Lihat lebih banyak

Terra 2.0 dan Airdrop LUNA Baru Akhirnya Resmi Diluncurkan

2 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Terra 2.0 akhirnya resmi diluncurkan pada tanggal 28 Mei kemarin.
  • Koin LUNA baru saat ini diperdagangkan pada kisaran US$5, menurut data dari CoinGecko.
  • Meski demikian, kehadiran Terra 2.0 masih dinilai kontroversial bagi banyak pihak.
  • promo

Sesuai dengan rencana Do Kwon untuk menghidupkan kembali Terra, generasi berikutnya dari blockchain Terra, Terra 2.0, akhirnya diluncurkan pada tanggal 28 Mei 2022 kemarin.

Terra 2.0, fork dari blockchain asli Terra akan mulai mencetak koin LUNA baru, yang dimulai dengan melakukan airdrop melalui mitra-mitra mereka, yaitu Bitfinex, Binance, LBank, KuCoin, Bybit, FTX, OKX, dan Bitrue. Airdrop koin LUNA baru saat ini dilakukan kepada pemilik koin LUNA lama, LUNA Classic, dan koin TerraUSD lama.

Tim Be[In]Crypto melaporkan bahwa beberapa waktu lalu, TerraUSD (UST), algorithmic stablecoin milik ekosistem Terra, kehilangan nilai patokannya terhadap dolar AS. Kejadian itu berimbas pada anjloknya nilai LUNA dan kehancuran ekosistem Terra.

Demi mengatasi hal tersebut, Do Kwon, pendiri proyek Terra, mengajukan sebuah proposal untuk menghidupkan kembali ekosistem Terra. Proposal tersebut disetujui oleh mayoritas komunitas Terra dan mendapat dukungan pula dari sejumlah crypto exchange ternama.

Adapun distribusi koin LUNA baru dilakukan berdasarkan snapshot sebelum insiden dan sesudah insiden yang terjadi pada blockchain Terra. Mereka mengutamakan alokasi koin bagi para pengguna yang sudah menyimpan koin itu dari sebelum harganya anjlok.

Pada hari Jumat waktu setempat, Terraform Labs mengumumkan mereka telah menangkap gambar blockchain saat setelah serangan, dan merakit data genesis untuk peluncuran.

LUNA kini diperdagangkan di harga US$5,51 saat penulisan, dengan perdagangan teraktif di exchange Gate.io.

Melalui sebuah cuitan, tim Terra mengumumkan produksi blok transaksi pertama pada chain mereka.

Bersamaan dengan peluncuran Terra 2.0, Phoenix Finance pun turun dirilis sebagai DEX utama dalam jaringan mereka. Dengan begitu akan menjadi jalan bagi dApp yang sebelumnya ada di Terra Classic untuk melakukan relaunching pada Terra 2.0.

Terra 2.0 Masih Kontroversial

Peluncuran Terra 2.0 menuai respon beragam. Walau sejumlah exchange, seperti Bitrue, menunjukkan sikap bullish, namun ada pula crypto exchange lain yang justru mengimbau penggunanya mengenai risiko yang mungkin muncul. Salah satunya adalah OKX.

“Mohon trading dengan hati-hati, LUNA masih sangat volatil,” tulis crypto exchange OKX melalui akun Twitter resminya.

Selain OKX, Galois Capital juga berulang kali menyerukan peringatan terkait kerapuhan sistem arbitrase algoritmik Terra awalnya, serta mengkritisi langkah peluncuran Terra 2.0.

Rug saya sekali; tidak tahu malu. Rug saya dua kali; memalukan buat saya,” cuit mereka di Twitter.

Galois Capital juga menyinggung perihal penamaan LUNA dan LUNC yang tidak konsisten dan dinilai akan menyerupai trading bot, sehingga bisa membuat para holder mengalami rekt.

Terkait penamaan koin baru di Terra 2.0, crypto exchange seperti Kraken dan Gate.io memiliki kebijakan mereka sendiri. Kraken mengatakan bakal melabeli koin LUNA baru sebagai LUNA2. Sementara itu, Gate.io menampilkan koin LUNA baru sebagai LUNA saja, berdasarkan yang terlihat pada trading pair di platform mereka.

Meski demikian, masih belum diketahui apakah para pengguna yang telah berinvestasi di Terra akan diuntungkan dari peluncuran Terra 2.0 dan airdrop LUNA. Menurut data dari perusahaan analitik blockchain Nansen, sekitar 265.000 alamat dompet kripto telah mendepositkan dananya pada Anchor, yang merupakan sejenis bank kripto yang dioperasikan oleh Terraform Labs. Anchor menawarkan yield bagi para deposan, mirip seperti rekening berbunga.

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

482684f67f7c6a6c68bb22d21073cef7?s=120&d=wp_user_avatar&r=g
David Thomas
David Thomas lulus dari Universitas Kwa-Zulu Natal di Durban, Afrika Selatan, dengan gelar kehormatan di bidang teknik elektronik. Dia bekerja sebagai insinyur selama delapan tahun, mengembangkan perangkat lunak untuk proses industri di perusahaan spesialis otomasi Afrika Selatan, Autotronix (Pty) Ltd, sistem kontrol pertambangan untuk AngloGold Ashanti, dan produk konsumen di Inhep Digital Security, sebuah perusahaan keamanan dalam negeri yang sepenuhnya dimiliki oleh konglomerat Swedia,...
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori