Lihat lebih banyak

Balaji Srinivasan: Apple, Google, dan Microsoft Bisa Bantu Pemerintah Sita Aset Kripto

4 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Balaji Srinivasan, eks CTO Coinbase, memperingatkan bahwa beberapa raksasa teknologi dunia bisa saja jadi ancaman bagi para pemilik kripto.
  • Bila para raksasa teknologi itu mendapat permintaan dari negara, secara teori mereka dapat memindai (scanning) hard drive yang terkait dengan para pengguna di dunia nyata.
  • Dia mengatakan para raksasa teknologi dapat dengan mudah memindai perangkat orang-orang untuk menemukan dan menyerahkan private key kepada pihak berwenang jika mereka diperintahkan untuk melakukan hal tersebut.
  • promo

Balaji Srinivasan, mantan Chief Technology Officer (CTO) Coinbase, memberi peringatan bahwa beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia bisa saja menjadi ancaman bagi para pemilik aset kripto (cryptocurrency).

Sebagai informasi, Balaji adalah sosok yang bertaruh bahwa harga Bitcoin (BTC) akan naik mencapai US$1 juta dalam waktu 90 hari. Meskipun telah menarik taruhannya bahwa harga Bitcoin akan melesat secara signifikan dalam waktu singkat, Balaji masih yakin dengan penilaiannya itu.

Tujuan dari pernyataan tersebut untuk menunjukkan bahwa mata uang fiat seperti dolar Amerika Serikat (USD) sedang dalam masalah, dan masalah tersebut akan mendorong harga Bitcoin naik. Dia menceritakan bagaimana ada masalah dengan bank AS, utang negara Negeri Paman Sam, dan potensi masalah lainnya, termasuk potensi adanya printing money atau mencetak uang baru oleh bank sentral.

“Itulah yang saya lakukan dengan ongkos sendiri, saya meningkatkan kewaspadaan publik,” terang Balaji.

Baru-baru ini, dalam sebuah wawancara di podcastImpact Theory” yang dibawakan oleh Tom Bilyeu, Balaji kembali membuat pernyataan mengejutkan. Jika pemerintah di negara-negara yang tergabung dalam G7 memutuskan bahwa penyitaan aset digital diperbolehkan, maka raksasa teknologi; seperti Apple, Microsoft, dan Google, dapat membantu mereka.

Sebagai catatan, anggota G7 saat ini terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan Uni Eropa (UE). Karena nama lengkap G7 adalah Group of Seven Nations, maka nama Uni Eropa tidak termasuk, tetapi terdapat 8 anggota di G7. Forum politik antar-pemerintah ini sempat bernama G8 karena di dalamnya ada Rusia dari tahun 1997 hingga 2014.

Momen Krusial bagi Sejarah Manusia?

Menurut Balaji, negara-negara dapat memutuskan untuk menyita aset digital milik masyarakat di masa depan, dalam upaya untuk memulihkan diri dari gejolak ekonomi.

Dia mengatakan para raksasa teknologi dapat dengan mudah memindai perangkat orang-orang untuk menemukan dan menyerahkan private key kepada pihak berwenang jika mereka diperintahkan untuk melakukan hal tersebut.

“Negara-negara G7 akan memiliki masalah nyata, dan mereka akan menjadi lebih sulit untuk mendapatkan uang, dan kemudian banyak bergantung pada apakah negara-negara G7 dan Cina dapat merebut aset digital atau tidak,” terang Balaji.

Jika negara-negara tersebut bisa, hal itu seperti satu titik cabang dalam sejarah. Artinya, kehadiran central bank digital currency (CBDC) tidak dapat dihindarkan karena aset kripto dapat dilumpuhkan atau disita.

Namun, bila negara-negara tidak dapat merebut aset digital milik warganya, maka itu dapat menjadi titik cabang yang berbeda dalam sejarah.

“Itu berarti, masyarakat sekarang pada dasarnya dapat memiliki emas digital atau cryptocurrency dan bagian crowdfund atau pengumpulan dana untuk sebuah teritori. Ketika mereka dapat memiliki masyarakat startup mereka sendiri dan akhirnya adalah apa yang saya sebut sebagai ‘network state’ atau negara jaringan,” kata Balaji.

Sekilas tentang Network State

Balaji Srinivasan sendiri adalah salah sosok yang memperkenalkan istilah network state pada Juli 2022. Basis pikirannya adalah, teknologi telah memungkinkan untuk memulai perusahaan baru, komunitas baru, dan mata uang baru. Namun, bisakah teknologi digunakan untuk memulai kota baru, atau bahkan negara baru? Bagi Balaji, network state adalah penerus dari negara bangsa.

Secara sederhana, network state adalah komunitas online yang sangat selaras dengan kapasitas tindakan kolektif, seperti visi tertentu bagaimana menjalankan masyarakat. Dalam proses untuk mencapai tujuannya network state, mereka dapat menggalang dana untuk wilayah tertentu di dunia, hingga akhirnya mendapat pengakuan diplomatik.

Adapun basis dari network state adalah teknologi blockchain yang akan memungkinkan fondasi masyarakat baru yang dapat berkembang menjadi bangsa digital dan negara digital.

Balaji melihat teknologi yang mendasari kripto sebagai cara untuk mem-bootstrap negara digital tanpa harus menempuh rute tradisional untuk memenangkan perang, memisahkan diri secara damai atau sebaliknya, dan bahkan mengklaim tanah yang belum dituntaskan statusnya.

Kembali dalam podcast yang dihadiri Balaji, dia menilai bahwa konsep network state memungkinkan orang-orang menatap masa depan, tetapi dengan visi seperti tahun 1800-an. Periode tahun itu adalah ketika orang-orang bisa mendapatkan sebidang tanah dan bisa membangun kota atau sesuatu seperti pembelian Alaska yang pernah terjadi di masa lalu.

Penyitaan Aset Digital Bisa Saja Terjadi

Lantas dia kembali dengan bertanya, “Pertanyaannya, akankah penyitaan aset dimungkinkan di dunia digital?”

Balaji menjelaskan mengapa dia yakin para perusahaan teknologi besar dapat membantu pemerintah merebut aset digital dari masyarakat.

“Faktor risiko terbesar untuk itu [penyitaan aset digital] sebenarnya adalah Apple, google, dan Microsoft. Sebab, mereka memiliki akses sistem operasi. Sebenarnya, itulah yang paling saya khawatirkan,” jelas Balaji.

Dia melanjutkan dengan menyorot fakta bahwa Apple memiliki kemampuan untuk melakukan software update, Google dapat masuk ke Google Drive milik pengguna, dan Microsoft memiliki sistem operasi Windows yang mayoritas terpasang di laptop dan personal computer (PC).

Bila para raksasa teknologi itu mendapat permintaan dari negara, secara teori mereka dapat memindai (scanning) hard drive yang terkait dengan para pengguna di dunia nyata. Tujuannya, untuk mencari private key yang dapat mengakses aset digital yang dimiliki masyarakat.

Secara tidak langsung, Balaji ingin mengingatkan bahwa orang-orang harus memiliki kemampuan ekstra dalam mengamankan kripto atau aset digital milik mereka.

Bagaimana pendapat Anda tentang pendapat Balaji Srinivasan tentang aset kripto? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori