Lihat lebih banyak

Jaksa Korea Selatan Panggil Semua Staf Terraform Labs Terkait Kehancuran Proyek Terra

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Jaksa Korea Selatan memanggil seluruh staf di Terraform Labs untuk menyelidiki kasus kehancuran ekosistem Terra.
  • Pihak berwenang ingin menelusuri apakah ada kesengajaan dari sisi desain proyek yang akhirnya menyebabkan insiden tersebut.
  • Jumlah korban insiden Terra di Korea Selatan yang sudah melakukan pengaduan ada sekitar 76 orang, dengan total kerugian lebih dari Rp70 miliar.
  • promo

Jaksa di Korea Selatan dikabarkan telah memanggil semua karyawan Terraform Labs (TFL), entitas yang berada di balik ekosistem blockchain Terra. Tujuan pemanggilan ini adalah untuk menyelidiki kehancuran spektakuler stablecoin TerraUSD (UST) yang memicu efek domino pada native token Terra (LUNA). 

Kabar ini pertama kali dilaporkan oleh jaringan televisi JTBC di Korea Selatan (Korsel) pada hari Sabtu (28/5). Mereka melaporkan bahwa tim investigasi gabungan kejahatan keuangan dan sekuritas Yeouido Grim Reaper dari divisi Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul telah memanggil para karyawan Terraform Labs.

Seorang karyawan yang tidak disebutkan namanya, yang diketahui telah terlibat dalam pengembangan awal blockchain Terra pada tahun 2019, dilaporkan telah bersaksi.

Karyawan ini dikatakan telah memberi tahu jaksa bahwa ‘ada kekhawatiran’ tentang desain LUNA yang saling terkait dengan stablecoin algoritmik terdesentralisasi UST ‘dari beberapa pihak di dalam Terraform Labs’. Pasalnya, model percontohan gagal, bahkan di dalam perusahaan pada saat itu.

“Jika Anda membayar bunga beberapa puluh persen kepada para investor tanpa jaminan atau model keuntungan yang stabil, orang mungkin berbondong-bondong ke Anda di awal. [Tetapi] pada titik waktu tertentu, tidak ada pilihan selain runtuh karena tidak dapat menangani pembayaran bunga dan fluktuasi nilai,” kata saksi tersebut.

Basis Cash (BAC) Kembali Disinggung

Bahkan, Basis Cash (BAC) juga ikut disebut dalam berita ini, menyoroti performanya yang turun tajam dalam dua atau tiga bulan setelah kenaikan harga awalnya.

Perlu diketahui, CEO TFL adalah Do Kwon yang merupakan tokoh utama di balik proyek kripto Terra. Menariknya, Do Kwon dikabarkan merupakan salah satu pendiri stablecoin algoritmik yang gagal bernama Basis Cash (BAC), menurut CoinDesk.

Pria asal Korea Selatan yang mendaku sebagaimaster of stablecoin LUNA’ ini menggunakan nama samaran Rick Sanchez dengan posisi sebagai co-founder Basis Cash (BAC).

Akun Twitter Basis Cash (BAC) yang dibuat pada Agustus 2020, menjelaskan bahwa proyek mereka terinspirasi dari BASIS protocol, sebuah cryptocurrency yang diklaim stabil dengan bank sentral algoritmik. Akun Twitter @basisprotocol diketahui dibuat pada Oktober 2017.

Sementara itu, berdasarkan informasi yang dipelajari Be[In]Crypto, blockchain Terra telah dikembangkan sejak April 2018, sedangkan TerraUSD (UST) adalah stablecoin terdesentralisasi yang baru dirilis sejak awal September 2020.

Sama seperti UST, BAC berusaha mempertahankan posisinya agar sebanding dengan rasio 1:1 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menggunakan kode, bukan jaminan mata uang fiat. Namun, proyek kripto yang telah ditinggalkan ini tidak pernah mencapai target untuk setara dengan patokan dolar AS.

Stablecoin BAC tidak stabil dan merosot di bawah US$1 pada awal 2021 dan bahkan mirisnya diperdagangkan jauh di bawah 1 sen pada saat ini. 

Gugatan Hukum Hantui Do Kwon dan Tim Terra

Menurut laporan JTBC, jaksa sedang melihat keseluruhan masalah, termasuk apakah CEO Do Kwon dan eksekutif Terraform Labs lainnya mengabaikan kelemahan design yang dimiliki oleh stablecoin UST dan token LUNA, hingga potensi adanya manipulasi harga yang disengaja.

Jaksa dilaporkan juga mencari tahu apakah sejumlah crypto exchange di Korea Selatan telah melakukan tinjauan yang tepat sebelum mendaftarkan UST maupun LUNA ke bursa kripto mereka masing-masing.

Sebagai hasil dari kehancuran UST dan LUNA, Terraform Labs meluncurkan blockchain Terra baru, yang disebut Terra 2.0. Proyek kali ini menyingkirkan stablecoin UST sebagai bagian dari blockchain baru dan mengganti nama LUNA terdahulu menjadi ‘Luna Classic (LUNC)’. 

Adapun jumlah korban yang mengajukan pengaduan di Korea Selatan meningkat menjadi 76 orang dengan total kerugian meningkat menjadi 6,7 miliar won atau US$5,4 juta yang setara Rp79,1 miliar.

Regulator Korsel Tidak Tinggal Diam

Sebelumnya, regulator keuangan di Korsel seperti Komisi Layanan Keuangan (FSC) dan Layanan Pengawas Keuangan (FSS) pada hari Selasa (17/5) dilaporkan telah meluncurkan inspeksi darurat ke sejumlah bursa kripto lokal untuk meningkatkan perlindungan investor.

Yoon Chang-hyeon, perwakilan dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa di Korsel, pada hari Selasa (17/5) juga dilaporkan ingin Do Kwon selaku CEO TFL serta perwakilan dari sejumlah crypto exchange di Korsel menghadiri agenda dengar pendapat tentang keruntuhan spektakuler stablecoin UST dan token LUNA.

Hal yang paling menarik dari semua ini adalah ketika Korsel pada hari Rabu (18/5) dilaporkan menghidupkan kembali unit tim investigasi gabungan kejahatan keuangan dan sekuritas Yeouido Grim Reaper yang ditugaskan untuk menyelidiki kehancuran ekosistem Terra. Kelompok yang terdiri dari jaksa serta karyawan dari FSC dan FSS itu akan membongkar metode yang digunakan Terraform Labs dalam menarik investor.

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori