Lihat lebih banyak

Ripple Bakal Fokus Rekrut Pegawai di Luar AS

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Sebagai bagian dari rencana ekspansi, Ripple Labs akan menambah jumlah karyawan dan 80% dari antaranya akan berasal dari luar AS.
  • Aksi itu merupakan buah dari memanasnya hubungan antara Ripple dan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS.
  • CEO Ripple, Brad Garlinghouse, melihat Dubai dan Eropa lebih menarik untuk bisnis aset digital, karena kedua area tersebut memiliki kerangka aturan aset virtual.
  • promo

Ripple Labs, perusahaan pengembang aset kripto XRP, mengatakan bakal tetap ekspansif memperluas adopsi aset digitalnya di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, perusahaan berencana untuk memperkuat formasi tenaga kerja sebagai amunisinya. Menariknya, Ripple tidak lagi memfokuskan rekrutmen pegawai yang berasal dari wilayah Amerika Serikat (AS). Mereka mengaku 80% dari rencana penambahan karyawannya akan berasal dari luar AS.

Aksi itu merupakan buah dari memanasnya hubungan antara Ripple dan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS.

Seperti diketahui, pada Juli lalu, Hakim Distrik AS, Analisa Torres, sudah memutuskan bahwa token XRP tidak bertindak sebagai jaminan alias sekuritas. Namun, pihak SEC merasa keberatan dan mengajukan mosi banding untuk menentang keputusan tersebut. SEC menyebut penawaran dan penjualan XRP yang terprogram lewat platform perdagangan tidak bisa mengarahkan investor untuk mendapatkan keuntungan secara wajar dari pihak lain.

Menanggapi hal itu, Chief Executive Officer (CEO) Ripple, Brad Garlinghouse, menuturkan bahwa SEC di bawah kepemimpinan Gary Gensler telah membatasi aset digital setelah kehancuran pasar di tahun 2022. Menurut Garlinghouse, Gensler menganggap bahwa sebagian besar token adalah sekuritas dan berada di bawah yurisdiksinya.

Di sisi lain, Kongres AS juga tidak membuat kemajuan berarti untuk bisa mengembangkan undang-undang terkait kejelasan kripto.

“Yurisdiksi lain; seperti Singapura, Hong Kong, Inggris, dan Dubai, pemerintah bermitra dengan industri dan di situ terlihat bagaimana kepemimpinannya,” jelasnya dalam wawancara Bloomberg.

Habiskan Lebih dari Rp1,5 Triliun untuk Biaya Hukum

Keberatan Ripple terhadap sikap SEC bisa dipahami. Pasalnya, menurut Garlinghouse, pihaknya telah menghabiskan lebih dari US$100 juta atau sekitar Rp1,5 triliun untuk biaya hukum. Jumlah tersebut berpotensi terus bertambah, sebab sampai sekarang, proses hukum masih terus berjalan dan belum inkrah. Meski begitu, dirinya tetap optimistis bisa memenangkan kasus tersebut.

Ripple tidak sendirian dalam situasi ini. Sejumlah entitas kripto lainnya juga tengah menghadapi tekanan serupa. Binance dan Coinbase juga tengah menghadapi tuntutan dari SEC. Bahkan, beberapa pihak sudah mengancam bakal meninggalkan pasar AS, jika SEC terus melancarkan tekanan.

Sikap itu ditunjukkan lantaran adanya kekhawatiran apabila sikap SEC akan bertambah lebih keras lagi ke depannya, dan pada akhirnya bakal semakin menyudutkan industri aset digital.

Menurut Garlinghouse, Dubai dan Eropa juga terlihat lebih menarik, karena kedua area tersebut memiliki kerangka aturan aset virtual.

“Hal yang sulit dalam hal ini adalah negara ini [AS], menurut saya, lebih mengutamakan politik ketimbang kebijakan, dan itu bukanlah keputusan yang baik jika Anda mencoba berinvestasi dalam perekonomian” tutur Garlinghouse.

Sementara itu, Coinbase sudah sempat mengumumkan bahwa pihaknya sudah menetapkan wilayah Uni Eropa, Kanada, Inggris, Brasil, Singapura, dan Australia sebagai strategi pertumbuhan jangka pendek perusahaan.

Ripple Siap Layani Nasabah di Indonesia

Membincang soal ketertarikan Ripple terhadap market di luar wilayah Amerika Serikat, pada pekan lalu, Ripple sudah menunjukkan komitmen untuk memperluas pasarnya ke wilayah Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Langkah itu dilakukan bersama dengan dengan SBI Remit, anak usaha dari SBI Group yang merupakan raksasa perbankan asal Jepang

Perusahaan menganggap area baru tersebut memiliki potensi besar untuk melakukan pengiriman uang berbasis XRP secara lebih baik.

Ripple dan SBI Remit sendiri sudah menjalin kerja sama sejak 2017 silam, SBI mengandalkan fitur Ripple Payments untuk mendukung layanan transfer lintas batas.

“Dengan memanfaatkan XRP sebagai jembatan mata uang, perusahaan mampu mengurangi biaya rekening dan memudahkan proses transfer ke seluruh mitra Ripple di seluruh dunia. Kami percaya bahwa hal ini akan memperkuat daya saing perusahaan dalam bisnis remitansi di kancah internasional,” jelas SBI Remit.

Bagaimana pendapat Anda tentang rencana Ripple untuk memfokuskan rekrutmen pegawai di luar wilayah AS? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori