Sejauh ini di bulan September, harga Bitcoin (BTC) gagal untuk mengeklaim kembali level US$28.000. Hal ini terjadi walaupun MicroStrategy, sebagai pemain utama, telah mengonsolidasikan posisi mereka dengan pembelian yang masif. Dalam analisis on-chain ini, kita akan menggali dampak dari penurunan pasokan BTC di crypto exchange terhadap harga Bitcoin di bulan Oktober 2023 dan seterusnya.
Bulan ini, kalangan holder Bitcoin semakin gencar memindahkan aset mereka dari crypto exchange ke penyimpanan jangka panjang. Meski begitu, alih-alih memicu reli harga BTC, data pasar on-chain justru menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
- Baca Juga: Para Ahli Beri Rekomendasi Aset Kripto Terbaik untuk Investasi Jelang Bitcoin Halving 2024
Pasokan Bitcoin di Crypto Exchange Anjlok ke Rekor Terendah Historis
Harga Bitcoin tergelincir 13% dari puncaknya di H2 2023 di angka 31.500 yang tercatat pada Juli. Namun, serangkaian peristiwa makro baru-baru ini seperti kemajuan persetujuan ETF Bitcoin spot telah berhasil mendorong investor institusional untuk mengakumulasi Bitcoin.
Kalangan investor institusional besar dikenal lebih memilih opsi penyimpanan mandiri yang lebih aman. Dan akumulasi terbaru yang dilakukan oleh kalangan investor ini telah menyebabkan penurunan signifikan dalam jumlah pasokan Bitcoin di berbagai crypto exchange.
Seperti yang terlihat di bawah ini, hanya 5,83% dari total Bitcoin yang beredar saat ini yang disimpan di wallet yang dikelola oleh crypto exchange. Ini menjadi angka terendah sejak 24 Agustus.
Metrik Persentase Pasokan di Crypto Exchange melacak bagian dari pasokan aset kripto yang beredar saat ini tersimpan di platform perdagangan kripto.
Secara historis, harga BTC seringkali menguat ketika pasokan di crypto exchange menurun. Namun baru-baru ini, tren pasar yang berlawanan telah muncul karena harga juga menunjukkan tren menurun pada bulan September.
Yang perlu dicatat, tren turun baru-baru ini bermula kurang dari seminggu usai Grayscale mencetak kemajuan besar menuju persetujuan ETF Bitcoin spot mereka. Sejak itu, beberapa investor institusional terkenal telah mengumumkan aksi pembelian Bitcoin dalam jumlah besar.
Di samping itu, MicroStrategy dikabarkan telah menjual sahamnya sendiri untuk memborong 5.445 BTC senilai US$147,3 juta. Lebih lanjut, Arkham Intelligence juga melaporkan bahwa Grayscale sekarang memiliki BTC senilai US$16 miliar di dalam Trust Holdings Bitcoin yang disimpan di lebih dari 1.000 alamat.
Sebagian besar investor besar biasanya memilih opsi cold storage untuk meningkatkan keamanan dan kontrol internal. Tak ayal, langkah ini sepertinya telah berkontribusi pada penurunan pasokan BTC di berbagai crypto exchange.
Sentimen Bearish Sebabkan Penurunan Aktivitas Perdagangan yang Signifikan
Meskipun investor whale Bitcoin terus mengakumulasi aset mereka, sentimen bearish yang dominan telah berdampak negatif pada aktivitas perdagangan.
Seperti yang ditunjukkan di bawah ini, volume perdagangan harian Bitcoin pada tanggal 29 Agustus berada di angka US$29,4 miliar. Sejak itu, volume tersebut mengalami serangkaian penurunan, hingga mencapai US$12,7 miliar pada tanggal 28 September. Jumlah ini merepresentasikan penurunan aktivitas perdagangan sebesar 57%.
Biasanya, volume perdagangan spot menurun di kala bear market karena holder yang tidak puas enggan melakukan transaksi. Oleh karena itulah, penurunan volume spot BTC mengindikasikan penurunan minat investor.
Sementara itu, tren data historis menunjukkan bahwa ketika volume perdagangan meningkat dan cadangan crypto exchange menurun, harga Bitcoin seringkali melonjak. Hal ini jelas terlihat sekitar tanggal 11 Maret dan 21 Juni 2023, seperti yang digambarkan pada grafik di atas.
Kesimpulannya, tekanan beli dari para whale kemungkinan kecil dapat memicu kenaikan harga kecuali ada peningkatan permintaan pasar yang signifikan.
Namun, dengan pasokan di crypto exchange yang nyaris menyentuh titik terendah bulanan, BTC berpotensi untuk segera melonjak begitu sentimen pasar berubah menjadi bullish.
Para Bull BTC Siap Sasar US$30.000
Dari perspektif on-chain, para bull mungkin memanfaatkan penurunan pasokan Bitcoin di crypto exchange untuk mendorong kenaikan harga ke arah US$30.000.
Data Global In/Out of Money Around Price (GIOM), yang menggambarkan distribusi harga masuk dari holder BTC saat ini, turut memvalidasi prediksi ini.
Data ini menunjukkan bahwa jika Bitcoin dapat menembus resistance awal di US$28.500, pasokan pasar yang rendah bisa memicu pemantulan harga ke arah US$30.000.
Seperti yang ditunjukkan di bawah ini, 5,86 juta alamat membeli 2,64 juta BTC dengan harga rata-rata US$28.576. Jika mereka menarik profit lebih awal, maka tembok jual itu bisa menghambat laju reli.
Namun, jika volume perdagangan meningkat secara signifikan, reli bullish BTC berikutnya berpotensi melampaui US$30.000.
Sebaliknya, para bear masih berkesempatan membatalkan prediksi positif jika harga Bitcoin justru tergelincir di bawah US$25.000. Namun, seperti data yang tersaji di bawah ini, sebanyak 5,44 juta alamat telah membeli 2 juta BTC dengan harga maksimum US$26.103.
Jika alamat-alamat ini sanggup untuk bertahan, mereka kemungkinan akan berhasil mencegah penurunan bearish.
Namun, bila harga BTC malah gagal mempertahankan level support penting tersebut, potensi reversal harga menuju US$25.000 mungkin akan terjadi.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek harga Bitcoin (BTC) ke depannya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.