Tidak puas menjadi penerbit mata uang digital (central bank digital currency / CBDC) dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia, Cina mengusulkan penerapan mata uang digital yang diakui bersama oleh negara yang ada di Asia.
Ide peluncuran mata uang digital untuk wilayah Asia itu sama sekali berbeda dengan proyek yuan digital. Namun kuat dugaan, mencuatnya isu tersebut terjadi seiring dengan kepercayaan diri Cina melihat capaian mata uang digitalnya sendiri.
Para peneliti pemerintah Cina mengatakan mata uang digital Asia yang digunakan secara bersama bakal mengurangi ketergantungan benua Asia terhadap penggunaan dolar AS. Dengan begitu, stabilitas keuangan di berbagai negara Asia juga dipercaya akan menjadi lebih baik.
Mata Uang Digital Asia untuk Perkuat Posisi Perekonomian Cina?
Di samping itu, langkah tersebut juga dipercaya merupakan strategi Cina untuk memperkuat posisinya pasca ancaman decoupling atau pemisahan ekonomi dengan AS. Hal itu bermula ketika ekonomi Cina terus bangkit hingga akhirnya mampu menempatkan posisi negaranya sejajar dengan AS. Sejak itulah, AS mengubah kebijakannya dari keterlibatan menjadi pemisahan; yang kemudian berujung pula pada pembedaan tarif perdagangan dengan negara lain.
Peneliti dari Institut Ekonomi dan Politik Dunia di bawah Akademi Ilmu Sosial Cina; yaitu Song Shuang, Liu Dongmin, dan Zhou Xuezhi, mengatakan lebih dari 20 tahun integrasi ekonomi yang mendalam di Asia Timur telah meletakkan dasar yang baik untuk kerja sama mata uang di tingkat regional.
“Kondisi tersebut sudah mendukung untuk mendirikan ‘yuan Asia’ secara bertahap,” jelas mereka.
Lebih lanjut, mereka menjelaskan bahwa mata uang digital tersebut akan dipatok terhadap 13 mata uang di dalam 1 “keranjang”. Berbagai mata uang itu termasuk yuan, yen Jepang, won Korea Selatan, dan 10 mata uang negara lain yang masuk dalam keanggotaan ASEAN.
Pengaplikasiannya sendiri akan memanfaatkan teknologi distributed ledger. Dengan begitu, bakal mencegah dominasi negara tertentu, sekaligus menghilangkan hambatan untuk melakukan integrasi secara lintas batas.
Munculnya usulan seperti demikian dari Cina tidaklah mengejutkan. Cina memang merupakan salah satu negara yang cukup mengebut implementasi proyek CBDC mereka. Sejauh ini, pemerintah Cina dilaporkan telah melakukan berbagai proyek percobaan terkait CBDC. Selain itu, mereka pun mulai merangkul berbagai sektor untuk menerapkan penggunaan mata uang yang dikenal dengan sebutan yuan digital atau e-CNY ini.
Sebagai informasi, sampai dengan Agustus 2022, nilai transaksi mata uang digital Cina atau yang dikenal sebagai yuan digital (e-CNY) menduduki peringkat puncak dengan nilai transaksi sebesar 100,04 miliar yuan atau hampir menembus US$14 miliar.
Malaysia Juga Sempat Mengusulkan Ide Serupa
Meski demikian, ide mata uang bersama tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya baru. Sebelumnya, Malaysia juga pernah mengusulkan penggunaan mata uang bersama di wilayah Asia Timur untuk menggantikan penggunaan dolar AS selama krisis keuangan di tahun 1997. Kemudian, Malaysia menegaskan kembali hal tersebut di tahun 2019.
Sejatinya, jika melihat perkembangan mata uang digital di wilayah Asia, kondisinya masih jauh lebih baik dibanding Amerika Serikat (AS) yang sampai saat ini masih belum menemukan formula yang pas untuk menentukan penggunaan dolar digital.
Contohnya, seperti Thailand yang menargetkan melakukan uji coba proyek CBDC ritel pada akhir tahun ini. Hal itu dilakukan untuk memberikan opsi pembayaran alternatif bagi masyarakat. Bank sentral Thailand menjelaskan bahwa proyek ini tidak dimaksudkan untuk bersaing dengan kripto, melainkan untuk mengurangi biaya keuangan.
Di sisi lain, Kamboja bahkan sudah merilis proyek CBDC miliknya, yang dikenal dengan nama proyek Bangkong. Mata uang digital itu merupakan hasil dari riel Kamboja yang ditokenisasi. Proyek Bangkong sudah meluncur sejak 2020 dan diakui sebagai salah satu CBDC pertama di dunia.
Tidak ketinggalan, Indonesia juga tengah bersiap untuk merilis mata uang digital yang dinamakan Rupiah Digital. Sejauh ini, prosesnya masih berada dalam tahap penentuan desain dan konsep dari CBDC yang akan digunakan.
Amerika Serikat Tak Mau Ketinggalan
Sikap AS terhadap rencana penggunaan mata uang dolar digital juga mulai melunak. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan sangat penting bagi Kongres untuk mengembangkan mata yang digital yang diawasi oleh bank sentral.
Ditambah lagi, melihat kejatuhan Terra yang terjadi beberapa waktu lalu, Yellen merasa Departemen Keuangan dan Kongres AS perlu untuk mengembangkan CBDC.
“Meskipun proses [penerbitannya] membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi layak untuk dikembangkan. CBDC dan lebih banyak lagi regulasi di sektor kripto adalah solusi yang mungkin dilakukan dari Departemen Keuangan AS, ” jelasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.