Lihat lebih banyak

SEC Disebut Bocorkan 650 Data saat Selidiki Perusahaan Blockchain Green

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • SEC Amerika Serikat disebut secara tidak sengaja membocorkan 650 data kredensial crypto miner saat menyelidiki perusahaan blockchain Green.
  • Washington Examiner melaporkan bahwa kasus tersebut bermula dari wawancara yang dilakukan oleh SEC terhadap para konsumen Green.
  • Kejadian ini memancing reaksi negatif dari komunitas. Pasalnya, menurut undang-undang yang ada, SEC dianggap sudah melanggar aturan lewat adanya kebocoran data ini.
  • promo

Securites and Exchange Commision (SEC) Amerika Serikat (AS) disebut secara tidak sengaja membuat kebocoran data kredensial para crypto miner. Hal itu terjadi ketika salah satu regulator yang bertanggung jawab terhadap sektor investasi di Negeri Paman Sam itu tengah melakukan penyelidikan platform berbasis blockchain, yaitu Green.

Kredensial yang bocor itu terdiri dari 650 data yang berisi tentang nama dan alamat email para crypto miner. Washington Examiner melaporkan kasus tersebut bermula dari wawancara yang dilakukan oleh SEC terhadap para konsumen Green.

Green sendiri merupakan platform yang mengklaim mampu membuat jaringan listrik secara terdesentralisasi.

Untuk membuktikan bisnisnya, SEC bekerja sama dengan pengguna Green dan mencoba menggali informasi terkait pengalamannya terhadap Green. Lebih dari 650 pengguna yang notabene adalah penambang kripto beriktikad baik dan bersikap kooperatif dengan memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhan SEC.

“Namun, pada 6 Januari, SEC gagal untuk melakukan bcc terhadap 650 email pengguna, dan hal itu yang membuatnya menjadi bocor,” seperti dilansir oleh Washington Examiner.

Bcc sendiri merupakan akronim dari blind carbon copy. Fitur tersebut memungkinkan penerima email tidak bisa melihat kepada siapa saja salinan dokumen dikirimkan. Akan tetapi, dalam kasus SEC, agen yang bertanggung jawab gagal memasukkan alamat email penerima dalam kolom bcc.

Kebocoran Data Buat Komunitas Kripto Merasa Terancam

Mantan Kepala Keamanan Uber Bayar Rp1,52 Miliar dalam Bentuk Bitcoin untuk Sembunyikan Adanya Pelanggaran Data

Kebocoran data tersebut mendapatkan reaksi negatif. Pasalnya, berdasarkan Undang-Undang Privasi Federal, hal yang dilakukan SEC sudah tergolong dalam pelanggaran aturan. Selain itu, menurut para komunitas komunitas kripto, kejadian kebocoran data bisa membuat mereka teridentifikasi oleh para peretas untuk membobol node yang digunakan untuk memverifkasi transaksi mata uang virtual.

Meski demikian, sampai saat ini, belum ada laporan peretasan yang terjadi di komunitas.

Terlepas dari hal itu, kebocoran data yang dipicu oleh SEC, walau terjadi secara tidak sengaja, tetap saja melanggaran aturan negara. Dalam aturan terkait privasi, disebutkan adanya pelarangan pengungkapan tanpa persetujuan informasi tentang individu yang disimpan oleh pemerintah federal dalam sistem catatan.

“Agen diharuskan memberikan pemberitahuan publik tentang sistem catatan mereka dengan publikasi dalam Daftar Federal,” bunyi aturan tersebut.

Perihal ketahanan data, sejak awal munculnya industri blockchain termasuk didalamnya crypto mining sudah menjadi fokus tersendiri bagi investor. Bahkan, koalisi yang berisi organisasi kripto juga sudah mendesak parlemen AS untuk menjadikan perlindungan data sebagai prioritas dalam mengembangkan aturan pro-privacy future.

Campaign and Communications Director Fight for the Future, Lia Holland, mengungkapkan bahwa para pembuat kebijakan gagal melindungi privasi digital masyarakat sejak lama dan menjadikan solusi pasar sebagai solusi pertahanan praktis terhadap pengawasan digital.

Keruntuhan FTX Berpotensi Bikin Pemerintah Bangun Pembatas

Komunitas khawatir bahwa adanya beberapa kasus yang terjadi di industri kripto akan mengikis salah satu fitur utama kripto, yaitu anonimitas. Kegagalan FTX yang terjadi pada tahun lalu berpotensi dijadikan tameng untuk membangun pagar pembatas bagi industri kripto yang sedang berkembang.

Oleh karena itu, para penggiat kripto terus berjuang untuk mendorong potensi dari teknologi terdesentralisasi dalam transaksi pribadi secara daring. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Fight for Future. Mereka telah menentang rancangan undang-undang yang mengatur tentang anti-money laundering (AML) dan pendanaan terorisme lewat kripto.

Pasalnya, menurut mereka, dengan adanya aturan tersebut akan mewajibkan penyedia dompet digital untuk melakukan verifikasi identitas sambil membatasi penggunaan crypto mixer. Koalisi ini mengusulkan agar Kongres mendukung teknologi enkripsi secara end-to-end yang dikalim sebagai sarana komunikasi aman dan telah mendapatkan pengawasan dari lembaga penegak hukum.

Bagaimana pendapat Anda tentang kebocoran data yang tidak sengaja dilakukan SEC saat menyelidiki Green? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori