Merek-merek mewah seperti Gucci dan Tiffany & Co. terus merangkul NFT meskipun crypto winter masih berlangsung. Namun, berapa lamakah mereka akan bertahan mengingat harga dasarnya terus turun?
Perayaan Natal hampir tiba. Lagu Mariah Carey yang ikonik mungkin sudah mulai diputar berulang kali di mana-mana. Orang-orang banyak yang pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli hadiah natal. Berbagai dekorasi juga mulai menghiasi setiap pusat perbelanjaan dan toko. Momen-momen seperti ini menandakan bahwa tahun 2023 sudah semakin dekat.
Di samping itu, tingkat adopsi barang dan juga jasa digital di berbagai industri tampaknya juga telah mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Tentu saja, transisi ini akan menguntungkan bagi merek-merek mewah. Banyak brand top dunia yang menggabungkan berbagai teknologi untuk mengubah citra mereknya dan meningkatkan kualitas pengalaman konsumennya. Dalam hal ini, yang khususnya mengalami transformasi bersejarah berkat teknologi baru, seperti blockchain dan non-fungible token (NFT), adalah industri fashion.
Untuk itu, artikel ini akan menelusuri bagaimana kolektibel NFT telah memicu munculnya tren pemanfaatan fashion digital oleh merek-merek mewah di luar sana.
Tapi, ada satu pertanyaan yang berulang kali muncul terkait hal ini: apakah tren membeli produk di dunia digital ini benar-benar akan mengalahkan model yang ada di dunia fisik?
Kombinasi NFT dan Fashion Mewah
Ada banyak merek yang telah mengembangkan strategi digital setelah pandemi COVID-19 berlalu. NFT sendiri memiliki potensi yang sangat besar serta potensi yang terlihat tanpa batas untuk masa depan fashion. Alhasil, NFT telah berhasil menarik perhatian jajaran raksasa brand mewah.
NFT telah mengubah cara berinteraksi antara merek dan pelanggan. Namun, tidak hanya itu, aspek non-fungible juga memungkinkan berbagai merek untuk menginovasikan model pendapatan mereka dengan memanfaatkan royalti dan pasar barang bekas.
“Kemampuan untuk memperdagangkan produk [secara] bebas menciptakan sumber pendapatan baru dengan membebankan biaya kreator dalam penjualan kembali barang bekas, estimasi [nilai] pasarnya [sekitar] US$96 miliar pada tahun 2019.”
Aspek lainnya dari kombinasi yang dengan ‘sengaja’ dilakukan ini akhirnya juga membantu merek-merek tersebut untuk memangkas pengeluaran mereka. Dalam hal ini, platform seperti Twitter dan Discord telah menjadi saluran pemasaran baru yang dapat menarik perhatian komunitas dengan biaya rendah dan menciptakan cara baru bagi pelanggan untuk berkomunikasi serta berinteraksi satu sama lainnya.
Beberapa di antara perusahaan brand mewah yang sudah bergabung dan ikut bersaing di sektor NFT yaitu Gucci, Dolce & Gabbana, Tiffany & Co., Moncler, Burberry, dan banyak lagi yang lainnya.
Merek-Merek yang Sudah Terjun ke Sektor NFT
Menurut data yang berhasil terkumpul pada Desember 2021 untuk Vogue Business Index, tercatat bahwa 17 persen merek dalam Indeks tersebut sudah mengadopsi NFT. Jumlah ini mengalami peningkatan di tahun 2022 karena semakin banyak brand mewah yang bergabung dengan sektor NFT dan mulai bereksperimen dengan media baru ini.
Contohnya saja, seperti Gucci, perusahaan fashion raksasa ikonik yang sudah berdiri sejak tahun 1921 silam. Mereka terkenal dengan desainnya yang mewah dan canggih serta proses pengerjaannya yang berkualitas tinggi. Lalu sekarang, mereka juga terkenal dengan NFT-nya.
Alessandro Michele beserta seniman digital Wagmi-san menjalin kolaborasi dengan direktur kreatif brand mewah tersebut dan menciptakan koleksi 10KTF Gucci Grail yang terbit pada Q1/2022.
Selain itu, sebagai bagian dari metaverse Gucci Vault, sang sutradara juga mengambil inspirasi dari perjalanannya dari Roma untuk menciptakan “New Tokyo” — kota apung yang ada di alam semesta paralel.
“Di dalam kota metropolitan metaverse ini, dia bertemu dengan pengrajin digital terkenal Wagmi-san yang legendaris karena membuat barang-barang impian di 10KTF Shop-nya.”
Selain itu, pada bulan Mei tahun ini, Dolce & Gabbana dan perusahaan fashion metaverse yang beroperasi di jaringan Polygon, UNXD, resmi menjalin kerja sama dengan Chainlink untuk merilis DGFamily Glass Box.
Berikutnya, yang paling baru datang dari Moncler. Mereka memulai debut koleksi NFT miliknya pada bulan Oktober. Berita ini disampaikan oleh Arianee, salah satu merek platform web3 terkemuka, yang berkolaborasi dengan brand mewah tersebut.
Moncler mengintegrasikan NFT Arianee dan solusi custodial wallet berbasis web dalam ekosistemnya untuk menawarkan pengalaman tanpa batas bagi konsumen yang paling loyal.
Daftar ini akan terus bertambah. Namun, menjelang akhir tahun 2022, kita kemungkinan akan mengalami penurunan harga kripto yang signifikan. Kondisi ini nantinya juga akan sangat memengaruhi tingkat penjualan NFT.
Ekspektasi vs. Realita
Jumlah pengguna di OpenSea, marketplace NFT dengan volume terbesar, tercatat anjlok drastis pada tahun 2022. Grafik di bawah ini memberikan gambaran sekilas tentang penurunan volume marketplace ini selama periode satu bulan.
Selama periode antara 24 Oktober dan 21 November ini, volume perdagangan bulanannya mencapai kisaran tertinggi sekitar US$13 juta dan kini telah merosot kembali ke US$4 juta.
Tak heran, kondisi ini berdampak pada menurunnya floor price atau harga dasar (harga terendah untuk satu NFT) secara masif untuk sejumlah koleksi NFT merek terkemuka.
Sebagai contoh, harga untuk mencetak salah satu NFT koleksi 10KTF Gucci Grail dari Gucci pada generasi pertamanya adalah 1 ETH (US$2.800 pada saat itu) ketika rilis.
Namun, akibat koreksi harga Ethereum (ETH) serta minat yang lesu, harga dasarnya saat ini bertengger di level 0.52 ETH (saat ini ~US$570) di OpenSea.
Sama halnya dengan harga dasar koleksi Glass Box dari Dolce & Gabbana yang turun menjadi 0,24 ETH dari 0,4 ETH hanya dalam kurun waktu sebulan.
Koleksi lain juga mengalami nasib yang serupa karena minat yang semakin surut. Sebut saja Tiffany and Co. yang sebelumnya mampu mengumpulkan lebih dari US$12,5 juta untuk koleksi NFT pertamanya yang dijuluki NFTiff.
Koleksinya terdiri dari 250 NFT yang terinspirasi dari CryptoPunk, dengan harga masing-masing 30 ETH. Saat itu, koleksinya terjual habis hanya dalam waktu sekitar 20 menit. Namun, harga dasarnya sekarang sudah turun drastis di bawah harga mint atau pencetakannya.
Seperti yang bisa kita lihat pada grafik data dari Delphi Digital di bawah ini, bahwa harga dasar koleksi NFT tersebut terbukti telah amblas di bawah harga mint-nya:
Apakah Jajaran Brand Mewah Masih Menyukai Tren Ini?
Banyak brand mewah yang masih optimis memandang pasar NFT sebagai bagian penting dari bisnis mereka meskipun harganya kini melorot.
Menelusuri minat ini, BeInCrypto telah menghubungi perwakilan dari beberapa merek ini melalui Twitter untuk meminta pendapat mereka tentang tren adopsi NFT ini. Namun, sampai artikel ini diterbitkan, belum ada yang memberikan tanggapan.
Namun, meskipun minatnya sedang turun, Morgan Stanley yakin bahwa sektor metaverse, game, dan NFT dapat merepresentasikan 10% dari pasar barang mewah pada tahun 2030 mendatang.
Bagaimana pendapat Anda terkait berbagai brand mewah dan proyeknya di sektor NFT? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.