Lihat lebih banyak

CEO FTX: Bitcoin Tidak Punya Masa Depan sebagai Jaringan Pembayaran

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Sam 'SBF' Bankman-Fried, CEO crypto exchange FTX, mengatakan bahwa Bitcoin tidak memiliki masa depan sebagai jaringan pembayaran.
  • Menurut SBF, Bitcoin memiliki inefisiensi dan ongkos lingkungan yang tinggi.
  • Kendati demikian, SBF berpendapat Bitcoin masih dapat dijadikan sebagai penyimpan nilai.
  • promo

Sam Bankman-Fried, founder dan CEO crypto exchange FTX, membuat gempar dunia kripto dengan pernyataannya. Ia mengatakan bahwa Bitcoin tidak memiliki masa depan sebagai jaringan pembayaran, karena inefisiensi dan memiliki ongkos lingkungan yang tinggi.

Salah satu sosok paling berpengaruh di dunia kripto itu mengatakan bahwa sistem proof-of-work (PoW) untuk memvalidasi transaksi blockchain yang menopang Bitcoin tidak mampu ditingkatkan dalam mengatasi jutaan transaksi yang akan diperlukan untuk membuat cryptocurrency itu menjadi sebuah alat pembayaran yang efektif.

“Jaringan Bitcoin bukan jaringan pembayaran dan bukan jaringan penskalaan,” kata Sam Bankman-Fried seperti dilaporkan Financial Times pada 16 Mei 2022.

Pria yang menurut Forbes Real Time Billionaires memiliki kekayan bersih US$21,7 miliar atau setara Rp317,1 triliun itu mengatakan, jenis blockchain alternatif yang menggunakan sistem proof-of-stake (PoS) akan diperlukan untuk membuat jaringan pembayaran kripto yang fungsional.

“Hal-hal yang Anda lakukan dengan jutaan transaksi per detik harus sangat efisien dan ringan, serta biaya energi yang lebih rendah,” kata Sam Bankman-Fried, sambil menyebutkan bahwa proof-of-stake adalah solusinya.

Adapun Ethereum telah berusaha untuk pindah dari sistem PoW menuju PoS dengan tujuan untuk efisiensi dan mengurangi konsumsi energi. 

Kritik terhadap Bitcoin menggarisbawahi tentang dampak lingkungan yang serius dari jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem PoW. Mulai dari regulator di sejumlah negara, organisasi internasional, hingga kampanye dari non-governmental organization (NGO), telah menyerukan larangan penambangan menggunakan sistem PoW atau meminta untuk menggantinya menjadi lebih ramah lingkungan dengan sistem PoS.  

Terlepas dari pandangan kritisnya tentang Bitcoin sebagai alat pembayaran, Sam Bankman-Fried mengatakan bahwa dia masih percaya bahwa cryptocurrency terbesar di dunia itu memiliki tempat di crypto market.

“Saya tidak berpikir itu berarti Bitcoin harus pergi karena mungkin masih memiliki masa depan sebagai aset, komoditas, dan store of value atau penyimpan nilai yang mirip dengan emas,” ungkapnya.

Sam Bankman-Fried Tuai Kritik Keras dari Bitcoin Maximalist

Setelah berita ini dibagikan oleh reporter kripto Colin Wu di Twitter, Sam Bankman-Fried lantas memberikan klarifikasi.

“Untuk lebih jelasnya, saya juga mengatakan bahwa itu mempunyai potensi sebagai penyimpan nilai. Jaringan Bitcoin tidak dapat mempertahankan ribuan atau jutaan TPS [transactions per second], meskipun Bitcoin dapat di-xfer [ditransfer] pada layer-2 seperti Lightning Network,” jelas Sam Bankman-Fried lewat akun Twitter pribadinya.

Cuitan ini kemudian ditanggapi oleh Jack Dorsey, co-founder & mantan CEO Twitter yang dikenal sebagai Bitcoin Maximalist, dengan bertanya, “Dan Anda tidak memunculkan ‘Lightning [Network] karena…?”

Sementara Bitcoin Maxi lainnya, Adam Back, meminta Sam Bankman-Fried untuk berhenti melakukan aksi fear, uncertainty, dan doubt (FUD) terhadap transaksi Bitcoin, PoW, dan lain sebagainya, karena dia bisa ‘bersenang-senang tanpa itu’.

“Jika Bitcoin gagal, semua altcoin gagal. Anda agak berutang pada BTC,” kata sosok yang memimpin perusahaan infrastruktur Bitcoin bernama Blockstream itu.

Lightning Network Dapat Tingkatkan Skalabilitas Bitcoin

Bagi sebagian pihak, Bitcoin dilihat dapat menjadi cara untuk melakukan transaksi sehari-hari. Adapun negara seperti El Salvador dan baru-baru ini Republik Afrika Tengah telah mengadopsi Bitcoin sebagai legal tender atau alat pembayaran yang sah.

Dalam panggung Bitcoin 2022 Conference, Cathie Wood (CEO Ark Invest) sempat mengatakan, “Ikuti para developer. Saya pikir kita akan melihat ledakan dari para developer yang berfokus pada Lightning Network.”

Pernyataan itu ada benarnya karena tren tersebut mulai mengarah ke sana. Kraken, Robinhood, BitPay, hingga Shopify yang bekerja sama dengan Strike, baru-baru ini menyatakan posisi dalam mendukung adopsi Lightning Network (LN) di platform mereka masing-masing. 

CEO Strike, Jack Mallers, mengumumkan bahwa perusahaannya, yang merupakan jaringan pembayaran global yang memanfaatkan Lightning Network, bermitra dengan 3 penyedia pembayaran terbesar di dunia yaitu Shopify, NCR, dan Blackhawk Network, untuk memungkinkan pembayaran Bitcoin di berbagai toko di seluruh penjuru Amerika Serikat (AS).

Lightning Network (LN) singkatnya merupakan solusi layer-2 yang berada di atas blockchain Bitcoin (BTC). LN dinilai dapat memecahkan kendala skalabilitas yang ada dan memungkinkan transaksi tingkat global dalam volume yang tinggi, hampir seketika, serta biaya yang rendah dengan mengandalkan keamanan blockchain Bitcoin.

Elizabeth Stark yang merupakan co-founder & CEO Lightning Labs mengatakan bahwa Lightning Network ibarat Visa untuk Bitcoin. Namun, yang menjadi pembeda adalah tidak ada satu perusahaan pun yang mengatur protokol pembayaran ini. 

Dengan hitungan mampu menangani 500 TPS (transaksi per detik) pada tiap-tiap saluran pembayaran, Blockstream memperkirakan Lightning Network dapat menangani 40 juta TPS atau lebih dari 1.000 kali kapasitas Visa. Padahal, sebelumnya, Bitcoin diperkirakan hanya memiliki kapasitas pemrosesan transaksi per detik rata-rata antara 3,3 TPS hingga 7 TPS.

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori