Trusted

CFTC: Bitcoin Perlu Berubah & Memahami Konsumsi Energinya Terlalu Besar

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • CTFC bisa menjadi ancaman baru bagi Bitcoin, sebab sang ketua lembaga tersebut mengaku tengah mencari penelitian dan insentif demi mengatasi masalah energi mining Bitcoin.
  • Chairman CTFC mengisyaratkan akan 2 langkah yang akan dieksplorasi terkait masalah tersebut, yakni peralihan konsensus Bitcoin atau perubahan perilaku konsumen.
  • Masalah konsumsi energi Bitcoin sendiri memang sudah menjadi polemik sejak lama dan telah mendapatkan seruan dari berbagai pihak.
  • promo

Meski rancangan undang-undang (RUU) tentang kripto di Amerika Serikat (AS) secara umum dapat menjadi angin segar bagi para pelaku industri, tetapi Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) tampaknya dapat menjadi ancaman bagi Bitcoin. Pasalnya, Chairman CFTC mengaku sedang mencari penelitian dan insentif untuk mengatasi konsumsi energi dalam penambangan Bitcoin.

Hal ini datang setelah senator AS Cynthia Lummis dan Kirsten Gillibrand pada hari Selasa (7/6) meluncurkan versi lengkap dari RUU regulasi kripto yang telah lama ditunggu-tunggu. Mereka memperkenalkan regulasi kripto melalui RUU Inovasi Keuangan yang Bertanggung Jawab.

Salah satu poin dalam RUU tersebut mendorong untuk menetapkan otoritas pengatur atas pasar spot aset digital ke CFTC. Hal ini didasarkan bahwa sebagian besar aset digital lebih mirip dengan komoditas daripada sekuritas. Sehingga, CFTC diberi otoritas yang jelas atas pasar spot mata uang virtual, yang sejalan dengan bidangnya saat ini di pasar komoditas lainnya. 

Aset digital yang memenuhi definisi komoditas, seperti Bitcoin atau Ethereum, yang mencakup lebih dari setengah kapitalisasi pasar aset digital akan diatur oleh CFTC. Sementara itu, CFTC akan bertanggung jawab untuk mengawasi mereka yang menerima cap komoditas, ini artinya Komisi Sekuritas dan Pertukaran (SEC) akan mengatur aset digital yang diklasifikasikan sebagai sekuritas.

Chairman CFTC Soroti Konsumsi Energi Bitcoin

Dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post pada hari Rabu (8/6), Chairman CFTC, Rostin Behnam, mengatakan bahwa, “Dalam hal hubungan antara kasus penggunaan cryptocurrency dan konsumsi energi dari penambangan kripto saat ini, saya pikir ada dislokasi yang cukup signifikan. Kita perlu menghilangkan dislokasi itu.”

Tampaknya, Chairman CFTC ingin memanfaatkan kemungkinan posisinya di masa depan sebagai pengawas Bitcoin untuk mendorong pengurangan konsumsi energi BTC dan memberi insentif kepada konsumen untuk menemukan alternatif yang lebih hemat energi.

Jika rancangan RUU ini desetujui, besar kemungkinan pengawasan Bitcoin ada di tangan CFTC. Meski begitu, RUU Inovasi Keuangan yang Bertanggung Jawab harus terlebih dahulu melalui 4 komite di Senat AS sebelum dilakukan pemungutan suara yang menentukan nasibnya disetujui atau ditolak.

Adapun konsumsi energi Bitcoin telah diperdebatkan dengan sengit sejak tahun lalu, ketika Tesla berhenti menerima pembayaran dalam BTC pada Mei 2021 untuk membeli kendaraan listriknya beberapa bulan setelah mengaktifkan opsi tersebut pada Maret 2021.

Elon Musk, CEO Tesla, pada waktu itu menjelaskan keputusan pihaknya muncul dari persoalan keberlanjutan lingkungan sehubungan dengan penambangan Bitcoin dan emisinya.

RUU Kripto AS Tidak Membuat Bitcoin Kebal dari Kritik

Chairman CFTC mengisyaratkan ada 2 jalan yang dapat dieksplorasi oleh lembaganya untuk membuat Bitcoin yang berbeda jika RUU yang diajukan senator Lummis-Gillibrand diloloskan. Dua poin itu adalah bisa melalui pergeseran teknologi seperti beralih dari mekanisme proof-of-work (PoW) menuju proof-of-stake (PoS), serta perilaku konsumen.

“Di satu sisi kita membutuhkan industri ini untuk melakukan transisi dan perubahan serta memahami bahwa konsumsi energinya terlalu besar. Namun, kita juga membutuhkan konsumen untuk memahami dan menghargai apa yang dipertaruhkan sehingga melalui insentif ekonomi, mereka dapat menjauhkan pilihan mereka dari lebih banyak energi yang merupakan perilaku konsumtif,” kata Rostin Behnam.

RUU Inovasi Keuangan yang Bertanggung Jawab turut memiliki implikasi bahwa sejumlah Bitcoin exchange perlu mendaftarkan diri ke CFTC untuk menyediakan sejumlah layanan yang mereka berikan kepada konsumen AS. Mereka juga harus mematuhi aturan khusus yang ditetapkan oleh regulator di bidang-bidang seperti custody, perlindungan konsumen, pencegahan manipulasi market, serta berbagi informasi terkait.

Menurut klaim Rostin Behnam, CFTC dapat memanfaatkan payung peraturannya atas exchange untuk menciptakan ‘aliran informasi’ kepada konsumen tentang berbagai topik yang terkait dengan cryptocurrency, termasuk dalam hal konsumsi energi.

“Dan ini semacam ‘teori kuno’ bahwa jika kita menciptakan aliran informasi tersebut, insentif dan disinsentif akan menggerakkan market ke arah yang benar. Mengingat krisis iklim dan isu seputar perubahan iklim, saya pikir dengan hak dan pengungkapan yang akurat, insentif akan menjauhkan orang dari perilaku yang menghabiskan energi,” jelas Chairman CFTC.

Terkait hal ini, Adam Back yang merupakan CEO Blockstream dan seorang Bitcoin Maximalist, ikut berkomentar dengan menjabarkan bahwa kepanjangan dari CFTC adalah Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas. “Semua komoditas memiliki biaya untuk ekstraksi, penyulingan, transportasi, dan penyimpanan. Hal-hal yang langka secara inheren memiliki biaya produksi,” tegasnya.

Platform kripto terbaik di Indonesia | Oktober 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | Oktober 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | Oktober 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori