) mengumumkan peluncuran proposal teknis berikutnya dari Polygon 2.0. Hal ini memungkinkan hadirnya native token POL yang merupakan upgrade dari native token sebelumnya bernama MATIC.
Kabar ini datang usai Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) dalam gugatannya terhadap crypto exchange Binance dan Coinbase pada awal Juni lalu, mengutip sejumlah aset kripto yang dinilai sebagai produk sekuritas (efek) tidak terdaftar, termasuk MATIC.
“POL adalah native token generasi berikutnya, yang dirancang untuk mengamankan, menyelaraskan, dan mengembangkan ekosistem Polygon,” jelas tim pengembang jaringan Polygon, yang merupakan penskalaan layer-2 (L2) di blockchain Ethereum.
POL adalah upgrade teknis yang diusulkan dari MATIC. Jika komunitas yang mendukung ekosistem Polygon mencapai konsensus untuk mengadopsinya, para holder token MATIC akan dapat melakukan upgrade token mereka menjadi POL dengan rasio 1:1.
Tim Polygon Labs menegaskan bahwa tidak ada ada 2 native token. Para holder token MATIC diminta untuk mengirimkan token mereka ke smart contract tertentu, yang kemudian akan dikembalikan dengan jumlah token POL yang setara.
Polygon mengusulkan masa tenggang yang panjang, setidaknya 4 tahun, bagi para holder untuk menyelesaikan proses upgrade token tersebut. Pendekatan ini memberi pengguna kerangka waktu yang diperpanjang untuk menyesuaikan diri dengan native token baru.
Migrasi ke token POL diperkirakan akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan, tergantung pada konsensus komunitas di ekosistem Polygon.
Terkait kabar ini, harga MATIC terpantau melonjak sejak pukul 16:30 WIB dan mengalami kenaikan 6,57% pada pukul 18:00 WIB. Berdasarkan data CoinGecko, harga MATIC naik sekitar 4,8% dalam 24 jam terakhir dan naik sekitar 11% dalam 7 hari terakhir.
- Baca Juga: Polygon Labs Siap Gulirkan Upgrade Polygon 2.0, Usung Konsep “Value Layer of the Internet”
Keunggulan Native Token POL
Dalam kesempatan ini, Polygon Labs turut menjelaskan apa saja yang membuat token POL spesial.
Mereka membuka narasi dengan mengatakan bahwa Bitcoin (BTC), meskipun penting dan sukses, adalah cryptocurrency yang tidak produktif. Para holder BTC disebut tidak dapat berpartisipasi dalam protokol dan diberi imbalan untuk itu.
Sementara itu, Polygon Labs menilai Ethereum (ETH) adalah cryptocurrency yang produktif. Sebab, para holder ETH dapat menjadi validator blockchain Ethereum dan mendapatkan reward (hadiah) dan fee (biaya) dalam bentuk ETH.
Kemudian, Polygon Labs menegaskan bahwa POL adalah token hiperproduktif generasi ke-3.
“Para holder POL dapat menjadi validator dan menerima reward, tetapi dengan 2 upgrade besar,” jelas mereka.
Upgrade pertama, para validator dapat memvalidasi multiple chains atau rantai ganda. Upgrade kedua, jaringan Polygon dapat menawarkan multiple roles atau peran ganda (dan hadiah yang sesuai) kepada para validator.
Terkait multiple chains, artinya validator mampu memvalidasi banyak chain dalam ekosistem Polygon. Token POL yang diusulkan ini dimaksudkan untuk beroperasi di semua protokol Polygon, termasuk Proof-of-Stake (PoS), zkEVM, dan Supernets.
Sebagai informasi, Polygon zkEVM adalah solusi penskalaan zero knowledge (ZK) yang kompatibel dengan Ethereum Virtual Machine (EVM). Sedangkan Polygon Supernets adalah jaringan blockchain khusus aplikasi (Appchains) yang dirancang untuk kasus penggunaan tertentu.
Tujuan menyeluruh upgrade dari native token di jaringan Polygon adalah untuk memastikan skalabilitas ekosistem tanpa mengorbankan keamanan. Fitur POL adalah kemampuannya untuk memvalidasi transaksi di seluruh chain yang berbeda, memperkenalkan tingkat baru interoperabilitas antara berbagai protokol dalam jaringan.
Kritik bagi Tata Kelola Polygon
Pada 17 Januari lalu, Polygon berhasil merampungkan hard fork. Tujuannya untuk mengatasi lonjakan gas fee dan menangani reorganisasi rantai (reorg), sehingga dapat meningkatkan kinerja dan keamanan jaringan Polygon.
Upgrade ini merupakan bagian dari inisiatif yang lebih luas untuk meningkatkan kemampuan teknis sidechain Polygon, termasuk paralelisasi dan Polygon zkEVM.
Namun, dalam momen hard fork ini, sejumlah pihak mengkritik proses tata kelola Polygon yang dinilai kurang demokratis dan terlalu terpusat.
Sorotan ini dibuat lantaran tim tata kelola Polygon sebelumnya mengaku menekankan komitmen mereka terhadap desentralisasi. Mereka konon didirikan untuk secara bertahap ‘meningkatkan desentralisasi produk’ Polygon.
Namun, pada kenyataannya pula, Polygon dalam situs web sendiri juga secara terbuka menyamakan dirinya sebagai ‘diktator yang baik hati’.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.