Lihat lebih banyak

Turunnya Harga Bitcoin Buat MicroStrategy Telan Kerugian Lebih Dari Rp21,72 Triliun

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Keteguhan MicroStrategy untuk terus menggenggam Bitcoin di 2022, menjadi salah satu faktor rugi bersih perusahaan membengkak ke level US$1,46 miliar di Q4/2022.
  • Meski begitu, CFO MicroStrategy, Andrew Kang, mengungkapkan perusahaan akan terus melakukan akumulasi atas aset Bitcoin sebagai strategi jangka panjang, dan hal tersebut tidak akan mengalami perubahan.
  • Selain itu, jumlah pendapatan perusahaan di akhir tahun 2022 lalu juga tercatat menyusut 2,25%, bila dibandingkan dengan capaian di Q4/2021.
  • promo

MicroStrategy, perusahaan perangkat lunak publik yang merupakan salah satu holder Bitcoin (BTC) terbanyak, harus menelan pil pahit dalam laporan keuangannya pada tahun lalu. Rugi bersih perusahaan jadi membengkak ke level US$1,46 miliar atau lebih dari Rp21,72 triliun di tahun 2022. Padahal, pada periode yang sama tahun 2021, kerugian MicroStrategy masih berada di kisaran US$535,48 juta.

Dalam laporan keuangan kuartal IV/2022, MicroStrategy mengakui hal tersebut terjadi karena turunnya biaya nilai aset digital yang tercermin dalam digital asset impairment loss sebesar US$197,6 juta. Harus diakui, sepanjang tahun lalu penurunan harga Bitcoin memang terjadi cukup dalam yang pada akhirnya menyeret kerugian perusahaan menggembung hampir 3 kali lipat dalam kurun waktu 1 tahun.

Sepanjang 2022, harga jawara aset digital tersebut ambruk 64,25%, yang menghapus kapitalisasi pasarnya sebesar US$557,9 miliar. Oleh karena itu, wajar jika akhirnya nilai aset digital MicroStrategy terhapus lebih dari US$1 miliar dari tahun 2021. Sampai dengan akhir tahun lalu, nilai aset digital perusahaan berada di level US$1,84 miliar. Sementara itu, di akhir 2021, angkanya masih bertengger di kisaran US$2,85 miliar.

Kuat dugaan hal itu terjadi karena MicroStrategy sendiri ataupun melalui salah satu entitas usahanya, yakni MacroStrategy, terus melakukan akumulasi pembelian Bitcoin. Per akhir tahun lalu saja, jumlah kepemilikan BTC perusahaan meningkat menjadi 132.500 dari tahun lalu yang sebanyak 124.391 bitcoin.

Chief Financial Officer (CFO) MicroStrategy, Andrew Kang, mengungkapkan perusahaan akan terus melakukan akumulasi atas aset Bitcoin sebagai strategi jangka panjang, dan hal tersebut tidak akan mengalami perubahan.

“Dalam kondisi ekonomi yang menantang seperti sekarang, perusaaan akan mendapatkan pendapatan dari segmen pendapatan berulang yang berkualitas. Untuk itu, MicroStrategy akan fokus pada area yang mampu mendorong pertumbuhan pendapatan sambil mempertahankan margin,“ jelasnya.

MicroStrategy Terus “Serok” Bitcoin, meski Pasar Bearish

MicroStrategy Nyaris Sentuh 'Margin Call' atas Pinjamannya untuk Beli Bitcoin (BTC)

Dalam laporan keuangan kuartal IV/2022 perusahaan, terungkap pula bahwa MicroStrategy terus melakukan pembelian baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui entitas usahanya. Kang menyebutkan pada pada tahun lalu perusahaan mengakumulasi jumlah Bitcoin mereka secara bertahap.

Perusahaan yang dibangun oleh Michael Saylor itu membeli Bitcoin menggunakan beberapa kombinasi pendanaan. Mulai dari hasil bersih dari pinjaman dengan agunan yang sebesar US$190,5 juta, kelebihan uang tunai hingga penjualan saham.

Namun, pada kuartal 4 tahun 2022, MicroStrategy menjual 704 bitcoin seharga US$11,8 juta. Dari situ, perusahaan mengklaim mendapatkan keuntungan dari penjualan sebesar US$0,9 juta.

MicroStrategy sepertinya memang sudah sangat percaya dengan konsep Bitcoin. Hal ini tercermin dari unggahan Twitter Michael Saylor, selaku co-founder perusahaan, yang menuliskan bahwa Bitcoin adalah sebuah misi.

Pendapatan Perusahaan Juga Melandai

Pada tahun 2022 kemarin, pendapatan perusahaan juga ikut mengalami penurunan. Tercatat total pendapatan pada akhir tahun lalu mencapai US$499,26 juta, jumlah tersebut susut 2,25% dari periode yang sama tahun 2021 sebesar US$510,67 juta.

Turunnya pendapatan yang bersumber dari penjualan produk berlisensi menjadi US$86,49 juta dari posisi sebelumnya US$101,8 juta menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, pendapatan yang berasal dari product support juga ikut mengalami penurunan menjadi US$266,52 juta dari periode yang sama tahun 2021 sebesar US$281,2 juta.

Di sisi lain, perusahaan juga harus menahan digital asset impairment losses sebesar US$1,28 miliar. Angka itu jauh membengkak dari periode yang sama tahun 2021, yakni sebesar US$830,62 juta. Hal tersebut mendorong total biaya operasioal perusahaan juga melonjak drastis menjadi US$1,67 miliar dari posisi sebelumnya US$1,2 miliar.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori