Salah satu mitra perbankan yang membantu menyimpan sebagian dari cadangan aset Tether yang terkait dengan stablecoin USDT akhirnya terungkap. Entitas tersebut bernama Capital Union Bank, sebuah boutique bank kecil di Bahama.
Laporan ini pertama dirilis oleh Financial Times (FT) pada hari Senin (30/5) berdasarkan keterangan sejumlah pihak yang mengetahui mengenai hal ini. Mereka menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana kelompok tersebut mengelola stablecoin terbesar di dunia dengan market cap atau kapitalisasi pasar yang saat ini mencapai sekitar US$72 miliar.
Terkait pemberitaan ini, Capital Union menjelaskan bahwa satu-satunya informasi yang dibuat tersedia untuk umum tentang perusahaan mereka terdapat dalam laporan tahunan di situs web mereka. Sementara itu, Tether tidak mengomentari hubungannya dengan Capital Union.
Relasi Tether dengan Capital Union
Orang-orang yang mengetahui tentang hal ini mengatakan bahwa Capital Union adalah mitra perbankan Bahama lain yang telah digunakan Tether. Namun, sampai saat ini tidak jelas secara pasti berapa banyak cadangan aset Tether yang telah disimpan melalui Capital Union, atau kapan hubungan itu dimulai.
Boutique bank ini didirikan pada tahun 2013 dan memiliki aset sebesar US$1 miliar pada akhir 2020. Ketua Capital Union, yaitu Lonnie Howell, sebelumnya mendirikan EFG International, sebuah bank Swiss yang telah menjadi perusahaan publik.
Capital Union pada Juni 2021 mulai menerbitkan laporan penelitian tentang kripto. Belakangan pada tahun itu, mereka menunjuk seorang manajer untuk aset digital dan area bisnis lainnya.
Menurut profil LinkedIn orang tersebut, Capital Union memiliki pekerjaan untuk membuat dan menerapkan prosedur rekonsiliasi Aset Digital serta mengotomatiskan prosedur pemesanan Aset Digital untuk mengurangi waktu pemrosesan dan kesalahan.
Pada bulan April ini, Capital Union mengatakan telah mulai menggunakan perangkat lunak kepatuhan yang disediakan oleh Chainalysis, sebuah perusahaan yang menawarkan layanan investigasi dan kepatuhan kripto.
Mitra Perbankan Tether Lainnya
Tether sebelumnya mengungkapkan bahwa mereka telah memiliki hubungan perbankan sejak November 2018 dengan bank yang berbasis di Bahama lainnya. Mitra perbankan itu adalah Deltec Bank & Trust, yang ketuanya, yaitu Jean Chalopin, ikut menciptakan kartun Inspector Gadget pada tahun 1980-an.
Adapun dalam wawancara dengan Bloomberg pada Oktober 2021, Chalopin mengatakan bahwa Deltec hanya mengelola sekitar seperempat dari cadangan Tether, antara US$15 miliar atau lebih, dalam bentuk uang tunai dan obligasi berisiko sangat rendah.
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times bulan ini, Paolo Ardoino selaku Chief Technology Officer (CTO) Tether dan crypto exchange Bitfinex, mengatakan bahwa cadangan Tether yang paling likuid, setoran tunai, disimpan di dua bank Bahama. Dia menambahkan bahwa perusahaan tempatnya bernaung itu memiliki hubungan perbankan yang kuat dengan lebih dari tujuh hingga delapan bank di seluruh dunia.
Misteri Para Mitra Pengelola Aset Stablecoin
FT mencatat bahwa para penerbit stablecoin umumnya menolak untuk mengungkapkan di mana tepatnya mereka menyimpan aset untuk mendukung cryptocurrency yang dipatok terhadap mata uang fiat.
Lebih rinci pada USDT, Tether mencatat bahwa sebagai perusahaan swasta, mereka tidak berkewajiban untuk mengungkapkan informasi tentang mitra keuangan pengelola aset yang mendasari stablecoin tersebut.
Diluncurkan pada tahun 2014, Tether diketahui terdaftar di Kepulauan Virgin, Britania Raya. Rincian cadangan aset stablecoin Tether termasuk pada deposito bank, obligasi pemerintah AS, surat berharga, logam mulia, cryptocurrency lainnya, hingga kas dan setara kas. Kemampuan Tether untuk dapat menepati janjinya sebagai stablecoin bergantung pada likuiditas dan keamanan cadangannya.
Sempat Kehilangan Pasak Nilai terhadap USD
Kabar ini muncul setelah Tether mendapat sorotan tajam ketika Tether USD (USDT) sempat kehilangan pasaknya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga ke posisi US$0,94 pada 12 Mei. Padahal, 1 USDT seharusnya selalu setara dengan US$1.
Sejak saat itu, para investor telah memilih untuk mencairkan USDT ke fiat senilai lebih dari US$10 miliar. Sejumlah pihak berpendapat bahwa terjadinya outflow ini di sisi lain membuktikan bahwa Tether memiliki likuiditas yang cukup ketika terjadi penebusan USDT dalam skala besar.
Sebagai catatan, hingga 10 Mei 2022, market cap USDT masih mencapai US$83 miliar. Namun, pada ‘tanggal keramat’ 13 Mei di hari Jumat bertepatan dengan momen kehancuran spektakuler proyek Terra sepanjang pekan kedua Mei 2022, market cap USDT mulai menyusut menjadi US$78 miliar. Dari sinilah kemudian market cap USDT terus berkurang hingga saat ini menyentuh US$72 miliar.
Tether Menyesatkan Penggunanya?
Sebelumnya, regulator AS, yaitu Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC), sempat menyatakan bahwa Tether telah menyesatkan para pengguna, terhitung sejak Juni 2016 hingga Februari 2019.
Klaim menyesatkan yang dimaksud CTFC adalah bahwa mereka memiliki cadangan dolar AS yang cukup untuk mendukung setiap stablecoin yang beredar. Akhirnya pada Oktober 2021, Tether setuju untuk membayar US$41 juta dalam penyelesaian meski mereka tidak mengakui atau menyangkal telah melakukan kesalahan.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.