Trusted

Masalah Seputar CBDC: Keharusan untuk Tunduk pada Pengawasan dan Kontrol Total dari Pemerintah

7 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • CBDC sebenarnya hanyalah versi digital dari mata uang fiat.
  • Pemerintah dapat memanfaatkan mata uang digital tersebut sebagai alat untuk melakukan pengawasan dan kontrol secara total.
  • Seperti halnya CBDC, di Amerika Serikat, Ethereum juga sudah tunduk pada aturan OFAC.
  • promo

Christine Lagarde pernah berpendapat bahwa CBDC dapat memenuhi tujuan kebijakan publik terkait inklusi keuangan, perlindungan konsumen, dan pencegahan penipuan. Namun, mantan Kepala IMF itu tidak menyebutkan bahwa CBDC hanyalah versi digital dari mata uang fiat dan dapat dipersenjatai sebagai alat pengawasan dan kontrol total oleh pihak pemerintah negara.

Sedangkan dalam skenario yang paling ekstrem, mata uang digital bank sentral (CBDC) hanya sebatas mempertahankan status quo saat ini. Ketika Bitcoin mengambil pijakan dalam ekonomi tanpa perantara, pemerintah yang tercengang lantas akan segera membuat CBDC secara tiba-tiba. Tujuannya, untuk mengirimkan kembali minat khalayak ke ambisi hegemoni fiat mereka yang sempat terancam.

Pada konferensi di Singapura tahun 2018 silam, Lagarde menyampaikan, “Saya yakin kita harus mempertimbangkan kemungkinan untuk menerbitkan mata uang digital.”

Selanjutnya, dia menambahkan, “Kemungkinan, akan ada peranan [bagi] negara untuk memasok uang ke ekonomi digital. Keuntungannya sudah jelas. Pembayaran Anda akan [diproses dengan] segera, aman, murah, dan berpotensi semi-anonim. Dan bank sentral akan mempertahankan pijakan yang pasti dalam [sistem] pembayaran.”

CBDC: Kontrol Bank Sentral yang Mutlak

Lagarde juga datang dari jalan pemikiran yang sama dengan Agustin Carstens dari Bank for International Settlements (BIS). Pada pertemuan IMF 2020 lalu, Carstens mengatakan bahwa “bank sentral akan memiliki kontrol mutlak atas aturan dan regulasi” yang menentukan penggunaan CBDC.

Meskipun fans fanatik kripto mencerna stereotip konservatif yang terkait dengan CBDC itu dan juga mendengarkan pendapat skeptis Bitcoin yang luar biasa dari kejauhan, Ethereum justru diam-diam telah menjadi aset yang patuh pada aturan negara.

Seperti yang kita ketahui, Ethereum telah sukses menayangkan The Merge pada 15 September lalu. Langkah itu akhirnya mampu memberikan kewenangan kepada sekelompok kecil entitas yang tidak memiliki kuasa untuk melawan komite sanksi pemerintah AS. Selain itu, Ethereum juga dianggap berpotensi akan menodai pendirian Bitcoin murni terkait privasi yang sudah lahir sejak lama. Sama halnya seperti CBDC.

Terkait hal ini, Jared Polites, mitra di Rarestone Capital, mengatakan kepada BeInCrypto, “Terutama, [dengan CBDC] kita tidak punya jaminan transparansi yang sama dengan yang disediakan oleh stablecoin terbesar (melalui penggunaan alat yang umum digunakan seperti Etherscan, misalnya).” 

“Kita tidak tahu bagaimana pemerintah akan menggunakan data, data mana yang akan mereka kumpulkan, bagaimana mengatribusikan data secara akurat kepada orang-orang dalam kondisi yang ekstrem, bagaimana aplikasi pihak ketiga dan layanan lain akan mengintegrasikannya dan memberikan keamanan, dll.”

Polites juga menambahkan, “Kita tidak memiliki gambaran yang cukup jelas tentang bagaimana CBDC akan diluncurkan. Dan [hal tersebut] diterapkan untuk menjamin mereka akan lebih efisien daripada sektor saat ini seperti USDC [stablecoin].”

Di sisi lain, keterlibatan bank sentral dalam mata uang digital juga bisa dibilang mengganggu. Sebab, pemerintah bisa saja memberlakukan kontrol yang tidak penting. Sebagai akibatnya, dapat menghambat kecepatan transaksi sekaligus mengorbankan kebebasan dan biaya yang lebih rendah.

Apa Itu CBDC?

Bank sentral adalah pihak yang menerbitkan CBDC. Mata uang digital tersebut diciptakan dengan tujuan untuk menetralisir Bitcoin. Menurut tracker CBDC Atlantic Council, sekitar 105 negara yang merepresentasikan 95% dari PDB global, telah secara aktif menjajaki kemungkinan menerbitkan kripto yang didukung negara. 

Atlantic Council CBDC Tracker Status by Country
Sumber: Atlantic Council

Mereka menyebutkan bahwa pada bulan Mei 2020, hanya ada 35 negara yang tertarik untuk mempertimbangkan penerbitan CBDC. Selain itu, setidaknya 50 negara berada dalam fase penyelidikan lanjutan, yang berarti mereka berada dalam tahap pengembangan, percontohan, ataupun peluncuran. Kemudian, tidak sedikit juga negara dan juga negara bagian yang telah sepenuhnya meluncurkan mata uang digital.

Program percontohan yuan digital Cina prediksinya akan semakin meluas sepanjang tahun 2023 mendatang. Dalam hal ini, Jamaika adalah negara terbaru yang meluncurkan CBDC, yaitu JAM-DEX. Sementara itu, Nigeria, negara dengan ekonomi terbesar di Afrika, sudah meluncurkan CBDC pada Oktober 2021 lalu. Sayangnya, mata uang digital tersebut kesulitan untuk bisa menarik perhatian dari masyarakat luas.

Berdasarkan hasil studi BIS yang sebelumnya, bank sentral dapat mengeluarkan dua jenis mata uang digital, yakni untuk grosir dan umum. CBDC grosir umumnya terbatas pada kegunaan tertentu seperti pembayaran antar bank.

Sementara itu, mata uang digital yang digunakan untuk umum dirancang untuk menggantikan uang tunai. CBDC jenis ini nantinya akan tersedia untuk umum. Beberapa bank sentral dari Kanada, Singapura, dan Afrika Selatan juga telah mereplikasi sistem pembayaran grosir menggunakan teknologi distributed ledger.

Sejatinya, ini adalah teknologi yang sama dengan yang ada di balik aset kripto independen utama seperti Bitcoin. Semua negara yang disebutkan di atas pada awalnya menolak untuk mengakui dampak aset kripto dalam ekonomi mereka. Selain itu, para bankir sentral juga tidak memandang aset kripto sebagai masa depan uang, melainkan minat yang khusus saja.

Perubahan Sikap

Selama beberapa tahun belakangan ini, jumlah transaksi tanpa uang tunai atau biasa disebut cashless, telah melonjak di seluruh dunia. Akibat lonjakan ini, rasa gelisah melanda sejumlah orang yang bekerja di pemerintahan dan yang gila akan kontrol.

Misalnya saja, seperti Bitcoin yang mencoba menyaingi sistem keuangan konvensional. Apalagi, aset kripto yang satu ini memiliki tujuan utama untuk mengembalikan kepemilikan uang kepada masyarakat dan menjauhkan mereka dari jangkauan negara. Jelas saja, para pakar keuangan global yang memegang teguh tradisi menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap visi Bitcoin tersebut.

Jadi, tidak heran lagi jika banyak pemerintah yang telah menyuarakan kekhawatiran mereka tentang aset kripto. Mereka juga menyerukan regulasi yang lebih ketat. Selain itu, mereka juga berambisi untuk menerbitkan mata uang digital terpusat versi mereka sendiri.

Christine Lagarde, mantan Direktur Pelaksana IMF, sebelumnya mengatakan bahwa aset kripto yang diterbitkan negara akan menjadi tanggung jawab negara, sama halnya seperti uang fiat. Kemudian, dia juga menggarisbawahi bahwa CBDC dapat mengurangi biaya transaksi sekaligus memaksimalkan keamanan dan menggenjot tingkat adopsi.

Tapi, menurut para pengamat, CBDC tidak akan menjadi seperti aset kripto yang sepenuhnya tahan sensor. Bahkan, stablecoin, seperti USDT dan USDC, bisa dibilang lebih baik ketimbang CBDC.

Dalam pernyataannya yang diberikan kepada BeInCrypto, Jared Polites, mitra Rarestone Capital mengatakan, “Stablecoin saat ini bersifat global sehingga sifatnya lebih terdesentralisasi.”

“Mereka sepenuhnya transparan dan dibangun dengan teknologi yang sama [dengan] yang memberdayakan sebagian besar ekosistem, [di mana] secara alami menjadikannya cocok untuk produk dan layanan baru. Mungkin tidak semua, [tapi] sebagian besar alat pelaporan dan pelacakan utamanya kompatibel, artinya ada transparansi penuh, tanpa harus membahayakan privasi individu.”

Jared Polites — mitra Rarestone Capital

Ancaman Privasi

Sejarah singkat kripto dapat kita gambarkan sebagai tempat untuk menemukan akar, konstanta, dan juga pengakuan. Para pendatang menarik diri dari zaman modern untuk merenungkan “periode paling mulia, bentuk tertinggi, individualitas paling murni,” seperti yang dikatakan oleh filsuf Prancis Michel Foucault.

Namun, kalangan yang pro dengan pemerintah sepertinya tidak pernah terlalu lama mempertahankan cita-cita libertarian yang berpusat pada manusia. Laporan Komite Urusan Ekonomi Parlemen Inggris menemukan, bahwa “CBDC dapat menghadirkan tantangan [yang] signifikan bagi stabilitas keuangan dan perlindungan privasi.”

Laporan itu mengatakan, “Sistem CBDC mana pun tidak dapat mendukung transaksi anonim dengan cara yang sama seperti uang tunai [yang] dapat dibelanjakan secara anonim.”

“Meskipun ada pilihan desain yang akan memberikan perlindungan privasi, spesifikasi teknis saja mungkin tidak cukup untuk mengatasi kekhawatiran publik atas risiko pengawasan negara. Bank of England berisiko terseret ke dalam perdebatan kontroversial tentang privasi.”

Menurut sejumlah analis, CBDC dapat menyensor alamat yang tidak ditahbiskan (non-ordained), dan bank sentral akan terus mengontrol kebijakan moneter. Jika dilihat sekilas, tampaknya dolar, yuan, atau pound digital dapat menggantikan pertumbuhan Bitcoin karena semuanya digital. Namun, pada kenyataannya, aset tersebut gagal untuk mengatasi masalah-masalah utama ini.

Dulu, bank sentral Korea Selatan telah memperingatkan bahwa mengadopsi kripto yang didukung negara sebagai bentuk resmi dari tender yang legal akan mengancam stabilitas keuangan negara. Selain itu, dalam sebuah laporan, Bank of Korea juga mengatakan bahwa CBDC dapat mengakibatkan lonjakan suku bunga hingga krisis likuiditas.

Teorinya adalah, ketika deposan menarik uang dari bank, bank komersial akan jatuh ke dalam perangkap likuiditas. Sehingga, kondisi itu akan memaksa jumlah uang yang beredar menjadi berkurang. Alhasil, hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan lonjakan pada suku bunga.

CBDC Crypto

Sentralisasi Ethereum

Sejak mainnet-nya bergabung dengan Beacon Chain pada bulan September tahun ini, kekhawatiran mengenai sentralisasi telah menghambat pertumbuhan Ethereum. Para pengamat khawatir jika chain baru tersebut dapat memberikan kewenangan kepada staker utama untuk memblokir transaksi sesuai dengan tuntutan regulasi.

Lalu, mereka mengatakan bahwa hal ini bertentangan dengan etos aset kripto tentang privasi dan desentralisasi. Menanggapi hal ini, Jared Polites memberi tahu BeInCrypto bahwa pendapat komunitas kripto tentang kondisi Ethereum saat ini telah terbagi menjadi dua kubu.

“Satu sisi melihatnya sebagai ancaman terhadap tujuan jaringan yang terdesentralisasi, [sementara] yang lain menganggapnya sebagai perkembangan alami menuju ekosistem Ethereum yang lebih banyak digunakan di seluruh dunia,” kata Polites. Kemudian, dia menambahkan, “Risikonya adalah adanya nuansa yang membuat kepatuhan menjadi sangat rumit.”

Ambil sebagai contoh, ada seseorang yang melanggar regulasi OFAC memutuskan untuk mengirim atau melakukan ‘dust‘ pada wallet terkenal yang dimiliki oleh orang-orang berprofil tinggi yang patuh regulasi. Dia pun mengatakan bahwa interaksi ini secara alami akan mengklasifikasikan wallet penerima sebagai pihak yang melakukan pelanggaran sanksi atau kepatuhan OFAC.

Polites kemudian menambahkan, “[Hal] Ini tidak masuk akal, karena mereka tidak berkomunikasi langsung, berbisnis, atau berurusan dengan pelanggar. Perlu ada kebijakan yang jelas untuk memungkinkan CBDC mendapat kepercayaan dari komunitas kripto serta memudahkan kepatuhan bagi pengguna yang termasuk dalam yurisdiksi tertentu.”

Kebebasan Finansial

Beacon Chain telah mengoordinasikan jaringan staker dan memperkenalkan mekanisme konsensus PoS ke jaringan Ethereum. Transisi ke chain baru ini bermula pada November 2020, yaitu saat bridge satu arah mulai mengambil tugas deposit. Chain tersebut mengamankan jutaan ETH dari beberapa validator (staker).

Namun, hanya ada empat entitas – Binance, Coinbase, Lido, dan Kraken – yang mengendalikan sekitar 66% dari semua ETH yang dijalankan dalam stake di Beacon Chain.

Saat ini, kita asal menerima begitu saja gagasan bahwa Bitcoin, sebagai proxy untuk kripto, adalah sebuah pandangan. Padahal bagi fundamentalis Bitcoin, kebebasan berpolitik dan keuangan bukanlah apa-apa tanpa adanya privasi dan desentralisasi.

Faktanya, kita ingin menggunakan Bitcoin agar bisa membayangkan sebuah realitas alternatif. Tapi, Bitcoin sudah memposisikan dirinya sebagai realitas yang berbeda, karena ia adalah alam semesta yang tercipta secara mandiri. Bukan sebagai tindak tutur yang dikontrol seperti yang dicontohkan oleh CBDC.

Bagaimana pendapat Anda tentang masalah terkait CBDC ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori