Lihat lebih banyak

Bos Meta Tidak Gentar dengan Headset Besutan Apple

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Mark Zuckerberg, founder dan CEO Meta Platforms, berpendapat headset Vision Pro Apple tidak menghadirkan terobosan besar dalam teknologi.
  • Selain itu, jika dilihat dari sisi harga, headset Vision Pro milik Apple hampir 7 kali lipat lebih mahal dibanding headset Quest 3 Meta.
  • Meskipun optimis dengan pembangunan metaverse yang sedang dijalankannya, ternyata data menyebutkan bahwa proyek metaverse milik Meta Platforms mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan.
  • promo

Pada 5 Juni lalu, Apple merilis headset augmented reality (AR) yang dinamakan Vision Pro. Gadget yang dianggap bakal mampu menandingi headset Meta Quest itu sudah banyak ditunggu oleh banyak pihak, termasuk komunitas kripto. Namun, menurut Mark Zuckerberg, founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Meta Platforms, perangkat anyar tersebut bukanlah sesuatu yang diinginkannya.

Sosok yang akrab disapa Zuck ini sepertinya juga sempat khawatir terhadap produk yang dirilis oleh Apple. Akan tetapi, saat mencobanya, dia menganggap bahwa Apple tidak menghadirkan terobosan besar dalam teknologi yang mungkin belum dieksplorasi oleh Meta.

Selain itu, jika dilihat dari sisi harga, headset Vision Pro milik Apple masih jauh lebih mahal dibanding headset Quest 3 Meta yang dibanderol di harga US$499. Apple sendiri membanderol produk barunya itu di harga US$3.499 atau sekitar Rp51,99 juta.

Dari situ bisa terlihat, bahwa permasalahan klasik yang selama ini menghambat laju adopsi metaverse soal keekonomian harga perangkatnya masih belum bisa dipecahkan.

“Tidak ada solusi magis yang mereka miliki untuk batasan hukum fisika apapun yang belum dieksplorasi dan dipikirkan oleh tim kami. Apple menggunakan layar beresolusi lebih tinggi dan harganya 7 kali lebih mahal dan membutuhkan banyak energi,” jelas Zuck.

Dirinya mengatakan bahwa terdapat perbedaan prinsip yang diusung oleh Apple dan Meta. Menurut Zuck, inovasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk membuka akses metaverse bagi banyak orang dan bersifat sosial. Sementara itu, visi yang sepertinya ingin dibawa oleh Apple lebih kepada masa depan komputasi, dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh Meta.

Harga Murah adalah Kunci

Zuck sepertinya sudah menyadari bahwa kunci untuk mendorong adopsi adalah harga unit yang lebih murah. Oleh karena itu, saat mengumumkan rencana peluncuran Quest 3, dirinya juga mulai melakukan penyesuaian harga terhadap headset generasi sebelumnya, yaitu Quest 2.

Pada 4 Juni kemarin, Meta mengaku sudah menurunkan harga Quest 2 menjadi US$299,99. Tujuannya adalah agar bisa membantu lebih banyak orang mengakses teknologi virtual reality (VR).

Meskipun masa depan VR dan AR masih belum bisa dipastikan, namun Meta tetap fokus untuk mengembangkan sektor anyar tersebut. Ditambang, perusahaan memandang bahwa VR merupakan platform sosial kuat yang disandarkan pada teknologi kreatif, semakin banyak orang yang mengaksesnya maka akan semakin baik.

Optimisme Meta terhadap ruang virtual disandarkan pada penelitian yang dilakukan oleh tim internal Meta bersama dengan Deloitte yang menyebut bahwa potensi ekonomi dari pengembangan metaverse mencapai US$3,6 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) global di 2035 mendatang.

Berdasarkan riset tersebut, salah satu negara yang konon bakal menjadi wilayah terbaik untuk mengadopsi ruang virtual adalah Amerika Serikat (AS).

Metaverse Meta Platforms Kurang Ramai

Meta Platforms memiliki platform metaverse yang dikembangkannya sendiri. Melalui unit usaha Reality Labs, perusahaan membangun platform Horizon Worlds. Sayangnya, dalam perjalanannya, populasi yang ada di ruang virtual Meta tidak seramai dugaan.

Sampai dengan bulan-bulan terakhir 2022 kemarin, jumlah pengguna aktif bulanan di Horizon Worlds baru mencapai kisaran 200 ribu. Padahal sebelumnya, induk usaha dari Facebook, Instagram, dan Whatsapp itu berambisi dapat mencapai 500 ribu pengguna aktif setiap bulannya.

Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan jumlah pengguna platform media sosial Meta yang mencapai miliaran pengguna aktif setiap bulannya.

Terlebih lagi, ada data yang menyebutkan bahwa sebagian besar pengunjung metaverse Meta ternyata tidak kembali lagi ke aplikasi setelah bulan pertama penggunaan.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori