Secara historis, emas menjadi aset safe haven setiap kali pasar keuangan menjadi volatil. Namun, Bitcoin secara bertahap membangun posisinya sebagai alternatif investasi modern. Pada 2025, perbandingan antara kedua aset ini bukan hanya teori — melainkan kenyataan yang terjadi di depan mata kita. Panduan Bitcoin vs. emas ini membandingkan kedua aset berdasarkan atribut teknis, perilaku harga terbaru, faktor makro, dan prospek investasi jangka panjang mereka.
POIN PENTING
➤ Bitcoin adalah aset digital yang volatil dengan potensi keuntungan tinggi, terpengaruh oleh sentimen makro, likuiditas, dan pasokan terbatas.
➤ Emas adalah penyimpan nilai fisik dengan volatilitas rendah, dipercaya luas selama inflasi atau ketidakpastian geopolitik.
➤ Secara historis, Bitcoin mencerminkan aset berisiko tradisional dan sering jatuh selama penjualan ekuitas dan guncangan makro.
➤ Namun, beberapa tanda Bitcoin mulai terpisah dari ekuitas baru-baru ini muncul, tetapi perlu ada pola konsisten untuk konfirmasi.
- Bitcoin vs. Emas: Perbandingan Singkat
- Bitcoin vs. Emas: Perbedaan Fundamental dan Teknikal
- Bitcoin vs. emas: Tren harga terkini dan pengaruh ekonomi makro
- Bitcoin vs. Emas: Peluang dan Tantangan Jangka Panjang
- Kesamaan Bitcoin dan Emas dalam respons terhadap kondisi pasar dan arus
- Bitcoin vs. Emas: Mana yang Lebih Cocok untuk Portofolio Investasi?
- Pertanyaan yang Sering Muncul
Bitcoin vs. Emas: Perbandingan Singkat
Berikut adalah gambaran singkat tentang karakteristik Bitcoin dan emas, berdampingan.
Karakteristik | Bitcoin | Emas |
Jenis aset dan dukungan | Digital, tidak berwujud. Nilai berdasarkan kepercayaan jaringan dan pasokan terbatas 21 juta. | Aset fisik, berwujud. Didukung oleh kelangkaan, daya tahan, dan penerimaan global. |
Likuiditas dan perdagangan | Diperdagangkan 24/7 di crypto exchange. Sangat likuid tetapi terfragmentasi. Mudah ditransfer secara global. | Likuiditas tinggi melalui ETF, futures, dan exchange. Emas fisik sedikit kurang likuid. |
Volatilitas | Sangat tinggi. Harga sering bereaksi tajam terhadap sentimen, berita makro, dan regulasi. | Rendah hingga sedang. Bergerak stabil; bereaksi selama krisis. Volatilitas lebih rendah secara keseluruhan. |
ROI historis | Pertumbuhan eksponensial sejak awal. +135% pada 2024 saja. Keuntungan masa lalu datang dengan penurunan besar. | Pengembalian jangka panjang moderat. +5.700% sejak 1971. Kuat dalam periode inflasi atau krisis. |
Kelebihan | Potensi keuntungan tinggi. Pasokan tetap. Portabel. Terdesentralisasi. Mendapat dukungan institusional. | Safe haven. Kepercayaan jangka panjang. Lindung nilai inflasi. Tidak ada risiko default. Diversifikasi portofolio. |
Kekurangan | Sangat volatil. Tidak ada imbal hasil. Risiko regulasi. Masih berkembang. Rentan terhadap peretasan/ kehilangan kunci. | Tidak ada imbal hasil. Dapat berkinerja buruk dalam periode pertumbuhan stabil. Membutuhkan penyimpanan dan asuransi. |
Korelasi inflasi | Campuran. Lindung nilai teoretis tetapi sering mengikuti sentimen risiko jangka pendek. | Umumnya positif. Berkinerja baik selama lonjakan inflasi atau penekanan suku bunga riil. |
Bitcoin vs. Emas: Perbedaan Fundamental dan Teknikal
Meski Bitcoin dan emas bertujuan untuk menjaga daya beli, keduanya bergantung pada mekanisme yang sepenuhnya berbeda. Satu hanya ada sebagai kode, yang lain sebagai komoditas fisik. Penting untuk memahami cara kerja masing-masing — baik secara teknis maupun fundamental — untuk memutuskan mana yang lebih cocok untuk portofolio kamu sebagai investor.
Bitcoin: Penyimpan Nilai Digital
Bitcoin adalah mata uang digital terdesentralisasi yang beroperasi di jaringan blockchain. Tidak ada dasar dukungan komoditas fisik atau pemerintah; nilainya berasal dari kepercayaan investor, adopsi jaringan, dan pasokan terbatas secara matematis sebanyak 21 juta koin.
Kelangkaan buatan ini (dengan dasar kode melalui “halving” periodik) berarti pasokan Bitcoin tumbuh lebih lambat seiring waktu. Bahkan, pasokannya turun di bawah pertumbuhan pasokan tahunan emas setelah halving 2024.
Tidak seperti aset tradisional, Bitcoin tidak menawarkan arus kas atau dividen – pengembalian hanya berasal dari apresiasi harga (capital gain). Volatilitas Bitcoin terkenal tinggi: sering berperilaku seperti aset teknologi berisiko tinggi daripada penyimpan nilai yang stabil.
Kinerja historis dan perilaku perdagangan
Misalnya, Bitcoin jatuh sekitar 75% dari sekitar US$65.000 menjadi hampir US$16.000 antara November 2021 dan November 2022 selama periode inflasi yang melonjak (bertentangan dengan narasi “lindung nilai inflasi”). Kemudian pulih lebih dari 112% pada November 2023 dan mencapai sekitar US$34.000 di tengah pemulihan pasar yang lebih luas.

Likuiditas Bitcoin melimpah di exchange utama, dengan waktu trading 24/7 secara global, namun pasar bisa terfragmentasi di berbagai platform.
Perdagangannya sebagian besar mendapat dorongan trader ritel dan semakin banyak oleh investor institusi, dan perubahan sentimen dapat memicu pergerakan tajam. Secara historis, pengembalian Bitcoin jauh melampaui aset lain dalam jangka panjang (Bitcoin naik ratusan ribu persen sejak 2013), namun penurunan 50% atau lebih tidak jarang terjadi.
➤ Tidak ada yang “mendukung” Bitcoin dalam arti tradisional — tidak ada pendapatan atau aset keras — jadi harganya sepenuhnya bergantung pada dinamika penawaran dan permintaan serta kepercayaan spekulatif.
Emas: Logam Mulia yang Nyata
Logam mulia ini adalah komoditas fisik dengan ribuan tahun sejarah sebagai mata uang dan perhiasan, di antara penggunaan lainnya. Emas bukanlah kewajiban siapa pun dan sering orang anggap sebagai penyimpan nilai utama dan aset safe-haven.
Nilai emas mendapat dukungan sifat dan karakteristiknya yang nyata.
- Emas langka (produksi tambang tahunan hanya meningkatkan pasokan dengan angka satu digit rendah)
- Emas tahan lama dan mendapat pengakuan universal.
- Bank sentral biasanya menyimpan emas sebagai aset cadangan, dan dalam beberapa tahun terakhir, mereka menjadi pembeli bersih emas yang besar untuk diversifikasi dari US$.
Berbeda dengan Bitcoin, emas memiliki beberapa kegunaan praktis (dalam perhiasan, elektronik, dll.), namun sebagian besar harganya didorong oleh permintaan investasi dan penyimpanan kekayaan daripada konsumsi industri.
Imbal hasil, likuiditas, dan cara perdagangan emas
Emas tidak memberikan imbal hasil apapun dengan sendirinya — satu ons emas hari ini akan tetap menjadi satu ons bertahun-tahun dari sekarang — jadi likuiditas dan pengembalian sepenuhnya berasal dari perubahan harga. Emas diperdagangkan di pasar global, biasanya selama jam pasar, melalui instrumen seperti futures dan exchange-traded funds (ETF), yang memudahkan untuk membeli atau menjual.
Volatilitas emas rendah hingga sedang — cenderung jauh kurang volatil daripada Bitcoin. Pergerakan harga emas sering berkorelasi terbalik dengan aset berisiko. Juga, emas biasanya bersinar selama krisis ekonomi atau ketidakpastian namun bisa stagnan selama periode pertumbuhan stabil.
➤ Misalnya, selama periode yang sangat panjang, pengembalian emas positif namun sederhana – emas kira-kira mengikuti laju inflasi selama beberapa dekade. Likuiditas emas tinggi di pasar keuangan (pasar emas dalam), meskipun mengonversi kepemilikan emas fisik yang besar menjadi uang tunai dapat memakan waktu dan menimbulkan biaya (penyimpanan, asuransi).
Secara teknis, menyimpan emas dengan aman (di brankas atau lemari besi) dan biaya yang terkait dengannya memerlukan pertimbangan serius. Banyak investor menghindari masalah ini dengan menggunakan ETF emas atau proksi lainnya.
Bitcoin vs. emas: Tren harga terkini dan pengaruh ekonomi makro
Baik Bitcoin maupun emas mengalami pergerakan harga besar pada 2024 dan awal 2025. Pertumbuhan mereka sebagian besar terdorong oleh perubahan likuiditas, geopolitik, dan ekspektasi inflasi. Perilaku terbaru dari kedua aset ini menawarkan uji coba nyata tentang bagaimana masing-masing berkinerja di bawah tekanan ekonomi makro.
Bitcoin: Volatil namun tetap tangguh
Bitcoin mengalami reli kuat sepanjang 2024, naik dari sekitar US$16.000 pada Januari 2023 menjadi lebih dari US$100.000 pada Januari 2025. Reli ini terdorong oleh kondisi likuiditas yang membaik, arus masuk institusi yang lebih kuat, dan persetujuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di AS.
Pasar melihat Bitcoin sebagai aset pertumbuhan tinggi dan semakin sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan moneter.
Meskipun volatilitas terus berlanjut, Bitcoin terus menarik minat jangka panjang. Pasokan yang terbatas, likuiditas 24/7, dan keterpisahannya dari sistem mata uang berdaulat membuatnya menarik bagi pembeli ritel dan investor institusi yang mencari alternatif dari aset tradisional.
Perilaku Bitcoin tetap terkait erat dengan variabel ekonomi makro, terutama suku bunga riil, kekuatan dolar, dan sentimen risiko secara keseluruhan. Ketika likuiditas membaik dan suku bunga menurun, Bitcoin naik tajam. Namun, Bitcoin juga bereaksi cepat terhadap kejutan, terutama yang terkait dengan kebijakan global atau selera risiko investor.
Koreksi tajam setelah rencana tarif besar Trump
Setelah mencapai puncak intraday mendekati US$88.500 pada awal April 2025, Bitcoin turun lebih dari 7% dalam 24 jam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif global yang luas.
Tarif dasar 10% pada semua impor dan bea tambahan yang menargetkan negara-negara dengan surplus perdagangan seperti Cina dan India memicu kepanikan di pasar keuangan global.
Bitcoin turun ke level terendah intraday sekitar ~US$81.300 pada 3 April 2025, sempat diperdagangkan di bawah level support teknis utama. Pergerakan ini mencerminkan kerugian tajam di ekuitas, dengan S&P 500 mencatat penurunan satu hari terburuk sejak 2020.
Aset berisiko lainnya, termasuk altcoin dan ekuitas yang terpapar kripto seperti Coinbase dan MicroStrategy, juga jatuh tajam. Pasar kripto awalnya bergerak seiring dengan saham, memperkuat peran Bitcoin saat itu sebagai aset makro dengan beta tinggi.
Arus Keluar ETF dan Tekanan Pasar Awal
Sentimen institusional melemah segera setelah kejutan tarif. Data ETF menunjukkan arus keluar dari produk seperti ARK 21Shares dan Fidelity, yang mengisyaratkan berkurangnya selera risiko di pasar keuangan.
Tanpa katalis spesifik kripto yang baru, Bitcoin tampak rentan terhadap tekanan makro yang lebih luas. Namun, dinamika itu mulai berubah dalam beberapa hari berikutnya.
Tanda Awal Pemisahan dari Saham
Pada 4 April, Bitcoin telah stabil di atas US$81.000, sementara Nasdaq turun lebih dari 10% untuk minggu itu. Harga tetap kuat dan bahkan mencatat kenaikan mingguan yang moderat — sebuah perbedaan yang mengejutkan yang menghidupkan kembali diskusi tentang potensi decoupling di kripto.
Analis menyoroti beberapa sinyal pendukung. Ini termasuk arus masuk yang kembali ke beberapa ETF Bitcoin, peningkatan akumulasi wallet dingin, dan korelasi jangka pendek yang menurun dengan saham teknologi. Narasi mulai bergeser — dari Bitcoin yang berperilaku seperti aset berisiko menjadi yang menunjukkan ciri awal sebagai lindung nilai makro.
Ini belum mengonfirmasi decoupling penuh. Namun, jika berlanjut, Bitcoin bisa mulai membentuk peran lebih seperti emas dengan menawarkan diversifikasi selama penjualan ekuitas dan menarik modal selama periode tekanan makro.
➤ Jika berkelanjutan, tren ini bisa mengubah cara Bitcoin masuk ke dalam portofolio tradisional: bukan sebagai proxy ekuitas berleverage, tetapi sebagai kelas aset independen.
Saat ini, investor mengamati dengan cermat untuk melihat apakah Bitcoin dapat mempertahankan kemandirian ini melalui peristiwa ekonomi dan kebijakan yang akan datang.
Emas melonjak melewati US$3.000 di tengah kejutan tarif dan kegelisahan global
Emas melanjutkan momentumnya ke 2025. Harganya melonjak di atas US$3.000 pada bulan Maret untuk pertama kalinya dalam sejarah. Harga spot mencapai puncak intraday US$3.167,57 pada 28 Maret, sementara futures menetap lebih tinggi. Ini menandai rekor tertinggi ke-18 tahun ini, didorong oleh permintaan safe-haven dan ketegangan ekonomi makro.

Seperti ekspektasi pasar, katalis utama adalah pengumuman tarif Presiden AS Donald Trump. Langkah-langkah ini memicu ketakutan luas akan perang dagang global dan mendorong modal ke emas sebagai aset pelindung. Dolar AS melemah akibat berita ini, yang semakin menambah dorongan.
Pergerakan naik emas makin kuat karena kekhawatiran bahwa pembatasan perdagangan akan meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan global. Peran logam mulia sebagai aset defensif menjadi lebih menonjol saat pasar bersiap menghadapi gangguan lebih lanjut dalam rantai pasokan global dan volatilitas kebijakan perdagangan.
Koreksi sementara dan reaksi pasar yang berkembang
Pada 3 dan 4 April 2025, emas mengalami koreksi singkat. Setelah mencapai rekor tertinggi, harga spot turun lebih dari 2% sebelum pulih sebagian. Pergerakan ini terkait dengan penjualan pasar yang lebih luas saat investor menjual posisi emas yang menguntungkan untuk menutupi margin call di kelas aset lain. Beberapa pengambilan keuntungan (profit taking) juga berkontribusi pada penurunan ini.
Meski ada koreksi ini, harga spot emas tetap di atas US$3.080 hingga 4 April dan tetap berada di jalur untuk kenaikan mingguan kelima berturut-turut.
Analis menggambarkan pergerakan ini sebagai koreksi sehat dalam tren bullish yang lebih luas, bukan pembalikan. Level support teknis sekitar US$3.070 sejauh ini bertahan, menjaga potensi rebound tetap hidup.
Prospek jangka menengah tetap konstruktif
Meski momentum jangka pendek mungkin berhenti, dukungan struktural jangka panjang tetap utuh. Analis pasar mencatat bahwa nada dovish dari Federal Reserve dapat mempercepat reli emas. Secara historis, emas cenderung mendapat manfaat ketika suku bunga riil menurun, karena mengurangi biaya peluang memegang aset yang tidak menghasilkan.
Bank sentral diperkirakan akan terus menambah cadangan emas sepanjang 2025, terutama di pasar negara berkembang yang ingin melakukan diversifikasi dari dolar AS. Arus masuk ETF institusional juga telah berbalik positif, memperkuat permintaan di berbagai segmen investor.
➤ Pada 7 April 2025, Deutsche Bank memperkirakan harga emas rata-rata US$3.139 pada 2025 dan US$3.700 pada 2026. Bank ini menaikkan perkiraan sebelumnya, dengan alasan meningkatnya ketegangan geopolitik dan ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve di tengah meningkatnya risiko resesi.
Bitcoin vs. Emas: Peluang dan Tantangan Jangka Panjang
Pada akhirnya, semua tergantung pada bagaimana setiap aset dapat berperilaku di bawah kondisi ekonomi yang berbeda. Bitcoin menawarkan potensi spekulatif dan daya tarik inovasi, sementara emas menawarkan pelestarian modal yang telah teruji waktu.
Keduanya memiliki risiko yang berbeda — mulai dari volatilitas dan perubahan regulasi hingga tren ekonomi makro yang berubah. Berikut adalah rincian ekspektasi karakter dari masing-masing.
Bitcoin: Aset Frontier Berisiko Tinggi, Imbalan Tinggi
Teori jangka panjang Bitcoin berpusat pada potensi keuntungan asimetris dan desain pasokan tetapnya.
Aset kripto acuan ini dapat manfaat dari adopsi yang lebih luas dan integrasi yang lebih dalam ke dalam keuangan global dalam dekade mendatang. Pada awal Q2 2025, Bitcoin sudah ada dalam portofolio institusional dan tidak lagi aset pinggiran.
Alokasi kecil dari institusi besar, seperti dana pensiun dan dana kekayaan negara, dapat secara signifikan meningkatkan permintaan. Terutama mengingat pasokan Bitcoin yang terbatas hanya 21 juta.
Sementara itu, solusi Layer 2 Bitcoin seperti Lightning Network dapat meningkatkan efisiensi transaksi. Kendaraan investasi yang di bawah aturan, termasuk ETF BTC, juga membuat aset ini lebih mudah untuk mengakses dan memegangnya.
Dalam lingkungan pelemahan mata uang fiat yang tandanya adalah utang tinggi, kebijakan longgar, dan inflasi, Bitcoin dapat mendapatkan lebih banyak tempat sebagai “emas digital.”
➤ Secara keseluruhan, utilitas Bitcoin sebagai penyimpan nilai sudah terlihat di negara-negara yang menghadapi pelemahan mata uang atau pembatasan modal. Ketersediaannya yang tanpa batas dan 24/7 memberikan fungsi unik di rezim yang tidak stabil. Secara teoritis, jika krisis mata uang besar lainnya terjadi dalam dekade berikutnya, permintaan Bitcoin dapat melonjak tajam.
Potensi keuntungan jangka panjang Bitcoin tetap di antara yang tertinggi dari aset utama mana pun. Jika Bitcoin mulai menyaingi kapitalisasi pasar emas atau melihat status aset cadangan yang lebih luas, harga Bitcoin dapat berlipat ganda beberapa kali, bahkan dari level saat ini. Profil risiko-imbalan mungkin menarik bagi mereka yang bersedia menghadapi volatilitas ekstrem untuk kemungkinan pengembalian eksponensial.
Tantangan dan keterbatasan struktural
Bitcoin tetap menjadi aset paling spekulatif dalam portofolio mana pun (tentu saja, tidak termasuk mata uang kripto lainnya). Volatilitasnya yang tinggi berarti penurunan tajam dapat terjadi secara tak terduga.
Risiko regulasi tetap menjadi salah satu ancaman terbesar — mungkin tidak begitu di AS, di bawah Trump 2.0. Namun, faktor regulasi ini bisa berbeda di negara ekonomi besar lainnya seperti India atau Cina.
Dalam dekade mendatang, Bitcoin dapat menghadapi hasil yang menjanjikan dari kejelasan dan dukungan regulasi hingga pembatasan ketat atau perpajakan.
Kekhawatiran lingkungan juga menimbulkan ancaman jangka panjang; penggunaan energi Bitcoin telah menjadi target politik. Meskipun penambangan terbarukan meningkat, pengawasan tetap ada.
Tidak seperti saham atau obligasi, Bitcoin tidak memiliki pendapatan atau imbal hasil. Penilaiannya sepenuhnya bergantung pada permintaan, tren makro, dan sentimen. Aset kripto acuan ini secara historis berkinerja buruk selama lingkungan suku bunga tinggi dan likuiditas rendah. Pola ini dapat muncul kembali jika kondisi moneter global mengetat lagi.
➤ Di sisi lain, jika pemisahan dari ekuitas terbukti tahan lama, Bitcoin mungkin menjadi kurang sensitif terhadap pergerakan pasar saham dan volatilitas yang terdorong oleh suku bunga. Pergeseran itu dapat menstabilkan arus dan meningkatkan perannya sebagai lindung nilai mandiri — tetapi hanya jika keyakinan institusional terus berkembang.
Akhirnya, seiring pertumbuhan kapitalisasi pasar Bitcoin, potensi keuntungannya mungkin secara bertahap mendingin. Volatilitas dapat menurun, yang menarik bagi holder jangka panjang, tetapi dapat mengurangi pengembalian besar yang pernah menarik modal spekulatif.
Emas: Lindung Nilai Stabil dengan Inflasi dan Ketidakpastian yang Meningkat
Daya tarik utama emas dalam jangka panjang terletak pada pelestarian kekayaan. Dalam pandangan 5–10 tahun, skenario kenaikan emas mencakup inflasi berkepanjangan, monetisasi utang, atau pelemahan mata uang fiat.
Pola historis mendukung hal ini. Selama tahun 1970-an, emas melonjak saat inflasi mengikis daya beli. Jika beban utang saat ini memaksa pelonggaran moneter atau toleransi terhadap inflasi yang lebih tinggi, emas dapat kembali berkembang.

Pembelian bank sentral tetap menjadi pendorong kuat. Negara-negara seperti Cina, Rusia, dan lainnya mengalihkan cadangan dari dolar AS ke emas. Tren ini dapat berlanjut hingga tahun 2020-an, yang akan menjamin permintaan yang konsisten.
Selain itu, permintaan budaya emas di Asia, terutama India dan Cina, menawarkan dukungan jangka panjang. Peningkatan pendapatan di wilayah ini biasanya meningkatkan pembelian perhiasan dan investasi.
Dalam konstruksi portofolio, emas tetap menjadi diversifier yang terbukti. Korelasinya yang rendah atau negatif dengan ekuitas membuatnya berguna untuk melindungi dari risiko ekstrem atau penurunan pasar.
➤ Kenaikan ETF dan akun emas digital juga telah memperluas akses. Investor muda kini dapat menambahkan alokasi emas dengan mudah. Dalam lingkungan politik yang tidak pasti — baik ketegangan perdagangan atau konflik militer — emas cenderung menarik modal sebagai aset defensif.
Jika suku bunga riil tetap rendah atau negatif, sifat emas yang tidak menghasilkan imbal hasil menjadi kurang merugikan.
Jika terjadi gangguan geopolitik atau ekonomi yang moderat selama tahun 2020-an, emas bisa melanjutkan tren naiknya. Walaupun mungkin tidak berlipat ganda seperti aset dengan pertumbuhan tinggi, emas dapat memberikan pengembalian yang disesuaikan dengan inflasi yang terhormat dan stabilitas modal ketika aset lain gagal.
Risiko dan keterbatasan eksposur emas
Meski memiliki reputasi baik, emas tidak bebas risiko. Ketika suku bunga riil naik, atau ketika pertumbuhan kuat dan inflasi rendah, emas cenderung berkinerja buruk. Misalnya, selama tahun 1980-an dan 1990-an, emas stagnan ketika bank sentral berhasil mengendalikan inflasi, dan aset berbunga menjadi lebih menarik.
Pola itu bisa terulang jika ekonomi global mengalami pertumbuhan stabil dengan hasil riil yang naik lagi.
Emas juga tidak menghasilkan imbal hasil, membuatnya kurang menarik di lingkungan suku bunga tinggi. Meskipun kurang volatil daripada Bitcoin, emas masih bisa turun tajam. Salah satu contohnya adalah periode antara 2011 dan 2015 ketika emas turun hampir 40%.
Berdasarkan kejadian seperti itu, investor harus bersedia menahan dalam periode datar yang panjang — pengembalian mungkin tidak datang dengan cepat.
Emas juga terpapar risiko regulasi, meskipun lebih daripada Bitcoin. Tarif impor, terutama di pasar konsumen besar seperti India, dapat mengurangi permintaan.
➤ Meskipun jarang, pemerintah kadang-kadang melarang kepemilikan emas pribadi — misalnya, Executive Order 6102 pada tahun 1933 oleh Presiden Roosevelt.
Selain itu, meskipun emas tidak menghadapi gangguan seperti Bitcoin, generasi muda mungkin semakin memilih kripto untuk alokasi “hedge” mereka. Jika aset digital menarik imajinasi investor, emas mungkin kehilangan sebagian pangsa pasar dalam diskusi penyimpanan nilai.
Terakhir, profil pengembalian emas adalah sederhana. Secara historis, pengembalian riil berkisar sekitar 0–2% per tahun. Emas tidak menghasilkan pendapatan dan jarang mengalahkan pengembalian ekuitas dalam jangka waktu yang lama. Investor harus melihat emas sebagai asuransi portofolio: berguna ketika aset lain tertekan, namun kemungkinan tertinggal dalam pasar bullish.
Kesamaan Bitcoin dan Emas dalam respons terhadap kondisi pasar dan arus
Bitcoin dan emas sering bereaksi terhadap tren makro dengan cara yang mengejutkan serupa, terutama terkait likuiditas, risiko, dan aliran institusional.
Kondisi moneter
- Baik Bitcoin maupun emas merespons kebijakan bank sentral. Kondisi moneter yang longgar sering mendukung pergerakan naik mereka.
- Kenaikan suku bunga dapat mengurangi daya tarik. Hasil riil tinggi dan dolar yang kuat cenderung memicu arus keluar dari keduanya.
- Likuiditas mendukung potensi kenaikan. Peningkatan likuiditas sering menyalurkan modal ke dalam aset-aset ini.
Aliran institusional
- Bitcoin kini menjadi bagian dari strategi institusional. Bitcoin bergabung dengan emas dalam portofolio terdiversifikasi yang berfokus pada lindung nilai inflasi atau eksposur makro.
- Akses ETF memungkinkan aliran lintas aset. Modal bergerak masuk dan keluar dari Bitcoin dan emas melalui platform investasi serupa.
- Rebalancing mempengaruhi keduanya. Perubahan pandangan makro atau ekspektasi inflasi sering kali menyebabkan realokasi antara kedua aset ini.
Perilaku penyimpanan nilai
- Keterbatasan mendasari keduanya. Bitcoin memiliki batas keras, dan pasokan emas terbatas karena ekstraksi dan biaya.
- Kekhawatiran inflasi mendorong aliran. Investor sering beralih ke Bitcoin dan emas ketika nilai mata uang fiat melemah.
- Keduanya mendapatkan keuntungan dari pelemahan mata uang. Kebijakan moneter dan fiskal ekspansif cenderung meningkatkan permintaan untuk aset keras ini.
Bitcoin vs. Emas: Mana yang Lebih Cocok untuk Portofolio Investasi?
Bitcoin dan emas masing-masing menawarkan keunggulan unik di pasar yang tidak pasti, namun keduanya bukanlah solusi satu ukuran untuk semua. Sementara Bitcoin membawa inovasi dan potensi kenaikan, emas menawarkan stabilitas selama berabad-abad. Keduanya merespons tren makro, namun sering kali berperilaku berbeda di bawah tekanan.
Pendekatan yang seimbang — idealnya yang berdasarkan pada pemahaman tentang tujuan keuangan, toleransi risiko, dan kondisi pasar — lebih penting daripada memilih sisi mana. Mungkin cara terbaik bagi kebanyakan orang adalah melihat Bitcoin dan emas sebagai pelengkap daripada alternatif yang bersaing.
Disclaimer: Artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat investasi. Selalu lakukan riset sendiri (DYOR).
Pertanyaan yang Sering Muncul
Apakah Bitcoin lebih baik sebagai lindung nilai inflasi dibandingkan emas?
Bisakah Bitcoin dan emas menjadi bagian dari portofolio yang sama?
Mengapa Bitcoin bereaksi terhadap keputusan kebijakan AS seperti tarif atau perubahan suku bunga?
Apa yang membuat emas menjadi aset safe-haven?
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.
