Lihat lebih banyak

Lebih dari 20 Negara Diperkirakan Percepat Penggunaan CBDC pada Tahun 2023

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Pengembangan proyek CBDC pada tahun 2023 diprediksi akan semakin masif.
  • Diperkirakan ada lebih dari 20 negara yang akan mengambil langkah signifikan.
  • Beberapa di antara negara tersebut adalah Australia, Thailand, Brasil, India, Korea Selatan, dan Rusia.
  • promo

Pengembangan proyek central bank digital currency (CBDC) pada tahun 2023 diprediksi akan semakin masif. Data dari Atlantic Council menyebutkan terdapat lebih dari 20 negara yang akan mengambil langkah signifikan dalam proyek percontohan mata uang digital bank sentral.

Beberapa di antaranya adalah Australia, Thailand, Brasil, India, Korea Selatan, dan Rusia. Sejumlah negara tersebut diketahui tengah berambisi untuk melanjutkan dan memulai proyek percontohan CBDC di negara mereka masing-masing pada tahun 2023 ini.

Bahkan, Europe Central Bank (ECB) alias Bank Sentral Eropa dikabarkan juga akan melakukan hal yang sama pada tahun ini. Kebutuhan untuk menghadirkan transaksi yang efisien dan cepat menjadi alasan utama bagi banyak negara untuk terus memanfaatkan teknologi berbasis blockchain.

“18 dari negara yang bergabung dalam G20 kini sudah berada dalam tahap lanjutan pengembangan CBDC. Dari jumlah tersebut, 7 negara di antaranya sudah ada dalam tahap uji coba dan hampir setiap negara G20 telah berhasil membuat kemajuan dalam proyek yang mereka kerjakan selama 6 bulan terakhir,” jelas Atlantic Council.

Data menyebutkan pula bahwa sampai saat ini, sudah ada 11 negara yang sepenuhnya merilis CBDC. Langkah yang dilakukan oleh Cina dengan terus menggenjot perluasan penggunaan renminbi digital (e-CNY / yuan digital) kepada 260 juta orang di negaranya, mengundang banyak negara lain untuk melakukan hal yang sama.

Apalagi, Negeri Tirai Bambu diperkirakan akan memperluas penggunaannya ke tingkat regional. Selain untuk menggantikan mata uang kertas yang sudah lebih dulu beredar, beberapa pihak menduga bahwa langkah Cina dilandasi oleh ambisi untuk mengalahkan dominasi dolar Amerika Serikat (USDD) dalam perdagangan internasional.

Sanksi terhadap Rusia Dorong Adopsi CBDC

Salah satu faktor yang membuat banyaknya negara memulai pengembangan CBDC adalah adanya sanksi ekonomi yang dijatuhan barat kepada Rusia.

Lewat pemanfaatan CBDC, teknologi yang digunakan dalam transaksi tidak lagi melibatkan sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT) yang kerap digunakan oleh bank tradisional dalam melakukan transaksi lintas batas. Sehingga, dapat dipahami jika pada akhirnya, teknologi blockchain dianggap memiliki peran penting untuk menghindari sanksi ekonomi.

Menurut Atlantic Council, saat ini terdapat 9 uji coba CBDC grosir lintas batas dan 7 proyek CBDC untuk segmen retail yang turut diuji coba untuk lintas batas. Jumlah tersebut naik hampir 2 kali lipat dibandingkan pada tahun 2021.

Secara total, saat ini terdapat 114 negara yang tengah melakukan penjajakan terhadap pemanfaatan CBDC. Jumlah tersebut mewakili lebih dari 95% produk domestik bruto (PDB) global.

Konsultan keuangan global PricewaterhouseCoopers (PwC) menyebutkan bahwa masa depan uang adalah digital. Dalam risetnya, PwC menyebutkan bahwa salah satu alasan banyak negara mendorong pemanfaatan CBDC adalah untuk meningkatkan inklusi keuangan, memfasilitas pembayaran lintas batas, dan mengendalikan kejahatan keuangan.

“Keberhasilan yang dilakukan Nigeria lewat eNaira akan memacu pengembangan CBDC di negara lain yang juga mengejar tingkat inklusi keuangan,” ungkap pihak PwC.

Indonesia Turut Pacu Implementasi

Indonesia masuk dalam salah satu negara yang ikut mengembanggan proyek CBDC. Pemerintah telah merilis program yang dinamakan Proyek Garuda untuk memuluskan ambisi adopsi mata uang digital bank sentral di Tanah Air. Dalam pemanfaatannya kelak, CBDC yang disebut sebagai Rupiah Digital ini diharapkan turut bisa digunakan di metaverse.

Bank Indonesia (BI) selaku pemangku hajat mengungkapkan bahwa beberapa faktor pendorong pengembangan Rupiah Digital adalah untuk menegaskan fungsi BI sebagai otoritas tunggal dalam menerbitkan mata uang, termasuk di dalamnya mata uang digital.

Selain itu, BI pun berniat untuk memperkuat perannya di kancah internasional serta mengakselerasi integrasi ekonomi keuangan digital lewat Rupiah Digital.

Bagaimana pendapat Anda tentang inisiatif sejumlah negara untuk mempercepat proyek CBDC mereka di tahun 2023 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori