Di sela-sela acara Coinfest Asia 2023, BeInCrypto Indonesia berkesempatan berbincang bersama dengan Rahul Advani, Policy Director Ripple APAC (Asia Pasifik) untuk mendiskusikan berbagai hal, termasuk seputar perkembangan mata uang digital bank sentral (CBDC) di berbagai negara.
Pentingnya Interoperabilitas bagi Masa Depan Multi-Chain
Rahul Advani mengatakan bahwa Ripple melihat masa depan industri kripto adalah multi-chain, termasuk pada sektor CBDC. Pernyataan ini terkait bagaimana mengintegrasikan proyek CBDC dari berbagai negara.
“Kami tidak berpikir bahwa semua orang akan membangun pada satu chain. Itu tidak realistis, bukan? Ini akan menjadi masa depan multi-chain. Kami [di Ripple] 100% setuju dengan Bank for International Settlements (BIS) dan sejumlah regulator lainnya bahwa interoperabilitas itu sangat penting,” kata Rahul Advani pada 25 Agustus 2023.
Dia berpandangan bahwa berbagai pihak tidak ingin membangun sistem tertutup, ketika suatu aset kripto atau CBDC tidak bisa melintasi jaringan lain atau batas negara.
Menurutnya, interoperabilitas akan menjadi solusi utama yang harus dipecahkan. Hal ini tentang bagaimana CBDC, berbagai aset kripto; termasuk stablecoin atau native currency dari suatu blockchain (seperti XRP), bisa saling berinteraksi satu sama lain.
Melihat adanya tantangan itu, Rahul Advani mengatakan bahwa interoperabilitas menjadi semacam filosofi inti di Ripple sejak hari pertama.
“Public blockchain XRP Ledger (XRPL) dibangun di atas Interledger Protocol (ILP), yang memungkinkan interoperabilitas. Pada 26 Juni lalu, Ripple bersama Peersyst merilis versi devnet baru sidechain XRP Ledger yang kompatibel dengan Ethereum Virtual Machine (EVM). Ini berarti, Anda dapat memindahkan aset digital di XRPL ke jaringan Ethereum. Hal tersebut memungkinkan adanya interoperability layer,” paparnya.
Menurutnya, ketika membahas tentang pembayaran lintas batas, Ripple merasa bahwa XRP sebagai aset jembatan (bridge aset), berfungsi untuk interoperabilitas tersebut.
Dengan keunggulan XRPL, Ripple telah mengandalkannya selama 10 tahun lewat produk pembayaran yang mendukung kripto, yakni RippleNet dan On-Demand Liquidity (ODL), untuk memecahkan masalah pre funding serta pengiriman dana lintas batas yang cepat dan efisien. Kemudian, mereka juga menggunakan solusi tersebut lewat platform CBDC Ripple.
“Jadi, kami sangat setuju bahwa interoperabilitas adalah kuncinya. Itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi perusahaan-perusahaan. Saat kami terus membangun, kami membangun dengan interoperabilitas.”
Partisipasi Ripple dalam Pengembangan CBDC
Dukung Program CBDC Besutan Mastercard
Resmi diperkenalkan ke publik pada 18 Mei lalu, Platform CBDC Ripple adalah solusi menyeluruh tanpa hambatan bagi bank sentral, pemerintah, dan lembaga keuangan untuk menerbitkan CBDC mereka sendiri.
Memanfaatkan kekuatan teknologi blockchain yang sama digunakan pada XRPL, Platform CBDC Ripple memungkinkan penggunanya untuk secara holistik mengelola dan menyesuaikan seluruh siklus pada mata uang digital.
Terkait ekspansi mereka di sektor CBDC, Rahul Advani mengatakan bahwa Ripple secara umum selalu mencari kolaborasi.
Baru-baru ini, pada 17 Agustus kemarin, raksasa pembayaran global Mastercard mengumumkan program CBDC. Mereka menggandeng sejumlah mitra, termasuk di antaranya memanfaatkan Platform CBDC Ripple.
“Ripple telah bermitra dengan Mastercard. Beberapa perusahaan lain juga bergabung untuk membicarakan tentang CBDC,” kata Rahul Advani.
Dari contoh tersebut, dia ingin memberi tahu bahwa Ripple terus mencari kolaborasi dan yakin teknologi yang mereka kembangkan berguna dan telah terbukti selama 10 tahun.
Dengan kolaborasi terbaru ini, Rahul Advani meyakini, “Ada peluang untuk meningkatkan skala [dalam pemanfaatan teknologi yang dikembangkan Ripple], dan kami terus berdiskusi dengan sejumlah mitra mengenai potensi kolaborasi.”
- Baca Juga: Proyek CBDC Israel dan Hong Kong Buktikan Mata Uang Digital Layak Digunakan dan Mudah Diakses
Terlibat dalam Proyek Percontohan CBDC Ritel Hong Kong
Dalam kolaborasi lain, Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) memperkenalkan program percontohan perdana CBDC Hong Kong, yaitu dolar digital (e-HKD) pada 18 Mei lalu.
Untuk mencari beberapa kasus penggunaan yang berbeda dari CBDC ritel Hong Kong, ada sekitar 16 perusahaan yang telah terpilih, termasuk Ripple. Bermitra dengan Fubon Bank, yang merupakan salah satu bank komersial terbesar di Taiwan, Ripple akan mendemonstrasikan solusi tokenisasi aset real estate.
Ripple mencatat bahwa tokenisasi aset dunia nyata (RWA) diperkirakan akan menjadi industri bernilai triliunan dolar AS (USD) pada tahun 2030. Tokenisasi komoditas seperti real estate mendapatkan daya tarik dalam sektor jasa keuangan dan pemerintah sebagai kasus penggunaan utama.
Bagi kebanyakan orang, rumah menjadi salah satu aset utama dalam total portofolio kekayaan mereka, dengan kemungkinan peningkatan nilainya seiring berjalannya waktu. Namun, terdapat sejumlah hambatan. Di samping itu, prosesnya bisa jadi akan mahal, lama, dan rumit.
Dengan melakukan tokenisasi aset memanfaatkan kekuatan teknologi blockchain, seperti XRPL dan Platform CBDC Ripple, warga Hong Kong diharapkan dapat merasakan proses pelepasan ekuitas atas portofolio real estate mereka dengan lebih cepat dan efisien. Sementara itu, bank komersial juga dapat memperoleh manfaat dari kecepatan penyaluran pinjaman yang lebih tinggi dan pembayaran yang lebih fleksibel.
“Mengimplementasikan tokenisasi aset, hal itu membuka lebih banyak peluang untuk mendapatkan nilai dari portofolio real estate dengan lebih lancar. Jadi, Anda dapat melakukan hipotek terbalik (reverse mortgage) dengan bank. Anda dapat membagi real estate itu serta menjadikannya token dan menjualnya ke beberapa entitas.”
Dia mengatakan HKMA melakukan proyek percontohan ini dengan cara yang benar. Sebab, regulator melakukan beberapa uji coba bersama pelaku industri untuk mencari tahu kasus penggunaan CBDC, dan mengetahui masalah apa saja yang dapat dipecahkan CBDC ritel di Hong Kong.
Mendekati acara Hong Kong FinTech Week pada akhir Oktober dan awal November 2023, HKMA akan melihat hasil uji coba tersebut dan menatap langkah selanjutnya.
“Kami sangat yakin dengan kasus penggunaan yang sedang kami selesaikan, serta fakta bahwa Anda dapat membuka nilai dalam real estate dengan menggunakan CBDC ritel Hong Kong,” kata Rahul Advani.
Garap Proyek Percontohan dengan Bhutan, Palau, Montenegro, dan Kolombia
Sejauh ini, Ripple telah mengumumkan beberapa program percontohan dengan beberapa pihak, termasuk bersama bank sentral dari negara yang berbeda.
Pada September 2021, Ripple mengumumkan bahwa mereka telah bermitra dengan Otoritas Moneter Kerajaan Bhutan. Kolaborasi ini bertujuan menguji coba CBDC ritel dan grosir (wholesale). Tujuannya adalah menerbitkan dan mengelola Ngultrum digital, untuk kasus penggunaan pembayaran ritel serta pembayaran grosir dan lintas batas.
Kemudian, pada November 2021, Ripple membentuk kemitraan dengan Republik Palau untuk mengembangkan mata uang digital nasional mereka sendiri atau stablecoin yang lebih ramah lingkungan di negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik itu.
Dalam perkembangannya pada 26 Juli lalu, proyek stablecoin Ripple dengan Palau telah memasuki tahap percontohan tahap satu. Adapun Palau Stablecoin (PSC), yang didukung dengan dolar AS, diterbitkan pada XRPL.
Lalu, pada 11 April lalu, Bank Sentral Montenegro (CBCG) setuju berkolaborasi dengan Ripple. Kerja sama itu bertujuan mengembangkan strategi dan program percontohan untuk meluncurkan proyek CBDC atau stablecoin nasional negara tersebut.
Memasuki 15 Juni lalu, bank sentral Kolombia mengandalkan Ripple untuk mengeksplorasi kasus penggunaan teknologi blockchain. Bank sentral dengan Kementerian Teknologi Informasi dan Komunikasi Kolombia akan melakukan uji coba kasus penggunaan yang akan meningkatkan sistem pembayaran di negara itu menggunakan Platform CBDC Ripple.
Saat ini, Rahul Advani mengatakan bahwa Ripple terus berdiskusi dengan lusinan bank sentral di seluruh dunia, termasuk di Asia Pasifik dan Asia Tenggara, tentang penggunaan platform CBDC mereka.
“Kami berbicara dengan setiap regulator yang kami rasa akan mendapat manfaat dari teknologi kami. Kami mencoba membantu saat mereka memutuskan untuk membangun CBDC.”
Perkembangan CBDC di Berbagai Negara dalam Tahap yang Beragam
Rahul Advani melihat bahwa setiap negara berada dalam tahap perkembangan CBDC yang sangat berbeda.
“Jadi, Anda tidak bisa membandingkan [perkembangan CBDC pada] satu negara dengan negara lain. Itu bukan perbandingan apple to apple,” jelasnya.
Setiap negara akan mengambil keputusan terkait pengembangan CBDC berdasarkan kebutuhan mereka dan kasus penggunaan apa yang ingin mereka pecahkan.
“Itu menurut saya yang paling penting [untuk dipahami]. Jika sistem pembayaran domestik Amerika Serikat (AS) sangat berkembang, apakah Anda memerlukan CBDC ritel? Ini adalah pertanyaan terbuka,” kata Advani.
Dia menuturkan bahwa banyak negara sedang memikirkan hal itu saat ini; termasuk HKMA dan Otoritas Moneter Singapura (MAS).
“Untuk saat ini, mereka mengaku belum melihat perlunya CBDC ritel. Namun, mereka akan terus berkembang, mereka akan melanjutkan penelitian. Sehingga, jika diperlukan, mereka siap menerbitkan CBDC ritel.”
MAS Singapura memperkenalkan Project Orchid pada Oktober 2022. Inisiatif itu adalah proyek eksplorasi yang bersifat tahunan dan terdiri dari beberapa fase.
Project Orchid memeriksa berbagai aspek desain dan teknis yang berkaitan dengan sistem CBDC ritel Singapura.
Kala itu, MAS mengaku bahwa inisiatif ini dilakukan untuk memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan dan memajukan infrastruktur keuangan di Singapura. Meski demikian, MAS mengatakan belum ada kebutuhan mendesak terkait CBDC ritel di negaranya.
Dirinya melihat bahwa konsensus umum untuk CBDC saat ini memang menawarkan banyak manfaat di tingkat grosir.
“Jadi, banyak negara sekarang fokus pada CBDC grosir. Saya pikir, berbagai negara akan mengambil keputusan berdasarkan apa yang terbaik bagi mereka. Apa yang terbaik bagi warganya, dan apa permasalahan yang mereka selesaikan.”
Terkait esensi dari CBDC itu sendiri, Rahul Advani mengatakan bahwa CBDC adalah representasi digital dari uang fiat yang didukung oleh bank sentral. Dia tidak merasa CBDC akan segera menggantikan mata uang fiat dalam waktu dekat.
Namun, pada akhirnya, Rahul Advani melihat gagasannya adalah bahwa mata uang fiat konvensional dan CBDC hidup secara berdampingan, sebelum akhirnya berubah menjadi CBDC sepenuhnya.
“Kita masih jauh dari hal tersebut dan perlu waktu untuk mewujudkannya. Saat ini, berbagai yurisdiksi berada pada tahap yang sangat mendasar dalam memahami masalah apa saja yang dapat dipecahkan oleh CBDC untuk mereka. ‘Apakah kita perlu mengganti mata uang fiat dengan CBDC?’ Itu semua tergantung pada kasus penggunaan atau masalah yang sedang dipecahkan oleh sebuah negara,” pungkas Rahul Advani.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.