Lihat lebih banyak

Miliuner Ray Dalio Masih Nilai Uang Tunai sebagai “Sampah” dan Bitcoin adalah “Emas Digital”

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Ray Dalio menegaskan kembali pandangannya yang menganggap "uang tunai adalah sampah".
  • Pendiri dari Bridgewater Associates ini lebih condong pada "emas digital seperti Bitcoin".
  • Dalio juga menyinggung serangkaian isu lain, meliputi gambaran perekonomian global dan upaya bank sentral AS untuk memerangi inflasi.
  • promo

Ray Dalio, sosok investor miliuner dan hedge fund manager, kembali menegaskan pernyataannya bahwa “uang tunai adalah sampah”. Pendiri Bridgewater Associates ini pun tak segan menyebut ekuitas “lebih sampah lagi” dan mengatakan bahwa ia lebih condong pada “emas digital seperti Bitcoin.”

“Tentu saja, uang tunai masih sampah,” ujar Dalio, “tahukah Anda betapa cepatnya Anda kehilangan daya beli dalam tunai?”

Ia menyampaikan hal tersebut dalam Squawk Box di CNBC pada saat pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) sedang berlangsung di Davos, Swiss.

“Ketika saya mengatakan uang tunai adalah sampah, yang saya maksud adalah seluruh mata uang [yang berkaitan] dengan euro, berhubungan dengan yen,” jelasnya, “seluruh mata uang seperti di tahun 1930-an akan menjadi mata uang yang menurun dalam hubungan dengan barang dan jasa.”

Dalio adalah pendiri dari Bridgewater Associates, perusahaan hedge fund terbesar di dunia yang mengelola dana sekitar US$223 miliar. Pada Januari 2020, investor berkebangsaan Amerika ini menyarankan orang-orang agar melakukan diversifikasi pada portofolionya dengan “meninggalkan uang tunai”, yang ia sebut sebagai “sampah”.

Dalio Sebut Bitcoin sebagai “Emas Digital”

Di Davos, Dalio berbicara tentang serangkaian isu, termasuk saham, gambaran perekonomian global, dan upaya bank sentral AS untuk memerangi inflasi. Ia mengatakan, pasar saham sudah menjadi terlalu ramai dan bila dibandingkan dengan uang tunai, “ekuitas lebih sampah lagi.”

“Semua orang [melakukan posisi] long [pada] ekuitas, dan semua orang ingin segalanya naik,” kata Dalio, “semakin mereka mempromosikannya, semakin [aset] itu menjadi aset keuangan orang lain yang sedang mereka simpan. Anda tidak bisa memiliki itu, sehingga Anda akan memiliki suatu lingkungan keuntungan riil yang negatif.”

Bagi sosok miliuner ini, Bitcoin (BTC) adalah bentuk investasi yang lebih digemari pada saat ketidakpastian perekonomian di seluruh dunia. Daftar aset safe-haven-nya juga meliputi real estat dan logam mulia, seperti emas.

“Saya pikir blockchain luar biasa,” tutur Dalio. Ia juga menggembar-gemborkan potensi cryptocurrency sebagai perbaikan untuk apa yang ia harapkan sebagai tahun yang berat bagi perekonomian AS, ditandai dengan inflasi tinggi dan kurangnya keuntungan investasi yang nyata.

“Tapi, sebut saja ini emas digital. Saya pikir emas digital, yang akan menjadi semacam Bitcoin, adalah sesuatu yang—mungkin untuk kepentingan diversifikasi dalam menemukan alternatif emas—memiliki sedikit spot relatif terhadap emas dan relatif terhadap aset lainnya,” imbuh Dalio.

Kredensial Bitcoin sebagai Aset Lindung Nilai Jadi Sorotan

Komentar Dalio muncul di tengah kondisi meningkatnya kekecewaan terhadap kredensial Bitcoin sebagai aset lindung nilai dari inflasi. Para pendukung Bitcoin berpendapat bahwa Bitcoin adalah aset penyimpanan nilai seperti emas.

Ketika 2020, banyak orang percaya bahwa BTC sudah siap untuk bertransisi dari aset spekulatif berisiko menjadi “logam” versi kripto, setelah korelasinya dengan emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.

Namun, pendapat tersebut mulai berantakan dengan adanya penurunan besar-besaran di pasar kripto tahun ini. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa korelasi Bitcoin dan emas turun hampir menjadi 0 di bulan Januari lalu. Saat harga Bitcoin terus jatuh di bulan-bulan berikutnya, harga emas justru masih tetap meningkat.

Pada bulan April, koefisien korelasi 50 hari untuk BTC dan emas sekitar minus 0,4. Menurut Bloomberg, angka tersebut terendah sejak 2018. Pembacaan 1 menandakan aset bergerak searah, sedangkan minus 1 adalah kebalikannya.

Pasar kripto malah menjadi makin terikat dengan pasar saham, terutama dengan saham perusahaan teknologi blue-chip, seperti Apple, Amazon, dan Microsoft. Lebih dari US$1,5 triliun sudah hilang dari total kapitalisasi pasar kripto di tahun 2022 sejauh ini.

Prediksi Dalio tentang Tekanan Permintaan

Selain itu, Dalio juga menggambarkan suasana yang redup pada perekonomian global di tahun 2022. Ia memperkirakan inflasi di AS dan tempat lainnya di seluruh dunia bakal menggerus daya beli uang.

“Kita sedang dalam lingkungan ketika kita akan bertanya ‘apa itu uang baru?'” Katanya.

Sementara itu, terkait surat utang, Dalio berpendapat, “The Fed akan menjual, orang-orang akan menjual, orang asing akan menjual, dan pemerintah AS akan menjual karena mereka harus mendanai defisitnya. Jadi, akan ada masalah pasokan/permintaan, itu artinya akan menciptakan tekanan.”

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

6af87aff787ebed855a0c40745069e22?s=120&d=wp_user_avatar&r=g
Jeffrey Gogo
Jeffrey Gogo adalah seorang jurnalis keuangan serbabisa yang berbasis di Harare, Zimbabwe. Selama lebih dari 17 tahun, ia telah banyak menulis tentang pasar keuangan lokal maupun global; berita ekonomi dan perusahaan. Seorang pegiat pergantian iklim, karya Gogo telah tampil di harian terbesar Zimbabwe The Herald, Thomson Reuters Foundation, Bitcoin.com, dan sejumlah publikasi daring. Gogo pertama kali menemukan bitcoin di tahun 2014, dan mulai meliput pasar kripto di tahun 2017.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori