Lihat lebih banyak

BSN Spartan Network Versi Beta Meluncur, HSBC dan Maxim Group Jadi Klien Pertama

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • BSN baru saja meluncurkan versi beta untuk BSN Spartan Network.
  • HSBC, Emperor Group, Maxim Group, dan Lan Kwai Fing Group diketahui menjadi beberapa perusahaan yang siap mengadopsinya.
  • Meski demikian, sampai saat ini, banyak negara yang masih sangsi terhadap penerapan blockchain yang diusung oleh Cina.
  • promo

Pemerintah Cina terus mengebut pekerjaan pembangunan proyek blockchain non kripto. Proyek bernama Blockchain-based Service Network (BSN) itu baru saja meluncurkan versi beta untuk BSN Spartan Network. Teknologi ini sepertinya sudah ditunggu oleh banyak pihak. Saat peluncuran perdananya saja, sudah terdapat beberapa perusahaan jumbo yang siap mengadopsi teknologi anyar tersebut; mulai dari HSBC, Emperor Group, dan Lan Kwai Fing Group.

Ambisi Cina untuk bisa menciptakan dan mengenalkan teknologi berbasis blockchain non kripto sepertinya bakal berjalan mulus. Jaringan yang awalnya hanya tersedia dalam versi Ethereum, Cosmos, dan PolygonEdge itu kini diklaim sudah bisa terintegrasi dengan sistem information technology (IT) global mana pun.

Chief Executive Officer (CEO) Red Date Technology, Yifan He, mengatakan saat ini 99% sistem IT dunia tidak menggunakan jaringan blockchain berbasis kripto. Langkah tersebut sengaja dilakukan oleh banyak perusahaan lantaran tidak ingin terlibat dengan aset kripto yang belum memiliki aturan, serta dinilai tidak stabil.

“BSN Spartan Network menyediakan infrastruktur yang mampu mengintegrasikan blockchain publik non kripto yang dapat digunakan oleh sistem IT di dunia tradisional. Tujuannya adalah untuk bisa menghemat biaya dan juga mempermudah sistem operasi dan transaksi,” jelasnya.

Sebagai informasi, Red Date Technology merupakan pengembang dan arsitek dalam proyek Blockchain-based Service Network.

He menambahkan, dengan diluncurkannya BSN Spartan Network, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk masuk dalam era digitalisasi dan otomasi bisnis; khususnya bagi yang berada di wilayah Hong Kong.

Membincang pemanfaatannya, BSN Spartan Network untuk HSBC akan digunakan untuk merampingkan proses pembayaran bagi mitra bisnis yang ada di jaringan. Kepala Regional Pembayaran Internasional Asia Pasifik HSBC, Vincent Lau, menuturkan perusahaan berharap dapat mengeksplorasi solusi untuk implementasi di HSBC DLT Settlement Utility (HDSU).

“Hal ini dilakukan agar pelanggan bisa mendapatkan keuntungan dari gelombang inovasi bisnis dan keuangan,” tambahnya.

Saat ini, sudah terdapat 10 perusahaan Hong Kong yang mengadopsi layanan tersebut; termasuk Maxim Group, yakni perusahaan yang menjalankan bisnis investment bank, wealth management, dan layanan keuangan lainnya secara global.

Sudah ada 1.300 Bisnis dan Organsasi yang Terdaftar di BSN

BSN sendiri sebenarnya bukanlah proyek baru. Kekhawatiran terhadap aset kripto yang tidak stabil membuat pemerintah Cina akhirnya mulai membangun dan mengembangkan BSN di tahun 2020 lalu.

Inisiatif itu akhirnya mendorong penerapan BSN – Distributed Digital Certificate (BSN-DDC). Dengan demikian, setiap perusahaan bisa mencetak non-fungible token (NFT) yang tidak bergantung pada aset kripto alias NFT versi Cina.

Perusahaan mengklaim, saat ini sudah terdapat sekitar 1.300 bisnis dan organisasi yang terdaftar dalam platform tersebut dengan volume transaksi sebanyak 1 juta transaksi per hari.

Meski demikian, sampai saat ini, banyak negara yang masih sangsi terhadap penerapan blockchain yang diusung oleh Cina. Pasalnya, teknologi yang dikenalkan dianggap tidak bisa lepas dari campur tangan pemerintah setempat. Artinya, teknologi tersebut tidak sepenuhnya mandiri seperti blockchain pada umumnya.

Pencegahan Pelarian Modal dari Cina

Sikap pemerintah Cina dalam menyikapi industri kripto dan membangun blockchain non kripto mengundang tanya banyak pihak. Beberapa di antaranya beranggapan bahwa salah satu alasan pemerintah setempat masuk dan mengembangkan blockchain versinya sendiri adalah untuk mencegah keluarnya aliran dana dalam jumlah jumbo dari pasar domestik.

Menurut prediksi dari perusahaan analitik blockchain, Chainalysis, terungkap bahwa pada tahun 2019 dan 2020, sekitar US$50 miliar keluar dari wilayah Asia Timur. Pemerintah Cina sendiri sudah menerapkan aturan yang ketat terhadap pembelian mata uang asing. Pembelian maksimal mata uang asing per tahunnya hanya diperbolehkan mencapai US$50 ribu.

Namun, akhirnya batasan itu disiasati oleh para konglomerat di Cina dengan membeli properti sebagai kedoknya. Dengan adanya aset kripto, masyarakat Cina pun bisa dengan mudah membeli mata uang virtual yang mereka inginkan dan bebas dari pengawasan. Sehingga pada titik ini, kontrol pemerintah terhadap aliran dana yang beputar menjadi hilang.

Hal itu pulalah, yang menurut dugaan, membuat pemerintah Cina bersikukuh untuk membangun blockchain secara mandiri. Selain itu, situasi tersebut juga membuat terciptanya larangan bagi perusahaan asal Cina untuk masuk dalam perdagangan NFT di pasar sekunder.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori