Lihat lebih banyak

JPMorgan Sebut Pemerintah AS Bisa Kontrol Tether lewat Cara Ini

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • JPMorgan memperkirakan pemerintah Amerika Serikat (AS) masih dapat mengontrol Tether lewat Kantor Pengendali Aset Luar Negeri AS (OFAC).
  • Adapun JPMorgan memprediksi bahwa regulasi stablecoin yang akan datang di AS dan Eropa akan berdampak pada penggunaan Tether.
  • Menariknya, Paolo Ardoino, CEO Tether, menyebut bahwa JPMorgan tampak iri dengan posisi dominan Tether di market kripto.
  • promo

JPMorgan memperkirakan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) masih dapat mengontrol Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia, lewat Kantor Pengendali Aset Luar Negeri AS (OFAC).

Analis JPMorgan, yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou, mencatat bahwa, “Regulator AS dapat melakukan kontrol terhadap penggunaan Tether di luar negeri melalui OFAC. Hubungan Tether dengan platform crypto mixer Tornado Cash di jaringan Ethereum adalah contohnya.”

Sebagai informasi, OFAC, adalah sebuah unit di Departemen Keuangan AS. Entitas ini memberikan sanksi kepada Tornado Cash pada tahun 2022.Tuduhannya, Tornado Cash digunakan sebagai alat utama oleh para pelaku kejahatan untuk melakukan pencucian uang.

Pada momen itu, Tether mengatakan bahwa mereka tidak akan melarang alamat crypto wallet tornado Cash karena belum menerima permintaan serupa dari otoritas AS.

Namun, pada Desember 2023, Tether mengumumkan bahwa mereka telah membekukan stablecoin yang disimpan di crypto wallet yang masuk dalam daftar sanksi OFAC. Tether menyebut apa yang mereka lakukan sebagai tindakan keamanan proaktif.

Momen ini dinilai oleh JPMorgan sebagai pertanda bahwa Tether telah tunduk pada OFAC. Di sisi lain, analisis negatif JPMorgan bisa saja dianggap oleh komunitas kripto sebagai FUD yang menebar Ketakutan, Ketidakpastian, dan Keraguan.

JPMorgan ‘Serang’ Tether dari Berbagai Sisi

Adapun JPMorgan memprediksi bahwa regulasi stablecoin yang akan datang di AS dan Eropa akan berdampak pada penggunaan Tether.

Peraturan tersebut kemungkinan akan memberikan tekanan tidak langsung pada Tether, karena daya tariknya akan berkurang dibandingkan dengan stablecoin dengan transparansi yang lebih besar serta kepatuhan yang lebih besar terhadap standar peraturan, Kenali Pelanggan Anda (KYC), dan anti-pencucian uang (AML), yang baru.

“Tantang bagi Tether ini juga berlaku untuk sektor decentralized finance (DeFi), karena Tether banyak digunakan sebagai sumber penjamin (collateral) dan likuiditas,” catat JPMorgan.

Analisis dari JPMorgan juga menyatakan ketidakpuasan pengungkapan keuangan Tether saat ini karena tidak cukup untuk meredakan kekhawatiran.

“Laporan Tether masih kekurangan rincian aset yang lengkap dan audit independen (bukan justru hanya mengandalkan jaminan auditor),” imbuh JPMorgan.

Selain itu, JPMorgan menyoroti peringkat lemah Tether dalam daftar penilaian stabilitas stablecoin di S&P Global atas kemampuan mereka mempertahankan patokan Tether USD (USDT) terhadap dolar AS (USD).

Meskipun Tether melaporkan keuntungan miliaran dolar AS pada tahun 2023 karena suku bunga tinggi dan apresiasi harga aset dasar mereka, JPMorgan tetap menilai ada risiko harga yang signifikan terkait dengan aset lain, selain di obligasi AS, yang ada di dalam cadangan Tether.

CEO Tether: JPMorgan Iri dengan Posisi Dominan Tether

Menariknya, Paolo Ardoino, CEO Tether, menyebut bahwa JPMorgan tampak iri dengan posisi dominan Tether di market kripto.

“Kekhawatiran JPMorgan saat ini tampaknya lebih berkaitan dengan kecemburuan terhadap evolusi layanan keuangan dan pembayaran, yang telah mereka abaikan selama satu dekade. Sekarang, mereka kecewa karena hal tersebut mendapat banyak daya tarik. Jika saya jadi mereka [JMPorgan], saya akan lebih khawatir dengan total denda mereka sebesar US$39 miliar.”

Paolo Ardoino, CEO Tether

Sebelumnya, Paolo Ardoino sempat menyebut JPMorgan munafik ketika raksasa keuangan itu mengatakan peningkatan konsentrasi di Tether berdampak negatif bagi market kripto.

Sebelumnya pada 31 Januari lalu, Ryan Selkis, co-founder dan CEO di penyedia informasi kripto Messari, menyebut bahwa laba bersih Tether sama dengan 10% dari laba bersih JPMorgan.

Sementara itu, Hsaka, salah satu sosok misterius yang terkenal di komunitas kripto, pada 17 Januari lalu mengatakan, “Mereka akan berusaha keras untuk menetralisir Tether tahun ini [2024], untuk membuka jalan bagi [stablecoin] JP Morgan USD. Pesaing dari dunia kripto terbesar Tether [bisa jadi Circle atau First Digital yang didukung Binance] mungkin akan mengambil bagian dalam upaya pembunuhan juga. Mereka akan gagal lagi.”

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori