Lihat lebih banyak

Terkendala Regulasi, Finalisasi Akuisisi Ziglu oleh Robinhood Terancam Tertunda Lagi

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Rencana Robinhood menuntaskan akuisisi Ziglu, perusahaan kripto asal Inggris, tampaknya tidak akan ditutup pada kuartal ini.
  • Terdapat ketidakpastian dalam hal regulasi sehingga proses akusi yang sudah direncanakan sejak lama itu belum tuntas.
  • Niat Robinhood akuisisi Ziglu berlangsung sejak 2019 dengan ambisi melakukan ekspansi bisnis ke wilayah Inggris.
  • promo

Rencana Robinhood menuntaskan akuisisi Ziglu, perusahaan kripto asal Inggris, tampaknya masih belum menemui titik terang. Pasalnya, salah satu eksekutif Robinhood mengatakan bahwa proses akuisisi tidak akan ditutup pada kuartal ini.

Dalam materi presentasi laporan keuangan kuartal III/2022, platform investasi saham dan kripto itu mengaku terdapat ketidakpastian dalam hal regulasi menjadi salah satu alasan Robinhood belum menuntaskan akusi yang sudah direncanakan sejak lama itu.

Mundur ke belakang, rencana untuk mengakuisisi Ziglu sudah berlangsung sejak 2019. Ambisi tersebut lahir dari niatan mereka untuk dapat melebarkan sayap bisnis ke wilayah Inggris. Namun, pada pertengahan tahun 2020 mereka memutuskan untuk menunda aksinya dengan alasan ingin mempekruat pasar di dalam negeri terlebih dulu.

Lalu pada April tahun ini, Robinhood memutuskan untuk kembali melanjutkan rencana anorganiknya untuk menarik Ziglu ke dalam ekosistem mereka. Waktu itu, co-founder & CEO Robinhood, Vlad Tenev, mengatakan lewat Ziglu, pelanggan yang berada di Inggris bisa membeli dan menjual 11 aset kripto yang ada di Robinhood.

Selain itu, para pelanggan juga bisa mendapatkan kemudahan lain, seperti membayar menggunakan kartu debit, melakukan transfer, belanja dengan mudah, serta kemudahan lainnya yang akan memberikan pengalaman unik bagi para pengguna. Hal ini dimungkinkan karena Ziglu sudah memiliki kartu debit Mastercard yang bisa memudahkan pelanggan untuk melakukan segala transaksi dengan basis kripto.

Rencana tidak selalu berjalan mulus, pada Agustus lalu, Robinhood mulai merasakan dampak dari crypto winter. Mereka mengajukan negosiasi ulang dengan harga akuisisi baru di level 60 juta pounds atau sekitar US$71,49 juta dari kesepakatan awal bernilai US$170 juta.

Merespon hal ini, CEO Ziglu, Mark Hipperson, tampaknya tidak ada pilihan selain menerima tawaran tersebut. Setelah melewati perjalanan panjang, aksi itu nyatanya belum bisa dipastikan kapan akan menemui titik akhir.

Merilis Robinhood Wallet pada Tahun Depan

Terlepas dari rencana akuisisi Ziglu yang urung dituntaskan, Robinhood akan tetap tancap gas meluncurkan crypto wallet mereka pada tahun depan. Produk yang dinamakan Robinhood Wallet itu sudah memiliki versi beta yang dirilis pada September kemarin.

Vlad Tenev cs mengklaim sudah terdapat lebih dari 1 juta pengguna yang masuk dalam daftar tunggu Robinhood Wallet. Dalam uji coba yang dilakukan pada bulan lalu, Robinhood hanya memilih 10.000 pengguna.

Dalam pengumuman terbarunya, Robinhood menyebut pada tahun depan akan merilis dompet virtualnya ke kancah internasional dan melakukan integrasi dengan Lightning Network. Selain itu, mereka juga akan merilis program Learn and Earn.

Menyambut hal ini, Chief Technology Officer (CTO) Robinhood, Johann Kerbrat, mengatakan Robinhood Wallet adalah aplikasi mandiri berbiaya rendah yang mudah diakses oleh siapa saja. Mereka menggandeng Polygon sebagai jaringan koneksinya untuk menciptakan kecepatan transaksi dan gas fee yang rendah.

“Seperti yang kami lakukan di pasar saham, Robinhood Wallet akan menghilangkan beberapa kompleksitas web3 sehingga membuat kripto lebih mudah diakses,” jelas Johann Kerbrat.

Hadapi Gugatan Hukum

Mantan Jaksa Agung Louisiana, Charles C. Foti Jr., yang merupakan partner di firma hukum Kahn Swick & Foti (KSF) menyatakan bahwa mereka telah memulai investigasi terhadap Robinhood Markets. Proses penyelidikan akan berfokus pada pembuktian apakah pejabat atau direktur Robinhood melanggar kewajiban fidusia terhadap pemegang sahamnya atau melanggar Undang-Undang (UU) Negara Bagian atau Federal.

Seperti diketahui, pada Desember 2020, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) menjatuhkan denda pendahulu kepada Robinhood Financial sebesar US$65 juta. Entitas ini diduga gagal mengungkapkan penggunaan pembayaran untuk aliran pesanan kepada pelanggan pada tahun 2015 dan akhir 2018.

Tidak lama setelah itu, pengguna Robinhood Financial menggugat perusahaan itu dengan dugaan menyesatkan dan memikat konsumen untuk melakukan perdagangan pasar yang lebih rendah pada platform dengan kedok perdagangan bebas komisi. Padahal pada kenyataannya, Robinhood secara efektif membebankan biaya komisi ‘pintu belakang’ ke pesanan kliennya melalui penggunaan Pembayaran untuk Aliran Pesanan (PFOF).

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori