Hampir US$2 triliun nilai market kripto telah menguap sejak November 2021. Pertanyaan yang mungkin muncul di benak komunitas kripto, “Apakah kita telah mencapai market bottom?” Sam Bankman-Fried (SBF), founder & CEO FTX, memperingatkan bahwa ada sejumlah crypto exchange yang segera mengalami kegagalan.
Dalam laporan Forbes yang terbit pada hari Selasa (28/6), SBF mengatakan bahwa ada lebih banyak kegagalan pada crypto exchange dalam waktu yang akan datang.
“Ada beberapa crypto exchange tier-3 yang diam-diam sudah bangkrut,” jelasnya.
FTX bersama Binance, Coinbase, hingga Kraken, adalah crypto centralized exchange (CEX) raksasa yang ada di dunia kripto. Mereka memiliki jutaan akun pelanggan. Namun di luar mereka, ada lebih dari 600 crypto exchange di seluruh dunia. Sama seperti pemain raksasa, mereka juga menawarkan perdagangan Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, hingga menawarkan pinjaman margin yang besar kepada para pengguna.
Kurangnya pengawasan dari regulator, artinya ada banyak crypto exchange yang rentan terhadap penipuan dan peretasan. Pada tahun 2016, Bitfinex mengalami peretasan yang membuat raib hampir 120.000 Bitcoin atau sekitar US$2,5 miliar menggunakan hitungan saat ini.
Kemudian, Coincheck dari Jepang diretas sekitar US$500 juta dalam bentuk kripto pada tahun 2018. KuCoin, yang sebelumnya disebut memiliki markas di Singapura, kehilangan US$275 juta pada tahun 2020. Sementara, BitMart, yang berbasis di Cayman Island, mengalami peretasan bernilai US$200 juta pada Desember 2021.
Dapat Julukan “The New J.P. Morgan”
Kehancuran market kripto baru-baru ini juga telah memukul keras sejumlah pemain terkenal mulai dari Terra-LUNA-UST, Celsius Network, hingga Three Arrows Capital (3AC), yang berusaha mencari perlindungan.
Ketika ada krisis kepercayaan di market kripto, SBF dan FTX telah memiliki rekam jejak dalam membantu menahan kerugian dari pemain kripto lainnya, seperti yang telah mereka lakukan kepada crypto exchange Jepang bernama Liquid pada Agustus 2021.
Pada Agustus 2021, hacker menyerang crypto exchange Jepang bernama Liquid dan mencuri cryptocurrency senilai hampir US$100 juta. Selang beberapa saat, FTX menyediakan Liquid pembiayaan US$120 juta. Kemudian pada Februari 2022, FTX mengumumkan akuisisi Liquid dengan jumlah nilai transaksi yang tidak diungkapkan. Sampai akhirnya per 2 Juni lalu, Liquid berubah nama menjadi FTX Japan.
Terkait keputusannya waktu itu untuk mendukung Liquid, SBF menjelaskan, “Kami, saya pikir sekitar 24 jam kemudian, masuk dan memberi mereka jalur kredit yang cukup luas untuk dapat memenuhi semua permintaan mereka, demi memastikan ‘ketenangan’ para pelanggan, sambil memikirkan solusi jangka panjang.”
Dalam wawancara dengan NPR pada 19 Juni 2022, SBF mengatakan, “Saya merasa kita memiliki tanggung jawab untuk secara serius mempertimbangkan turun tangan, bahkan jika itu merugikan diri kita sendiri, untuk membendung penularan [lebih lanjut].”
Dia melanjutkan, “Bahkan jika bukan kita yang menyebabkannya, atau tidak terlibat di dalamnya. Saya pikir itulah yang sehat untuk ekosistem [kripto], dan saya ingin melakukan apa yang dapat membantunya tumbuh dan berkembang.”
Pernyataan yang keluar langsung dari mulut SBF ini sontak menjadi perbincangan hangat di kalangan komunitas kripto. Muncul banyak rumor bahwa SBF dan FTX akan memberikan bailout atau pemberian bantuan keuangan ke sejumlah perusahaan kripto yang tengah mengalami masalah baru-baru ini. Faktanya, SBF lewat FTX dan Alameda benar-benar ‘menolong’ BlockFi dan Voyager.
Founder SkyBridge Capital, Anthony Scaramucci sempat mengatakan bahwa SBF adalah the new John Pierpont Morgan. “Dia menyelamatkan market kripto seperti yang dilakukan J.P. Morgan asli setelah krisis pada tahun 1907,” jelasnya, mengacu pada kepanikan perbankan pada tahun itu yang menyebabkan terciptanya Federal Reserve System atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
- Baca Juga: Goldman Sachs Memangkas Target Harga Saham Coinbase, Memprediksi Penurunan Pendapatan 61%
SBF Punya Kualifikasi bagi Perusahaan yang Dibantu
Forbes mencatat bahwa suntikan dana dri SBF jauh dari sifat-sifat altruistik atau tindakan sukarela untuk menolong tanpa mengharapkan imbalan apa pun. SBF disebut muncul sebagai vulture capitalist yang cerdas di market kripto yang tengah tertekan, dengan menyadari bahwa kekayaannya sendiri sepenuhnya bergantung pada rebound dan pertumbuhan industri kripto yang sehat.
Namun, terlepas dari dana talangan yang ‘murah hati’ yang dia berikan seperti kepada BlockFi dan Voyager, bahkan SBF tidak mampu atau tidak mau untuk mengucurkan uang pada perusahaan kripto yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu.
“Ada perusahaan yang pada dasarnya terlalu jauh dan tidak praktis untuk mendukung mereka karena alasan seperti celah besar di neraca mereka, masalah peraturan, atau tidak banyak bisnis yang tersisa untuk diselamatkan,” kata SBF yang menolak menyebutkan crypto exchange tertentu.
Seperti yang dilaporkan Forbes dalam analisisnya tentang 60 crypto exchange terbaik di dunia, bisnis pertukaran aset digital pada umumnya tidak memiliki standar untuk mensertifikasi entitas baru sebelum atau setelah mereka memulai meminta dana klien.
Komisi Sekuritas & Bursa (SEC) AS tidak mengatur crypto exchange dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) AS hanya mengawasi segelintir crypto derivative market. Di AS, tidak ada organisasi anggota seperti otoritas pengatur industri keuangan (FINRA) yang mengatur para crypto exchange itu sendiri.
- Baca Juga: Hedge Fund yang Lakukan Short USDT Kian Banyak, CTO Tether: Terjadi Serangan Terkoordinasi
Khawatir Pukulan bagi Market Kripto Masih Berlanjut
SBF khawatir tentang pukulan bagi market kripto yang berkelanjutan. Pasalnya, selama euforia kenaikan harga kripto, berbagai crypto exchange terus menaikkan taruhan untuk menarik para pelanggan dengan hasil yang murah hati agar melakukan deposit.
BlockFi dan Voyager yang ‘diselamatkan’ SBF sebelumnya diketahui menjanjikan yield payment kepada pengguna lebih dari dari 12% per tahun, dengan cara menempatkan aset kripto pengguna di sejumlah protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi). Hal ini bekerja dengan baik ketika market kripto terus menerima sentimen bullish. Namun, itu terlihat menjadi bencana saat ini.
Menurut sumber yang mengetahui pemberian pinjaman kepada Voyager, Alameda Research yang terafiliasi dengan SBF kemungkinan akan kehilangan setidaknya US$70 juta dari kredit yang telah diperpanjang. Pada 2021, Voyager memiliki market cap atau kapitalisasi pasar lebih dari US$3 miliar. Hari ini, market cap-nya berada di bawah US$100 juta, yang konon menuju pada pengajuan kebangkrutan yang akan segera terjadi.
Ketika ada sejumlah pihak yang mempertanyakan aset jaminan yang mendasari stablecoin USDT yang diusung Tether serta melihatnya dapat menjadi bom waktu yang mengancam keseluruhan market kripto, SBF justru memiliki pandangan berbeda. Dia mengatakan, “Saya pikir pandangan yang benar-benar bearish tentang Tether adalah salah. Saya tidak berpikir ada bukti yang mendukung [argumen] mereka.”
Terlepas dari pukulan telak ini, SBF mengatakan bahwa FTX tetap menguntungkan dan telah berlangsung selama 10 kuartal terakhir. Sementara saingannya Coinbase, dilaporkan mengalami rugi bersih US$430 juta pada kuartal I/2022 dan sahamnya turun hampir 90% dari all-time high (ATH) atau level tertinggi sepanjang masa.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.