Lihat lebih banyak

Regulator Prancis Lihat DeFi sebagai “Disintermediasi”, bukan Desentralisasi

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • ACPR, bagian dari Bank Sentral Prancis, melihat sistem DeFi sebagai disintermediasi, alih-alih desentralisasi.
  • Sebagai kesimpulan, ACPR menganggap disarankan untuk melakukan berbagai tindakan penertiban DeFi, salah satunya adalah dengan menyusun aturan bagi sertifikasi smart contract.
  • Pembahasan terbaru tentang DeFi dari regulator Eropa adalah perkembangan terkini dari dinamika regulasi kripto di Benua Biru.
  • promo

Regulator Prancis melihat decentralized finance (DeFi) sebagai disintermediasi, bukan desentralisasi. Pernyataan itu disampaikan oleh Autorité de Contrôle Prudentiel et de Résolution (ACPR), bagian dari Bank Sentral Prancis.

Dalam ringkasan konsultasi publik pada hari Kamis (12/10), ACPR membahas mengenai kerangka peraturan untuk DeFi.

Konsultasi publik itu berlangsung selama 2 bulan, dari April hingga Mei 2023. Hal ini sebagai tanggapan terhadap makalah awal yang membahas kemungkinan regulasi DeFi di Prancis.

Adapun kontributor eksternal mendorong ACPR untuk mengungkapkan hal yang mengejutkan, terutama mengenai pola sentralisasi yang masih bertahan secara struktural di dunia DeFi.

“Oleh karena itu, ACPR percaya bahwa istilah keuangan ‘disintermediasi’ lebih tepat dibandingkan dengan istilah keuangan ‘terdesentralisasi’.”

Tahukah Kamu?

Disintermediasi adalah pengurangan atau penghapusan penggunaan perantara dalam suatu transaksi antar para pihak.

Sementara itu, desentralisasi menitikberatkan pada kegiatan yang menghilangkan kontrol yang terpusat, seperti dalam pengambilan keputusan; serta menekankan pada penyebaran atau pembagian fungsi dan kekuasaan.

Perlu Adanya Audit dan Sertifikasi

Adapun risiko operasional dari konsentrasi tingkat tinggi yang paradoks di DeFi ini menyangkut infrastruktur fisik yang menampung node blockchain, ketika penyedia layanan cloud computing memainkan peran sentral.

Berdasarkan ringkasan dalam publikasi ACPR, sebagian besar responden menganjurkan agar DeFi terus hidup pada public blockchain, bukan pada private blockchain atau blockchain yang memiliki izin (permissioned). Namun, mereka mengakui bahwa public blockchain ini perlu diaudit secara berkala. Proposal untuk mengatur perantara dan sertifikasi smart contract juga dipenuhi dengan konsensus luas.

Sebagai kesimpulan, ACPR menganggap disarankan untuk menyusun aturan bagi sertifikasi smart contract, menentukan tata kelola yang akan melindungi pelanggan DeFi, serta menetapkan langkah-langkah yang mendukung infrastruktur blockchain dan DeFi.

Dalam kesempatan lain, Otoritas Sekuritas dan Pasar Eropa (ESMA) pada hari Rabu (11/10) kemarin juga mempertimbangkan diskusi tentang DeFi.

Dalam laporan yang mereka buat, ESMA mengakui manfaat yang dijanjikan DeFi; seperti inklusi keuangan yang lebih besar, pengembangan produk keuangan inovatif, serta peningkatan kecepatan, keamanan, dan biaya transaksi keuangan. Di samping itu, mereka menyoroti risikonya signifikan.

Berharap DeFi Masuk dalam Regulasi Kripto Uni Eropa

Pembahasan terbaru tentang DeFi dari regulator Eropa adalah perkembangan terkini dari dinamika regulasi kripto di Benua Biru.

Pada awal bulan Juli lalu, Asosiasi Pasar Keuangan di Eropa (AFME) mendesak regulator Uni Eropa untuk tidak mengecualikan DeFi dalam kerangka regulasi kripto Markets in Crypto-Assets (MiCA) yang mulai berlaku sekitar tahun 2024.

AFME menyatakan, “Kami percaya sangat penting untuk menghindari kemungkinan pengecualian dari apa yang disebut kegiatan terdesentralisasi. Sebab, ini dapat membuka peluang arbitrase peraturan dan melemahkan penerapan kerangka kerja yang muncul [seperti MiCA].”

Uni Eropa baru-baru ini secara resmi mengadopsi peraturan MiCA. Namun, kerangka kerja tersebut mengecualikan paradigma baru seperti DeFi. 

Sebagai respon atas hal itu, AFME memperingatkan pengecualian ini dapat merusak efektifitas kerangka peraturan yang baru terkait industri kripto tersebut.

“Pengecualian ini dapat menciptakan risiko yang tidak diinginkan terhadap stabilitas keuangan dan potensi dampak lanjutan.”

Ketua CFTC AS: DeFi Ibarat Dokter yang Tidak Punya Izin Praktik

Sementara itu, regulator komoditas di Amerika Serikat (AS) turut menekankan perlunya mengawasi industri DeFi.

Rostin Behnam, Ketua Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) AS, pada 2 Oktober lalu mengibaratkan DeFi seperti dokter yang tidak memiliki izin praktik.

Ia menegaskan seharusnya regulator tidak menunggu sampai ada korban menderita dan meminta bantuan dari aktivitas yang terjadi di dunia DeFi.

Sikap yang lebih keras terhadap dunia DeFi datang setelah CFTC menyelesaikan tuntutan terhadap 3 protokol DeFi, karena dianggap melanggar aturan komoditas di AS.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori