Bitcoin btc
$ usd

Mengenal Pi Network yang Tawarkan Mining Crypto via Ponsel, Bagaimana Cara Kerjanya?

9 mins
Diperbarui oleh Hanum Dewi

Transformasi terus terjadi di sektor teknologi. Tidak terkecuali di sektor kripto. Setelah lebih dari 1 dekade sejak kehadiran Bitcoin (BTC), yang merupakan aset kripto pertama di dunia, muncul berbagai inisiatif baru yang mampu merevolusi upaya untuk mendapatkan aset kripto. Salah satunya adalah kemunculan Pi Network, yang merupakan sebuah platform penambangan kripto (mining crypto) secara mobile.

Nah, kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Pi Network, yuk, kita simak sama-sama ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini!

Ingin mendapatkan ulasan menarik terkait proyek cryptocurrency terbaru? Bergabunglah dengan Komunitas Trading BeInCrypto di Telegram: baca ulasan dan analisis teknis koin crypto, tanyakan dan dapatkan jawaban atas semua pertanyaan kamu dari trader PRO. Gabung sekarang!

Mining sebagai Salah Satu Cara Mendapatkan Aset Kripto

Crusoe Bitcoin Mining

Sebagaimana kita ketahui, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan aset kripto. Mulai dari membelinya di bursa, atau mendapatkannya dengan cara mining. Semua tergantung dari kebutuhan masing-masing investor. Khusus untuk mining, belakangan ini beberapa negara mulai melakukan pengetatan aturan. Pasalnya, dibutuhkan energi yang tidak sedikit untuk bisa mendapatkan aset kripto melalui aktivitas mining.

Selain itu, perihal gas buangnya juga menjadi perhatian bagi para aktivis pecinta lingkungan. Beberapa negara yang sudah melarang mining crypto, khususnya Bitcoin, adalah Cina, Mesir, Iran, Maroko, Aljazair, Oman, Qatar, dan juga Bangladesh.

Menariknya, sebagai negara yang melarang pertambangan kripto, Cina justru menjadi salah satu produsen Bitcoin terbesar di dunia. Pada awal tahun ini saja, Cina mengendalikan 21,19% dari total hashrate Bitcoin secara global. Tak hanya itu, Cina menjadi produsen Bitcoin terbesar kedua setelah Amerika Serikat yang menggenggam hashrate sebesar 37,8%.

Mining Crypto Butuh Biaya yang Besar

Sejak pengetatan aturan tersebut, banyak penambang dengan skala besar di Cina melakukan migrasi ke negara yang mereka anggap lebih “ramah” terhadap penambangan kripto. Di samping mencari negara yang lebih lunak dari sisi regulasi mining crypto, para penambang juga menyasar beberapa negara yang memiliki biaya penambangan rendah sebagai destinasi barunya.

Mengacu pada data 911 Metallurgist, Kuwait menjadi negara yang memiliki biaya penambangan kripto terendah. Di Kuwait, penambang hanya memerlukan dana sebesar US$1.393,95 untuk mining 1 bitcoin. Dari angka tersebut, jumlah profit yang bisa diambil mencapai US$22.445,75.

Kemudian, negara kedua yang masuk dalam negara dengan biaya penambangan kripto termurah adalah Algeria. Untuk mining 1 bitcoin di Algeria, penambang cuma perlu mengeluarkan US$4.181,86. Artinya, terdapat potensi keuntungan sebesar US$19.657,84.

Negara lain yang juga memiliki biaya mining Bitcoin termurah adalah Sudan, Yaman, Etiopia, Kyrgyzstan, Angola, Qatar, Korea Utara, dan Kazakhstan. Biaya mining yang dibutuhkan dari negara-negara tersebut berkisar di angka US$4.779,27 sampai US$8.762 per 1 bitcoin, dengan margin yang berada di rentang US$15 ribu sampai US$19 ribu per bitcoin.

Di Indonesia sendiri, biaya mining Bitcoin berada di kisaran US$21.307,58. Dengan ongkos produksi keuntungan yang bisa diperoleh adalah sebesar US$2.532.12 dari setiap 1 bitcoin yang didapatkan.

Namun, perlu diingat, untuk bisa menghasilkan 1 bitcoin dari kegiatan mining crypto, diperlukan infrastruktur yang mumpuni. Jika mengacu pada salah satu situs e-commerce lokal, harga untuk 1 unit mesin penambangan kripto berkapasitas hashrate sekitar 480 mh/s saja, harga yang ditawarkan mencapai Rp87 juta. Terlebih lagi, untuk menjalankan mesin tersebut, dibutuhkan konsumsi listrik sebesar 1.200 watt.

Konsumsi Energi Juga Jadi Masalah dalam Mining Bitcoin

Arcane Research: Mining Bitcoin Berpotensi Merevolusi Industri Energi

Besarnya dana untuk melakukan mining crypto, terutama Bitcoin, lantaran konsensus proof-of-work (PoW) yang digunakan. Untuk mendapatkan koin kripto dari jaringan berkonsensus PoW, para penambang perlu memecahkan algoritma yang ada di dalam blockchain. Dalam praktiknya, konsensus PoW menerapkan prinsip “siapa cepat, dia dapat”. Oleh karena itulah, akhirnya banyak penambang terus meningkatkan jumlah dan spesifikasi mining rig mereka. Pasalnya, semakin besar dan banyak mining rig yang mereka gunakan, maka semakin meningkat pula kapasitas hashrate-nya. Dengan demikian, aset kripto yang bisa mereka tambang pun akan makin banyak pula.

Persaingan antar para penambang kripto ini akhirnya berbuntut pada isu energi yang dikonsumsi oleh mining rig. Mengacu pada data Cambridge Center for Alternative Finance, konsumsi energi yang digunakan jaringan Bitcoin setara dengan konsumsi energi di wilayah Malaysia atau Swedia.

Konsensus yang diklaim lebih ramah energi dibanding PoW adalah proof of stake (PoS). Sebagaimana kita ketahui, salah satu aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu Ethereum (ETH), saat ini tengah melakukan migrasi ke konsensus PoS melalui proses bernama The Merge. Selain karena alasan konsumsi energi, tim pengembang Ethereum memutuskan untuk bermigrasi ke PoS demi mengejar efisiensi sekaligus menekan biaya gas (gas fee) yang tinggi.

Pi Network Hadir dengan Konsep Mining Crypto via Ponsel

Ilustrasi Pi Network
Ilustrasi Pi Network | Sumber: Situs resmi Pi Network

Melihat kondisi industri mining crypto yang seperti demikian, Pi Network pun hadir. Mereka ingin menawarkan solusi, terutama bagi investor ritel, yang ingin melakukan mining crypto, namun terbentur dengan peralatan dan biaya.

Pi Network memungkinkan setiap orang bisa mendapatkan aset kripto berupa native token mereka, yaitu Pi, hanya dengan mining berbekal ponsel yang tersambung dengan internet.

Walau menerapkan mining, tapi platform yang didirikan oleh Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan itu tidak menggunakan konsensus PoW. Pi Network menggunakan konsensus stellar, yaitu konsensus berupa jaringan komputer terdesentralisasi yang beroperasi menggunakan blockchain.

Konsensus yang dirancang oleh David Mazières itu menggunakan mekanisme baru yang disebut Federated Byzantine Agreement (FBA). Lewat mekanisme itu, protokol bisa memastikan setiap pembaruan yang dilakukan ke distributed ledge akurat dan dapat dipercaya. Protokol ini sudah diterapkan dalam blockchain Stellar dan telah beroperasi sejak 2015 silam.

Algoritma dalam konsensus tersebut pun dinilai lebih ramah terhadap energi. Pasalnya, yang dibutuhkan adalah pertukaran banyak pesan agar node datang ke konsensus dan memutuskan blok apa yang muncul berikutnya. Selain itu, setiap node juga bisa menentukan validitas transaksi secara independen.

Bagaimana Cara Kerja Pi Network?

Berbeda dengan penambangan Bitcoin yang membutuhkan kumpulan mining rig, dalam Pi Network, setiap orang yang ingin mining membangun security circles yang terdiri dari 3 hingga 5 anggota. Namun, para anggota sudah harus dipastikan terlebih dulu bahwa mereka tidak melakukan unsur penipuan atau kejahatan lainnya. Nantinya, setiap security circles bisa menentukan anggota mana yang akan melakukan transaksi. Konsep ini menggabungkan pendekatan sosial tanpa biaya untuk bersama-sama menjaga ekosistem Pi Network tetap aman.

Sebelum memulai mining koin Pi di Pi Network, para Pioneer (sebutan untuk pengguna Pi Network) harus melakukan check in setiap 24 jam sekali. Kemudian, guna meningkatkan lebih banyak aset kripto, setiap Pioneer bisa menaikkan tarif per jamnya dengan mengundang koneksi sosial untuk menciptakan security circles. Akan tetapi, proses tersebut baru bisa dilakukan setelah 3 hari melakukan penambangan.

Selain itu, anggota yang lebih dulu bergabung dalam security circles Pi Network mendapatkan tingkat penambangan lebih tinggi dibanding anggota lain yang baru saja bergabung.

Pi Network menerapkan beberapa tingkatan pengguna dalam jaringannya. Tingkatan pertama adalah “Ambassador”. Pengguna yang tergolong dalam tingkatan ini bisa memperoleh bonus hingga 25% dari tingkat penambangan dasar.

Setiap pengguna bisa mencapai tingkat Ambassador ketika ada anggota baru yang bergabung dan menggunakan kode undangan yang diberikan oleh investor tersebut. Kode undangan tersebut hanya bisa digunakan satu kali per anggota.

Selanjutnya, tingkatan lainnya adalah “Contributor”. Peran ini baru bisa didapatkan ketika anggota sudah melakukan penambangan selama 3 hari. Sebagai Contributor, anggota dapat menambahkan 3 sampai 5 orang ke dalam security circles mereka.

Roadmap dan Tokenomics Pi Network

Roadmap

Merujuk pada roadmap-nya, pengembangan Pi Network akan berlangsung selama 3 fase, antara lain:

  • Fase 1: Proses distribusi mata uang Pi dimulai
  • Fase 2: Peluncuran testnet
  • Fase 3: Peluncuran mainnet

Fase 1 sudah dimulai sejak 14 Maret 2019 lalu. Dalam fase tersebut, saldo yang dimiliki oleh pengguna akan dicatat untuk persiapan transisi ke mainnet di tahap 3. Di fase ini, transfer mata uang Pi juga dibatasi. Hal itu bertujuan sebagai langkah preventif terhadap oknum jahat yang berupaya melakukan penambangan dari akun palsu dan melakukan transfer ke akun sah.

Sebelum berada di fase 3, setiap pengguna belum bisa melakukan penarikan koin Pi atau menukarnya dengan mata uang lain. Namun, saat fase tersebut sudah dimulai, yaitu ketika Pi Network sudah melakukan transisi ke blockchain yang sepenuhnya terdesentralisasi, maka proses penarikan ataupun pertukaran baru bisa dilakukan.

Tokenomics

Total pasokan maksimum koin Pi mencapai 100 miliar Pi. Jumlah tersebut akan terbagi ke dalam dua bagian. Sebanyak 80% di antaranya akan dimiliki oleh komunitas. Lalu, 20% sisanya akan dipegang oleh core team Pi.

Distribusi koin Pi Network
Distribusi koin Pi | Sumber: Laman Medium resmi Pi Network

Dari 80% pasokan, 65% di antaranya dialokasikan untuk mining reward bagi komunitas, baik yang sudah mulai menambang atau yang baru akan bergabung. Sementara itu, 10% lainnya akan dikelola oleh Pi Foundation untuk mendukung pembangunan ekosistem. Selanjutnya, 5% yang tersisa dicadangkan untuk menyediakan likuiditas bagi Pioneer dan pengembang di ekosistem Pi.

Distribusi koin Pi yang dialokasikan untuk komunitas | Sumber: Laman Medium resmi Pi Network

“Dengan demikian, komunitas pada akhirnya akan menerima 80 miliar Pi dan core team pada akhirnya akan menerima 20 miliar Pi,” jelas manajemen perusahaan.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa dalam model distribusinya, terlihat Pi Network tidak memiliki alokasi token untuk proses initial coin offering (ICO). Pihak Pi Network juga menuturkan, mereka tidak akan melakukan semua jenis crowdfunding.

Kemudian, untuk menciptakan stabilitas harga, Pi Network memiliki rumus total pasokan yang merupakan jumlah total dari mining reward, lalu ditambah dengan referral reward dan developer reward.

Fitur yang Akan Datang di Pi Network: Staking dan Marketplace

Selain ingin menawarkan metode mining crypto yang lebih sederhana, Pi Network juga memiliki ambisi untuk menjadikan koin Pi sebagai alat pembayaran. Mereka pun ingin menjadi pencipta ekosistem kripto yang mumpuni. Oleh karena itulah, Pi Network berniat membangun bursa kripto sendiri, sehingga pengguna bisa menukar aset kripto yang dimiliki dengan mata uang fiat.

Di samping itu, Pi Network juga berencana untuk menyediakan pasar berisi barang dan jasa, yang transaksinya bisa dibayarkan menggunakan mata uang Pi. Ponsel pengguna yang digunakan untuk menambang akan berfungsi sebagai dompet kripto yang terhubung dengan nomor telepon atau akun Facebook.

Kemudian, untuk monetisasinya, Pi Network akan merilis fitur staking yang disebut sebagai Pi Stack. Selain itu, Pi Network juga akan merilis Pi Ledger dan Share Trust Graph yang berfungsi untuk membangun kepercayaan global dalam menentukan dan mencegah adanya transaksi mencurigakan.

Trust Graph sendiri terdiri dari kumpulan security circles. Walaupun jumlah anggota yang ada terbilang sedikit, namun jika dikumpulkan akan membentuk Trust Graph yang akan membantu memahami mana akun yang memang dapat dipercaya dan mana yang tidak. Dengan begitu, masing-masing dari pengguna akan menjadi “penjaga keamanan” transaksi dan ekosistem Pi Network.

Fitur lain yang juga ada di dalam Pi Network adalah Pi’s Attention Marketplace. Dalam pasar itu, setiap Pioneer bisa melakukan staking untuk mengirimkan konten yang diinginkan, sembari memperluas jumlah salurannya. Selain itu, para Pioneer juga bisa melakukan barter terhadap iklan perusahaan untuk mengisi slot konten miliknya.

Lalu, terdapat juga fitur Pi’s Barter Marketplace. Melalui fitur itu, setiap Pioneer bisa menjual barang ataupun jasa kepada komunitasnya.

Keseluruhan fitur di atas diharapkan akan menjadi landasan bagi aplikasi keuangan terdesentralisasi (dApp) yang pada akhirnya bisa digunakan secara luas.

Terapkan Model Tata Kelola dalam 2 Fase

Pi Network menggunakan model tata kelola (governance) yang akan berjalan dalam dua fase. Masing-masing fase disandarkan pada jumlah pengguna.

Dalam fase pertama, ketika jumlah pengguna masih kurang dari 5 juta, maka model tata kelola yang akan dijalankan adalah model sementara. Hal itu mirip dengan model tata kelola off-chain, yang mana core team Pi Network akan memegang peran penting dalam memandung pengembangan protokol. Selain itu, core team Pi Network juga akan membangun sistem yang sifatnya demokratis, sehingga setiap pioneer memiliki hak suara terhadap masalah tertentu. Hak tersebut bisa didelegasikan pula kepada anggota jaringan.

Selanjutnya, setelah jumlah anggota sudah mencapai lebih dari 5 juta, Pi Network akan memulai tata kelola berikutnya, yakni Constitutional Convention. Pada fase tata kelola ini, bakal terbentuk komite yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan pemberian usul terhadap masyarakat. Komite tersebut juga memiliki kemampuan untuk mengadakan konvensi secara online untuk menyusun strutur tata kelola jangka panjang Pi Network.

Perlu diingat, bahwa Pi Network belum tercatat di bursa mana pun. Maka dari itu, meskipun mainnet-nya telah diluncurkan pada akhir tahun lalu, koin Pi belum tercatat di bursa kripto.

Saat ini, Pi Network diketahui masih berjalan di jaringan tertutup. Sehingga, tidak ada konektivitas antara Pi dengan blockchain lain.

Pihak developer menilai bahwa jaringan tertutup akan mendukung pertumbuhan ekosistem Pi. Dengan demikian, transaksi pioneer-to-pioneer dapat dilakukan melalui Pi Wallet.

Selain itu, Pioneer juga dapat menggunakan aplikasi Pi in Pi di Pi Browser, yang dapat mengakses mainnet melalui Pi Apps SDK dan Pi Blockchain API.

PENTING!

Untuk dipahami, Pi Network sampai saat ini belum terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Selain itu, platform ini juga sempat tersandung masalah dengan Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, lantaran mencatut namanya untuk kepentingan promosi.

Itulah penjelasan dari BeInCrypto seputar Pi Network. Semoga ulasan ini bisa menjadi tambahan informasi sebelum memutuskan melakukan mining crypto dengan Pi Network. Jangan lupa selalu do your own research (DYOR) terlebih dulu, ya!

Pertanyaan yang sering ditanyakan

Apa itu Pi Network?

Berapa banyak jumlah pasokan total koin Pi?

Bagaimana saya bisa melakukan mining di Pi Network?

Apakah mining di Pi Network menguntungkan?

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.

Disponsori
Disponsori