Aplikasi perpesanan Telegram kini secara terang-terangan mendukung TON sebagai blockchain pilihannya untuk infrastruktur web3. Pada gilirannya, hal itu melambungkan harga native token Toncoin (TON) dalam waktu singkat.
Sebagai catatan, memang sejumlah perkembangan TON yang paling penting mengandalkan ekosistem Telegram. Hal itu seperti web3 wallet buatan TON yang tersedia di aplikasi perpesanan Telegram.
Dalam gelaran acara Token2049 pada hari Rabu (13/9), crypto wallet yang berbasis di jaringan TON ditayangkan untuk 800 juta pengguna Telegram dalam integrasi baru.
Akun Twitter (saat ini bernama X) Ton Blockchain menyerukan, “Mari kita rayakan acara onboarding web3 terbesar yang pernah ada ini bersama-sama!”
Fitur crypto wallet TON saat ini dapat diakses di pengaturan Telegram. Peluncuran global produk ini akan dimulai pada bulan November mendatang. Meski begitu, layanan tersebut tidak termasuk bagi pengguna di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lainnya.
Berdasarkan situs resmi TON.org, baik fitur di @wallet dan Crypto Bot yang ada di Telegram adalah custodial crypto wallet. Artinya, private key dari crypto wallet itu tidak dikelola oleh pengguna secara mandiri.
Selain itu, TON Foundation mengatakan bahwa proyek-proyek kripto yang dibangun di atas ekosistem TON akan mendapatkan akses prioritas ke platform periklanan Telegram.
Terkait kabar ini, harga Toncoin terpantau sempat naik sekitar 13,9% dalam 24 jam terakhir.
- Baca Juga: Ulasan Lengkap Toncoin dan TON Blockchain
Pengguna Bisa Kirim USDT Lewat Telegram
Sejak 22 Maret lalu, pengguna Telegram telah dapat saling mengirim stablecoin Tether USD (USDT) di jaringan TRON.
Hal ini membuat pengguna Telegram dapat membeli, menjual, mengirim, dan melakukan perdagangan peer-to-peer (P2P) USDT. Mengirim USDT ke pengguna Telegram lain juga dapat dilakukan tanpa biaya transaksi.
Pengguna dapat menukar USDT dengan cepat untuk aset kripto Toncoin dan sebaliknya. Selain itu, pengguna masih dapat membeli kripto dengan kartu bank atau melalui market P2P.
Mengintegrasikan pembayaran kripto ke dalam aplikasi Telegram membuat pengiriman kripto semudah mengirim pesan teks atau foto. Selain menyediakan USDT di jaringan TRON dan aset kripto Toncoin, pengguna Telegram juga dapat membeli Bitcoin.
CEO Telegram Berjanji Buat Crypto Wallet & DEX di TON
Mundur pada Desember 2022, founder dan CEO Telegram, Pavel Durov, menyatakan bahwa pihaknya akan membangun layanan non-custodial wallet dan decentralized exchange (DEX) bagi jutaan orang untuk memperdagangkan dan menyimpan mata uang kripto dengan aman.
Kala itu disebutkan bahwa fitur crypto wallet dan DEX itu bakal dibangun di atas blockchain TON. Hal ini datang setelah Pavel Durov mengatakan bahwa industri blockchain dibangun di atas janji desentralisasi, tetapi akhirnya terkonsentrasi di tangan segelintir orang yang mulai menyalahgunakan kekuasaan mereka.
Baginya, solusinya jelas. Proyek berbasis blockchain harus kembali ke akarnya, yaitu desentralisasi. Pengguna kripto harus beralih ke transaksi tanpa kepercayaan dan crypto wallet yang mereka hosting sendiri.
Untuk itu, Pavel Durov mengatakan bahwa pihaknya dan para developer harus menjauhkan industri blockchain dari sentralisasi dengan membangun decentralized apps (dApps) yang cepat dan mudah digunakan untuk banyak orang.
Menyambut paparan Pavel Durov, akun Twitter TON Foundation menyatakan, “Sangat senang dengan rencana tim Telegram untuk membuat seperangkat alat terdesentralisasi. Membangun di TON adalah cara yang harus dilakukan mengingat skalabilitas dan visi bersama kami tentang pentingnya desentralisasi.”
Sekilas Hubungan Telegram dan TON
Perlu diketahui, proyek TON semula merupakan singkatan dari Telegram Open Network yang lantas bertransformasi menjadi The Open Network sejak Agustus 2021. Whitepaper TON pertama kali dirilis pada Desember 2017, lalu muncul versi terbaru pada Januari 2018.
TON awalnya dirintis oleh Telegram secara langsung, tapi kemudian ditinggalkan pada Agustus 2020 menyusul gugatan dari Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS.
Sebelum bernama Toncoin seperti sekarang, blockchain TON dulunya memiliki native token bernama Grams. SEC pada Oktober 2019 menuduh Telegram menjalankan penawaran token Gram tidak sah yang meraup US$1,7 miliar.
Pihak Telegram pada Juni 2019 lantas menyelesaikan masalah itu dengan mengembalikan dana lebih dari US$1,2 miliar kepada para investor dan membayar denda senilai perdata US$18,5 juta.
Telegram pada Juli 2020 lantas mulai menghentikan dukungan terhadap test network dari blockchain TON. Setelah itu, proyek ini terus dikembangkan oleh komunitas yang ada hingga kini bernama The Open Network.
Whitepaper yang digunakan oleh TON Foundation, entitas yang mendukung ekosistem blockchain TON, ditulis oleh Nikolai Durov yang merupakan kakak Pavel Durov dan salah satu orang penting di Telegram.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.