Lihat lebih banyak

Regulator Singapura Jelaskan Alasan Mengapa Binance dan FTX Terima Perlakukan Berbeda

4 mins
Diperbarui oleh Ahmad Rifai
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Regulator Singapura membela diri dengan membuat klarifikasi mengapa Binance dan FTX menerima perlakuan yang berbeda.
  • Otoritas Moneter Singapura (MAS) menyebut Binance secara aktif meminta pengguna dari yurisdiksi mereka, sementara FTX tidak.
  • MAS juga klarifikasi tidak dapat melindungi pengguna FTX karena tidak memiliki lisensi operasi di Singapura dan beroperasi secara offshore.
  • promo

Otoritas Moneter Singapura (MAS) pada hari Senin (21/11) membuat sejumlah klarifikasi untuk menjawab beberapa pertanyaan dan kesalahpahaman yang muncul setelah kehancuran FTX.

Mereka membela diri mengapa Binance dan FTX menerima perlakuan yang berbeda, dengan menjelaskan karena Binance secara aktif meminta pengguna dari yurisdiksi Singapura, sementara FTX tidak. MAS memaparkan setidaknya 3 kesalahpahaman tentang sikap mereka terhadap Binance dan FTX.

Kesalahpahaman pertama adalah MAS disebut mungkin dapat melindungi pengguna lokal yang berurusan dengan FTX seperti membatasi aset mereka atau memastikan bahwa FTX mendukung asetnya dengan cadangan.

Sebagai respon, MAS mengklarifikasi bahwa mereka tidak dapat melakukan hal itu karena FTX tidak memiliki lisensi beroperasi di Singapura dari MAS dan beroperasi secara offshore. MAS mengaku secara konsisten memperingatkan tentang bahaya berurusan dengan entitas yang tidak diatur oleh regulator.

Perbedaan Binance dan FTX di Mata MAS

Kedua, terkait pertanyaan mengapa MAS memperlakukan Binance secara berbeda dari FTX, khususnya mengapa MAS menempatkan Binance dalam Daftar Peringatan Investor (Investor Alert List / IAL) sedangkan FTX tidak.

Sebagai informasi, sejumlah cuitan di Twitter menilai investor kripto di Singapura telah beralih ke FTX setelah crypto exchange yang dipimpin oleh Changpeng ‘CZ’ Zhao ini akhirnya menarik diri untuk mendapatkan persetujuan operasi di Singapura pada Desember 2021 dan ditempatkan dalam daftar IAL. Beberapa pihak menuding konsekuensi dari MAS yang menargetkan Binance adalah dengan membiarkan FTX terus melayani pelanggan di negara tersebut.

Terkait hal ini, MAS menyatakan, “Meskipun Binance dan FTX tidak mendapatkan lisensi di Singapura, ada perbedaan yang jelas antara keduanya. Binance secara aktif meminta pengguna di Singapura, sedangkan FTX tidak.”

Binance disebut menawarkan sejumlah listing token kripto dalam dolar Singapura (SGD) dan menerima mode pembayaran khusus Singapura seperti PayNow dan PayLah. Kemudian, MAS mengaku menerima beberapa keluhan tentang Binance antara Januari dan Agustus 2021. Selain itu, ada juga pengumuman di berbagai yurisdiksi mengenai permintaan pelanggan tanpa izin oleh Binance selama periode yang sama.

Sementara itu sehubungan dengan FTX, tidak ada bukti bahwa crypto exchange yang dipimpin oleh Sam Bankman-Fried (SBF) ini meminta pengguna Singapura secara khusus.

Tidak hanya itu, “Perdagangan di FTX juga tidak bisa ditransaksikan dalam SDG. Namun, seperti halnya ribuan entitas keuangan dan kripto lainnya yang beroperasi di luar negeri, pengguna Singapura dapat mengakses layanan FTX secara online.”

MAS mengaku menempatkan Binance di daftar IAL karena telah meminta pengguna tanpa lisensi. Selanjutnya atas rujukan dari MAS, Departemen Urusan Komersial Singapura memulai penyelidikan terhadap Binance untuk kemungkinan pelanggaran Undang-Undang Layanan Pembayaran (PS Act). Sedangkan, tidak ada alasan untuk menempatkan FTX di daftar IAL karena tidak ada bukti bahwa itu bertentangan dengan PS Act.

Regulator Singapura mengaku mendorong Binance untuk berhenti meminta pengguna Singapura. Untuk meyakinkan MAS bahwa itu tidak lagi dilakukan, Binance menerapkan berbagai tindakan termasuk pemblokiran geografis alamat IP Singapura dan penghapusan aplikasi seluler mereka dari app store di wilayah Singapura.

Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk menunjukkan tanpa keraguan bahwa Binance telah berhenti meminta dan menyediakan layanan kepada pengguna Singapura. Bila Binance sekarang memutuskan untuk membongkar beberapa pembatasan ini, mereka harus mematuhi larangan meminta pengguna Singapura tanpa memiliki lisensi operasi yang legal.

Menyoal Daftar IAL yang Dibuat MAS

Ketiga, muncul pertanyaan apakah MAS harus membuat daftar secara mendalam di IAL dan memberikan informasi tentang semua crypto exchange offshore di dunia. Menurut mereka, ada ratusan crypto exchange semacam ini dan ribuan entitas lain di luar negeri yang menerima investasi dalam aset non-kripto.

“Tidak mungkin untuk mencantumkan semuanya dan tidak ada regulator di dunia yang melakukannya,” jelas pihak MAS.

Mereka mengaku bahwa tujuan dari daftar IAL adalah untuk memperingatkan publik tentang entitas yang dapat dianggap salah sebagai diatur oleh MAS, terutama yang meminta pelanggan Singapura untuk bisnis keuangan tanpa lisensi legal yang diperlukan.

MAS menggarisbawahi itu tidak berarti bahwa ribuan entitas lain yang beroperasi secara offshore, yang tidak ada dalam daftar IAL, aman untuk ditangani. Selain mempertahankan daftar IAL, MAS menerbitkan Direktori Lembaga Keuangan di situs web mereka yang merupakan daftar lengkap semua entitas yang diatur oleh MAS.

Pelajaran Terpenting dari Kehancuran FTX

MAS menjelaskan bahwa pelajaran terpenting dari kehancuran FTX adalah bahwa berurusan dengan kripto apa pun itu dan di platform apa pun adalah berbahaya.

Crypto exchange bisa dan memang gagal, jelas MAS, bahkan jika crypto exchange itu telah mendapatkan lisensi dari regulator Singapura. Pasalnya, crypto exchange yang mendapat lisensi dari regulator Singapura hanya diatur untuk mengatasi risiko pencucian uang, bukan untuk melindungi investor. Hal ini disebut mirip dengan pendekatan yang saat ini diambil di sebagian besar yurisdiksi di dunia.

MAS beberapa waktu yang lalu telah menerbitkan makalah konsultasi yang mengusulkan langkah-langkah dasar perlindungan investor untuk pelaku industri kripto yang memiliki lisensi beroperasi di Singapura.

Selanjutnya, bahkan jika crypto exchange dikelola dengan baik, MAS masih konsisten menegaskan kripto sangat tidak stabil dan banyak dari hal itu telah kehilangan semua nilainya. Gejolak yang sedang berlangsung di industri kripto saat ini dinilai berfungsi sebagai pengingat akan risiko besar dalam berurusan dengan kripto.

“Seperti yang telah berulang kali kami nyatakan, tidak ada perlindungan bagi pelanggan yang berurusan dengan kripto. Mereka bisa kehilangan semua uang mereka,” jelas MAS.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori